Ϲһα⍴tᥱr 30

2 1 0
                                    

"Dari sisi kanan bisa kalian lihat, sebuah mansion mewah seharga 75 juta dirham milik tuan Dicto Hernandes bersama istri dan anaknya, "

"Dari sisi kiri kalian bisa lihat, sebuah mansion mewah seharga 145 juta dirham milik tuan Zyan Hernandes bersama istri dan anak-anaknya, "

"Dan dari depan kalian bisa kita lihat, sebuah mansion mewah seharga 90 juta dirham milik tuan Varez Hernandes bersama istri dan anak-anaknya, "

Semua orang bertepuk tangan dan takjub dengan kemewahan mansion milik keluarga Hernandes. Selain memperkenalkan rumah mewah, mereka juga di perlihatkan dengan keindahan pesona halaman belakang. Ada kolam renang yang cukup mewah dan satu room yang cukup besar untuk mereka menggelar pesta. Terdapat arena latihan bela diri, tembak menembak, dan masih banyak lagi. Selain itu terdapat lapangan berkuda khusus keluarga Hernandes, lapangan bermain untuk anak-anak Hernandes. Tanah itu juga terhubung dengan tanah milik Oscar yang dia janjikan dulu pada Varez, dan kini tanah itu di jadikan sebagai tempat pemakaman khusus keluarga Hernandes.

----------------


Singkat cerita acara yang di gelar selama 3 hari telah berakhir, kini mereka busa tinggal di rumah baru masing-masing. Varez sengaja meminta adiknya tinggal bersebelahan dengannya, karena dia tidak mau lagi keluarganya pisah. Malam itu Dicto dan Candra sedang jalan-jalan malam. Hingga mobil mereka berhenti di sebuah kedai kecil pinggir jalan tepat di gang kecil yang sepi.

"Paman, kita mau apa di sini?"

"Kau coba cicipi kopi di kedai itu. Rasanya sangat enak, "

"Paman tapi-"

"Ayo turun, " ajak Dicto. Candra menurut lalu turun dari mobil dan ikut Dicto memesan minuman.

"Hai pak, berikan kami dua cangkir kopi panas yang paling enak, "

"Baik tuan, "

"Candra dengarkan ini. Normalisasi kan beli ke pedagang kecil di pinggir jalan, ini bukan soal bersih atau tidaknya. Mereka hanya ingin mencari uang untuk makan keluarganya, "

"Iya paman, " tak lama kemudian dua cangkir kopi pesanan mereka sudah tiba. Dicto dan Candra bersama meminum kopi itu sambil berbincang-bincang, namun tiba-tiba dua orang pria datang menghampiri kedai tersebut.

"HAI, MAU SAMPAI KAPAN KAU TIDAK MEMBAYAR HUTANG MU?"

"Pa-pak, saya belum ada uang untuk membayar hutang. Dagangan saya masih belum laku dari  tadi pagi, tolong beri saya waktu satu minggu pak, "

"Satu minggu, satu minggu. Ini sudah lewat dari 3 minggu dan kau masih belum membayar hutangmu. Dengar besok siang kami akan kembali menagih hutangmu, jika tidak bisa bayar maka kau kemasi dagangan mu, "

Candra yang mendengarnya kesal dan ingin menghajar mereka, namun Dicto menahannya. "Minum kopi mu, jangan sakiti tanganmu hanya untuk berandal-berandal kotor seperti mereka, "

"Paman mereka sudah mengusik paman kedai itu, "

"Candra. Bedakan mengusik sama bertugas. Mengusik itu ketika pemilik kedai ini tidak punya masalah sama mereka lalu mereka datang menggangunya. Sementara itu, bapak kedai mempunyai hutang yang harus di lunasi namun sampai 3 minggu lebih tidak di bayar, "

"Tapi paman, cara mereka menagih hutangnya sangat tidak pantas. Siapa yang lebih lama dari kau mengenal kedai ini? Paman tau mereka. Mereka sebenarnya baik, bahkan selalu memberikan waktu untuk pemilik kedai membayar hutang. Namun pemilik kedai tidak pernah menggunakan keringanan dari si penagih untuk bekerja keras, "

"Jika kau kasihan dengan paman itu, lakukan sesuatu agar dia berusaha. Jangan menyerang mereka, jika kau menyerang si penagih maka pemilik kedai akan berpikir bahwa dia tidak perlu takut lagi karena ada kau yang akan melindungi nya. Kau mengerti?"

Candra mengangguk dan kembali menikmati kopinya. Setelah selesai, Dicto ingin membayar kopi mereka namun Candra melarangnya karena dia yang akan membayar kopi tersebut. "Paman, ini kartu namaku dan alamat kantorku. Jika besok mereka mengusir mu, maka temui aku di kantorku, " ucap Candra. Setelah selesai membayar, Candra dan Dicto lanjut pulang.

"Apa kau tidak bosan sendiri Can?"

"Paman ini pertanyaannya. Aku tidak sendiri, aku punya ayah, ibu, saudara, paman, dan juga bibi. Apalagi yang kurang dalam hidupku, "

"Kekasih?"

"Paman ayolah. Aku masih tidak mau memikirkan itu dulu, "

"Candra, Candra. Kau mapan, tampan, dan baik tidak sulit bagimu untuk mencari kekasih. Paman dulu saat masih muda, banyak gadis-gadis cantik yang tertarik dengan paman, "

"Lalu kenapa paman memilih bibi Kyara?"

"Karena bibimu cantiknya dari kecil hingga sekarang. Dia berbeda dari yang lainnya,  dia spesial di mata paman, "

"Ah paman mulai lagi, " ucap Candra. Di sela perbincangan mereka, Candra sekilas melihat seorang gadis sedang berlari dari kejaran 3 pria. "Paman hentikan mobilnya, " ucap Candra yang langsung turun saat mobil di hentikan. Candra kemudian berlari mengejar gadis tadi, sementara Dicto menunggu di mobil. Setelah lama berlari gadis itu langsung di kepung dari depan oleh pria yang berhasil menghadangnya. Dari sisi kanan, dan kiri gadis itu juga terdapat 2 pria yang tadi mengejarnya. Saat gadis itu hendak berbalik arah, tiba-tiba dari belakang muncul Candra. Gadis itu menatap Candra dengan penuh ketakutan dan langsung bersembunyi di balik badan Candra. Bukannya menghajar pria itu, Candra langsung menarik tangan gadis itu dan mengajaknya lari. Dari kejauhan Dicto melihat Candra berlari sambil menggenggam tangan gadis cantik di sampingnya. "Oh, jadi begitu caramu mencari kekasih? Baiklah Can, paman akan mengajarimu, " ucap Dicto yang langsung menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan mereka. Candra kebingungan saat melihat Dicto tiba-tiba pergi, dalam situasi mendesak Candra membawa gadis itu ke suatu tempat untuk bersembunyi. Kenapa Candra tidak menyerang? Itu karena dia berjanji menggunakan kehebatannya hanya saat di depan pria bukan wanita. Saat sedang bersembunyi, Candra memeluk gadis itu agar tidak begitu terlihat. Gadis yang sadar dengan perlakuan Candra langsung mendorong nya, dan melepaskan pelukan tersebut.

"Kau ini pria atau wanita?"

"Maksudmu?"

"Kenapa kau tidak melawan mereka?"

"A-aku-"

"Kenapa? Kau takut? Dasar pengecut, "

"Begini saja, sebaiknya kau berbalik badan dan bersembunyi di pojok sana, " ucap Candra.

"Lalu kau?"

"Aku.. Aku akan menjaga di sini. Tapi ingat jangan pernah berbalik badan sampai aku bilang aman, "

Gadis itu menurut dan langsung pergi ke pojokan sambil berbalik badan. Sementara Candra pergi menghampiri 3 pria tersebut untuk memberi pelajaran kepada mereka. Satu persatu berhasil Candra taklukan dalam waktu singkat, hingga mereka takut dan pergi melarikan diri dari Candra. Setelah itu Candra kembali ke tempat persembunyian mereka, dan mengatakan bahwa situasi di luar sudah aman. Gadis itu berbalik badan dan langsung keluar melihat kembali situasi.

"Ah syukurlah mereka sudah pergi, "

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang