Pertarungan pun di mulai, Zyan berusaha keras mempertahankan dirinya agar tidak tumbang dan terjatuh ke lantai. Pertarungan hampir di menangkan oleh Zyan, dia berhasil menjatuhkan lawannya dan mampu mempertahankan dirinya agar tidak jatuh. Hingga di saat tertentu Oscar menggunakan rencana liciknya dengan diam-diam menyetrum Zyan dan akhirnya dia terjatuh ke lantai.
"ZYAN, " teriak Varez. Semua berteriak kegirangan karena melihat Zyan tumbang ke lantai. Oscar lalu meminta Varez melakukannya terlebih dahulu sebagai hukumannya.
"TIDAK, "
"Baiklah jika kau tidak mau, biar anak buah ku saja yang melakukannya, "
"Tidak, jangan. K-kami akan melakukannya, "sahut Dicto.
Varez di lepaskan dan perlahan menghadap Kirana. Air mata Varez terjatuh saat melihat wajah Kirana yang seperti ketakutan. "Paman minta maaf nak, " bisik Varez pelan karena tak tahan menahan air matanya. Varez memejamkan matannya sambil perlahan membuka kancing baju Kirana. Dicto mengepalkan tangannya kesal dan berbalik badan tidak ingin melihat situasi itu. "Hei Varez, nafsu para pria tidak akan sampai jika kau hanya membuka kancing bajunya. Lepas bajunya, " ucap Oscar. Varez semakin kesal namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Varez lalu melepas pakaian Kirana dan dia langsung berlutut di hadapan Kirana sambil menunduk meminta maaf pada Kirana. Tubuh bagian atas Kirana mulai terekspos, semua pria itu bersorak atas lekuk indah pada tubuh Kirana. Mendengar itu hati Zyan semakin terbakar, dia merasa kesal melihat putrinya di pamerkan tepat di depannya. Kirana terus menangis karena merasa malu sambil menyilangkan tangan di dadanya.
"Baiklah, kita lanjutkan ronde kedua, "
Pertarungan kembali di mulai, kali ini Zyan harus benar-benar fokus dan menjaga keseimbangan diri agar tidak terjatuh lagi ke lantai. Namun usaha Zyan sia-sia, Oscar dengan liciknya kembali menyetrum Zyan hingga kembali terjatuh ke lantai. Semuanya kembali bersorak gembira melihat Zyan jatuh. Oscar lalu meminta Dicto untuk kembali membuka pakaian Kirana. Kali ini Dicto harus membuka rok Kirana dengan keadaan mata tertutup dan air mata yang terjatuh dia perlahan menurunkan rok Kirana. "Maafin paman nak, paman minta maaf, " ucap Dicto yang juga berlutut di hadapan Kirana. Kini Kirana hanya menggunakan bra dan juga celana pendek. Saat ingin melakukan ronde ketiga, Zyan tak sadarkan diri. Mengetahui itu Oscar terpaksa menghentikan permainan tersebut dan pergi meninggalkan mereka. Mengetahui permainan selesai, Varez mengambil baju Kirana dan berdiri membelakangi Kirana untuk menutupinya saat sedang mengenakan pakaian kembali. Setelah selesai memakai pakaiannya kembali, Varez lalu mengangkat Zyan dan membawanya pergi. "Hai nona, lekuk tubuh mu sangatlah indah. Kalau bisa nanti malam-" belum selesai pria itu menggoda Kirana. Dicto langsung menghajar mulut pria itu dengan botol minuman. Dicto lalu membawa Kirana menyusul Varez yang sedang membawa Zyan.
Setibanya di kamar mereka, Varez langsung membaringkan Zyan. "Apa yang terjadi?" Tanya Velyn. "Oscar meminta kak Zyan berkelahi dengan para pria mesum dan menjadikan Kirana sebagai taruhan. Jika kak Zyan gagal, aku dan kak Varez harus membuka pakaian Kirana satu persatu, " jelas Dicto. Mendengar itu, Esmes terkejut dan langsung memeluk Kirana. "Kirana sekali lagi paman minta maaf nak. Dan Esmes maaf kakak tidak bisa melakukan apa-apa, " ucap Varez. "Tidak apa-apa kak, aku mengerti ini semua bukan kesalahan kalian dan kita semua. Kita hanya sedang di kendalikan oleh Oscar dan pikiran liciknya, " jawab Esmes. Tak berselang lama, Zyan sadar dari pingsannya dan langsung duduk.
"Zyan, kau baik-baik saja?"
"Baik kak. Aku hanya berpura-pura pingsan, agar permainan tidak di lanjutkan, " ucap Zyan. "Dimana Kirana?" Tanya Zyan yang mencari keberadaan Kirana. Kirana langsung menghampiri Zyan dan memeluknya erat.
"Maafin ayah nak. Ayah gagal melindungi kehormatan mu, "
"Tidak papa ayah. Ayah sudah melakukan yang terbaik untukku, "
Candra kesal dengan semuanya dia langsung pergi ke sebuah lemari untuk mengambil beberapa barangnya. Candra menggambil beberapa peralatan dan mulai mengerjakan sesuatu. Sampa malam pun tiba, kegiatan yang Candra lakukan selesai. Ternyata dia sedang membuat gelang yang sama persis dengan gelang yang Oscar gunakan untuk mengendalikan mereka. "Candra apa yang kau lakukan di sini malam-malam?" Tanya Bella.
"Kakak, jangan beritahu siapa-siapa terutama ayah dan ibu. Aku akan membuat rencana agar bisa menyelamatkan kita semua dari sini, kalau mereka tau mereka akan melarang ku melakukan ini kak, "
"Jangankan mereka, kakak juga tidak setuju, "
"Kak ayolah, selain kita siapa lagi yang bisa menyelamatkan kita semua? Ayah dan paman sudah sangat tua untuk melakukan ini, "
"Kau benar Candra, "
"Tapi kak aku ada sedikit masalah, "
"Apa itu?"
"Bagaimana caranya aku keluar dari sini?"
Mendengar itu, Bella sedikit teringat dengan Calianna yang pernah menemui mereka karena menyimpan kunci cadangan ruangan itu.
"Kakak tau Can, tapi untuk itu kita harus sabar menunggu sampai Calianna datang menjenguk kita, "
"Calianna? Siapa dia kak?"
"Nanti kau juga tau dia siapa, " ucap Bella. Setelah membahas rencana mereka, Bella lalu mengajak Candra untuk beristirahat karena hari sudah mulai gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERNANDES : The Kindness Monster's
Fantasy࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ ୨୧ ࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ T𝖾𝗋𝗶𝗆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗮𝗒𝗮 𝗎𝖼𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗸𝖾𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻-𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝘀𝗎𝗱𝗮𝗵 𝗆𝗮𝗎 𝗆𝖾𝗅𝗎𝗮𝗻𝗀𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗸𝘁𝗎𝗻𝗒𝗮 𝗎𝗻𝘁𝗎𝗸 𝗆𝗮𝗆𝗽𝗶𝗋 𝗸𝖾 𝗻𖦹𝘃𝖾𝗅 Μ𝗶𝗆𝗶𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝗯𝖾𝗋𝗷𝗎𝗱𝗎𝗅 Н...