Ϲһα⍴tᥱr 23

2 1 0
                                    

"Setelah Oscar, putra ku juga akan membinasakan kalian semua yang sudah dengan kejinya membela kriminal dan berlaku tidak adil pada masyarakatnya, "

"Aku yakin kau pasti tau apa tugas polisi yang sebenarnya, bertindak tegas dalam menghadapi kejahatan dan pelanggaran demi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di muka bumi ini. TAPI LIHAT KALIAN SENDIRI, "

"Kalian bahkan dengan sangat bangganya mengenakan seragam itu tanpa tau arti di balik seragam tersebut. Kehormatan para gadis di kota ini bahkan di jadikan taruhan sebagain kesenangan pribadi apa kalian tidak tahu malu?"

"OSCAR ADALAH OTAK PENCULIKAN PARA GADIS DAN PARA POLISI INI BERHASIL MENUTUPINYA DARI KALIAN SEMUA AGAR APA? Agar Oscar dan para anak buahnya bisa dengan bebas melakukan aksi mereka, "

"Bagaimana jadinya kalau gadis yang mereka culik lalu mereka jual itu adalah putri-putri kalian atau mungkin keluarga kalian. Aku tau pak Jenderal, putri mu pernah di culik oleh Oscar dan untuk kebebasannya kau bersedia menjadi anjingnya dan meminta semua anggota mu tunduk di hadapan Oscar. Tapi tanpa kau sadari, kau sendirilah yang sudah menghilangkan kehormatan putri mu dengan menjadi anjingnya Oscar dan memperbudak masyarakat, "

Jenderal itu terduduk diam sambil merenungi setiap kalimat dari Esmes. Yang Esmes katakan itu merupakan fakta, apa yang sudah mereka lakukan adalah tindakan salah. "Jika di antara kalian ada yang merasa bahwa apa yang ku katakan benar, berlutut lah dan meminta maaf pada masyarakat yang menunggu suara dari kalian, " ucap Esmes. Satu persatu anggota kepolisian mulai berjalan ke depan gerbang dan mulai berlutut satu demi satu ke hadapan masyarakat yang sedang menonton mereka. Jenderal itu juga mulai merasa malu atas apa yang sudah dia lakukan, dan lalu berdiri berjalan ke depan gerbang ikut berlutut dan meminta maaf. Melihat Jenderal mereka berlutut semua anggota kepolisian langsung beramai-ramai berlutut meminta maaf. Sorakan dari masyarakat mulai menggema meneriaki nama Esmes, mereka bahkan juga melempari banyak sampah pada para polisi-polisi tersebut yang sudah mencoret nama baik kota Dubai.

----------------


Fikron kini sudah mulai lemas, pipi nya sudah mulai terkoyak dan ada banyak luka di tubuhnya karena dia di serang langsung oleh Varez, Zyan, Dicto, dan Gohar. Fikron pun tumbang dan tak sadarkan diri setelah di hajar habis-habisan oleh mereka berempat. Melihat putranya masih berduel dengan Oscar, Zyan ingin membantunya namun Gohar menahannya. Sementara Oscar yang sudah mulai kehabisan tenaga meminta maaf dan memohon agar Candra tidak menghabisinya. Hingga tiba-tiba seluruh kepolisian datang dan berbaris mengelilingi mereka. "Ah sial, " ketus Gohar yang dia pikir polisi itu datang untuk menolong Oscar.

"HAHAHA. Kau lihat Candra, tentu kau tidak akan bisa kemana-mana. Lihatlah para polisi itu datang untuk menangkap mu, "

"HAI PAK JENDERAL. Kenapa masih berdiam di situ, ayo tangkap anak ini. Dia sudah membuat onar di kota mu, " ucap Oscar yang sedikit sempoyongan. Tak lama kemudian Esmes muncul di antara para polisi tersebut, dan menghampiri Oscar. "Apa yang kau pikirkan Oscar? Kau pikir mereka kemari untuk menolong mu dan menangkap putra ku begitu? Kau sudah salah. Oscar mereka tidak lagi berada di kendali mu, kini mereka sudah berada di wewenang negara dan bertugas semestinya, " ucap Esmes. Mendengar itu Oscar lalu menghampiri Jenderal itu. "Apa itu benar pak? Pak kau pasti lupa dengan perjanjian kita, mari kita bicarakan ini baik-baik lagi, " bisik Oscar. "Maaf tuan. Keselamatan keluargaku, dan juga negara ini sudah berada di tangan nyonya Esmes. Kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi, " jawab Jenderal itu. "Baiklah. KALAU BEGITU BIAR KU HABISI WANITA ITU, " teriak Oscar yang langsung mengambil senjata milik Jenderal dan langsung menembak Esmes. Candra langsung memeluk ibunya dan mengorbankan dirinya tertembak. "Ca-Candra?" ucap Esmes pelan. "Candra tidak papa  bu, " jawab Candra sambil menahan rasa sakit peluru yang mengenai perutnya. Zyan kesal dan langsung menghajar Oscar, namun Oscar langsung menembak Zyan tepat mengenai perutnya. Melihat itu, Candra semakin kesal dan langsung berbalik menyerang Oscar. Esmes menghampiri suaminya yang terbaring di tanah dengan darah yang terus keluar. "BAWA DIA KE RUMAH SAKIT SEKARANG, " teriak Dicto meminta para polisi itu membawa Zyan. Beberapa polisi ingin membantu Candra menghabisi Oscar namun Candra menolak dan mengatakan bahwa Oscar harus tiada di tangannya.

Melihat Oscar sudah tidak berdaya, Candra mengambil sebuah pisau yang dia sembunyikan dari belakang bajunya. "Ca-Candra, kau mau apa?"

"INI ADALAH HUKUMAN KARENA KAU SUDAH MENYAKITI KELUARGA KU, " teriak Candra yang langsung menusuk perut Oscar. "INI ADALAH HUKUMAN KARENA KAU SUDAH MEMPERLAKUKAN AYAHKU SEPERTI HEWAN, " teriak Candra yang kembali menusukkan pisau tersebut. "DAN INI ADALAH HUKUMAN KARENA KAU SUDAH BERANI MELECEHKAN ADIK PEREMPUAN KU, " teriak Candra kencang dan kini menusuk perut Oscar lebih dalam. "KAU MEMBUNUH PAMANKU VIJAY. KAU MEREBUT ADIKKU CALIANNA. DAN KAU JUGA MEREBUT HAK PARA GADIS DAN DI JUAL HANYA UNTUK KESERAKAHAN MU, " teriak Candra kembali yang kini mulai memperdalam tusukannya. Candra pun berdiri, sementara Oscar perlahan berjalan sambil mengesot meminta bantuan pada Varez dan Dicto. "To-tolong ayah nak, " Varez dan Dicto bersama merangkul Oscar membantunya berdiri. "Candra, selesaikan ini, " ucap Dicto yang kemudian melemparkan pistol ke arah Candra. Candra kini berdiri tepat di hadapan Oscar, sementara Oscar mulai panik dan berusaha untuk kabur namun Varez dan Dicto menahannya. Tembakan dari Candra terdengar dan di saksikan banyak warga yang melihatnya, 3 kali tembakan berhasil menewaskan Oscar tepat di rangkulan Dicto dan Varez. Para penduduk kota Dubai malah beramai-ramai bertepuk tangan dan menyoraki nama Hernandes. Dicto menangis karena untuk pertama kalinya dia melihat ayahnya tewas di hadapannya bahkan tepat di sampingnya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ini memang ganjaran yang harus Oscar terima.

Varez yang tidak tahan menahan air matanya langsung memeluk Dicto. "Dicto tenang, kita tidak salah walau kita sudah membiarkan Candra membunuh ayah. Yang di lakukan Candra sudah benar, ini yang harus ayah dapatkan atas apa yang sudah dia lakukan selama ini pada kita, " ucap Varez menenangkan Dicto. "Paman Varez, paman Dicto. Candra minta maaf, " ucap Candra pelan. Dicto dan Varez bersama memeluk Candra.  Polisi lalu mengajak mereka untuk di bawa ke rumah sakit karena luka yang mereka dapatkan cukup parah terutama luka tembakan yang Candra dapatkan.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang