BAB 36

13 1 0
                                    

Semalam aku lupa untuk menutup pintu jendelaku, membuat sinar matahari menutupi kamarku, silau sekali. Beruntung aku tidak masuk angin.

Aku bangun dari tempat tidur ku dan mengintip kearah jendela, betapa terkejutnya aku melihat pemandangan dibawah istana sangat sepi, hanya ada beberapa prajurit yang berjaga disana.

Aku membuka pintuku pelan, mataku terbelalak menatap para prajurit didepanku yang menatapku tajam.

"Helen Amersyn La Deviére, mohon ikuti saya."

Tanganku bergetar pelan hingga akhirnya aku mengangguk dan mengikuti mereka, sepertinya ada yang salah, tapi entahlah.

Aku diantar pergi ke kamar tidur sang ratu, mereka membuka kan pintunya untukku, aku dapat melihat ada banyak tabib dan dokter disana, bulu kudukku merinding saat aku menyadari bahwa raja menatapku dengan tajam.

Keheningan menyelimuti ruangan hingga akhirnya Lorenzo berbicara dengan nada tegas dan kasarnya.

"Atas apa yang disangsikan oleh penjaga, minuman apa yang kau beri pada istriku?"

Aku mengernyit pelan, ini rumit untuk dijelaskan, ratu terbaring lemas dikasur nya, matanya yang tertutup dan bibirnya yang kering membuatku sedikit khawatir. Aku menghela nafas pelan dan berusaha untuk jujur.

"Saya bersumpah, saya tidak tau apa yang ada dibalik minuman itu, karna itu adalah pemberian salah satu pelayan."

"Dan siapa pelayan itu?"

"Aria."

Raja terdiam, dia menatap para penjaga dan menyuruh mereka untuk mencari Aria.

Aku hanya terdiam disana melihat keadaan ratu, entah apa yang akan Kyran katakan jika dia tau kondisi ibunya. Terutama, aku tak melihat Fellencia disekitar, aku sedikit khawatir padanya.

"Mohon maaf, tapi dimana Fellencia?"

"Carilah sendiri, saat dia melihat ibunya pingsan dia terkejut dan berteriak, lalu setelah datang kekamar ini dia hilang entah kemana."

"Kalau begitu, apakah saya boleh mencarinya?"

"Tidak, tunggu sampai pelayan yang kau tuduh itu datang, dan aku ingin mendengar dari pelayan itu bahwa dia adalah orang yang membuat minuman itu."

Aku menelan ludahku, aku bisa merasakan tubuhku bergetar pelan. Kuharap Aria jujur, karna dia adalah seorang yang baik bukan begitu?

Suara gebrakan pintu menarik perhatian kami berdua, aku bisa melihat Aria dengan raut wajah gelisah didepan para prajurit dan menghadap kami.

"Saya Aria yang mulia raja, apa ada sesuatu yang ingin anda katakan?"

"Apakah kamu yang membuat minuman untuk ratu? Putri mahkota ini bilang bahwa kau memintanya mengantar minuman untuk ratu."

Aria terdiam dan menatap Raja tanpa ada rasa takut di wajahnya.

"Saya sama sekali tak mengingat untuk meracik atau membuat minuman apapun untuk ratu."

". . . "

Apa apaan ini? Bukankah dia yang memintaku mengantar minuman itu. Permainan licik apa yang sedang kau gunakan? Bagaimanapun juga nasibku akan tetap sama.

"Aria, kumohon jujurlah." Suaraku memohon, tapi tatapan Aria yang kosong membuatku gelisah.

"Saya jujur, saya tak memberikan ratu apapun. Saya hanya melakukan pekerjaan saya seperti biasa."

"Baiklah silahkan keluar." Tegas raja.

Aria menundukkan bahunya dan meninggalkan ruangan dengan santainya. Tidak ada yang mencurigainya, karna dia sudah berada disini lebih dari 6 tahun, terlebih lagi orang yang paling mempercayainya adalah orang yang membenci diriku yang tak lain adalah suamiku.

Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang