04. -Pahitnya Mengenalmu

66 8 0
                                    

Sore hari menjelang malam, Zenanda berencana mengajak Rasya ke restoran baru. Sekarang mereka berdua sedang menikmati cuaca menjelang malam, tentunya sekarang view nya sangat indah, karena matahari akan tenggelam.

"Lo pesen americano doang?" Rasya mengangguk sembari membenarkan earphone nya, ia sangat menyukai view dan perasaan hatinya saat ini. "Gimana? Ada perkembangan?" Rasya menoleh menatap malas Zenanda.

"Ya dia sibuk latihan buat lusa besok, dan ketos curut itu selalu ngintilin Ashala" Zenanda terkekeh, ia sangat menyukai era bucin sahabatnya.

"Makanya yang gentle dong bro, masa harus dia duluan yang deketin lo atau ngerespon lo! Come on, perjuangin lah" Rasya hanya diam, toh ia tak seberani sahabatnya yang hampir menuju titik start mengajak sekertaris OSIS itu berpacaran. "Lo pikir gue seberani lo?"

"Iya juga kasian ya lu, makanya jangan doyan americano. Minuman nya udah pait apalagi kisah idup lo"

"Kurang ajar."

***

Hari berikutnya tiba, ia menjalani ekstrakulikuler extra nya dengan baik tanpa mengeluh. Tentu saja sahabat nya itu kagum. "Lo ga cape? Waktu SMP lo udah dispen berapa kali coba? Eneg gue ga ada temen sebangku" Rasya hanya menggedikkan bahunya, ia lanjut meminum botol bermotif bunga.

"Kak Rasya kan? Di panggil kepala sekolah kak buat nginfo lomba badminton nya. bareng sama Callista. Adek nya kak Ashala" Rasya mengangguk cepat mendengar nama adik Ashala, barangkali ia bisa lebih dekat dengan Ashala.

"Baru aja lo kelar latihan! Eh gabisa apa nanti dulu aja, kasian nih temen gue. Mana punggung nya kena urut setiap minggu" Rasya membungkam mulut Zenanda menggunakan handuk bekas keringatnya, ia sungguh muak dengan mulut ember sahabatnya.

"Gabisa kak Zenanda, kak Rasya ditugaskan mewakilkan sekolah" Zenanda berontak sekuat tenaga, rasa keringat itu sangat asam. Apalagi bau nya yang menyerbak berhasil masuk ke hidung nya tanpa berpamitan.

"Gausah bawel, nanti gue balik"

"LO PIKIR KERINGET LO BAU BEBEK GORENG!"

***

SMA Surabaya
Indonesia-Surabaya 14.05

Istirahat kedua berlangsung, suasana hati Rasya tidak baik baik saja. Mendadak sahabatnya itu tidak bisa di ajak bicara, jika menjawab pasti menggunakan nada tinggi. Belum lagi wajahnya yang sudah memancarkan aura menyeramkan.

"L-lo... Mau makan apa?" Rasya hanya diam, pikir Rasya apakah sahabatnya lupa ia tidak menyukai makanan kantin.

"Ada kejadian apa? Kok mood lo kaya lagi berantakan gitu" Rasya menoleh mendapati Zenanda yang dengan wajah khawatirnya, bukan khawatir tentang Rasya. Ia khawatir mentalnya tidak baik-baik saja selalu di bentak oleh Rasyaka Ambrama.

"Huh.. Baru aja gue seneng kemaren" Zenanda mengerutkan alisnya. Ia tak paham, sungguh.

"Sorry kalo gue luapin amarahnya ke lo, tapi hati gue sakit Nan, banget.

Flashback On

Sesuai instruksi salah satu murid tadi, ia sekarang sedang berjalan menaiki tangga. Tak sengaja netranya tertangkap Arsena yang sedang memeluk gadis kesukaan nya, Ashala Fransisco. Ia tetap melanjutkan langkahnya, tetapi tidak ada pergerakan dari keduanya.

Keduanya tenggelam dengan suasana hangat itu, memang hangat. Sama seperti hati nya sekarang, menghangat. Lebih tepatnya memanas. "Aku pikir kemarin itu perawalan yang baik. Ternyata hanya perawalan mengenal mu."

Flashback Off

"Ketos bangsat, awas lo lusa. Gue bakal ga segan-segan bikin harga diri lo kaya kerupuk di depan Ashala, bahkan murid murid lainnya. Termasuk sahabat gue" Batin nya, padahal Rasya sudah semangat untuk mendekati Ashala.

"Sabar Sya, jodoh ga kemana." Rasya hanya tersenyum gentir, senyuman palsu itu sudah tercetak jelas.

"Tapi gue maksa jodoh lo Ashala, gadis yang lo tunggu enam tahun. Gue bakal rubah takdir kalian berdua, pasti"

"Iya, tapi hati gue selalu Ashala, Ashala dan Ashala Fransisco."

"Lo bodoh tentang cinta, udah di sakitin berjuta juta kali. Lo masih nerima dia yang jelas jelas sesusah itu buat jatuh cinta. Gue bisa simpulkan, lo sama Arsena sama sama goblok, lo berdua pinter tentang mengubah data tunggal Statistika"

"Tapi lo berdua gabisa mengubah rasa cinta ini bisa jadi rasa yang bisa kapan saja hilang" Rasya terdiam, ia kembali menyedot lemon tea yang di pesan.

***

"Kalaupun rasa lo ke gue itu bukan rasa cinta, gue bakal pastiin kalo rasa gue ke elo itu cinta abadi, Ashala Fransisco. Nama yang selalu tercatatkan di dada kiri Rasyaka Ambarama."
-Rasyaka Ambrama























"Bagaimanapun ujung nya, senang bisa mengenalmu"
-3726 Mdpl

3726 Mdpl adalah ketinggian gunung rinjani, jika ketinggian rasa cinta ku kepada mu itu di ibaratkan titik sudut lingkaran. Tak terhingga.

_________________



















TBC

691kata/short ban

FRANS!SCO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang