Tik tok tik tok...
Manik mata hitam bening itu mengikuti gerak bandul jam raksasa di depannya. Jam 12 lebih 30 menit. Penunjuk waktu itu berisyarat, seolah mengejek si paras cantik yang sedari tadi mengawasinya. Entah apa yang ditunggu. Tapi terlihat jelas kegelisahannya tak dapat ditahan. Tangannya bergerak meraih gawai yang sedari tadi berusaha ia hindari. Ya, pertahanannya lepas.
Jemari lentiknya menari-nari di atas layar bercahaya itu. Bergeser ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Rindunya menggebu-gebu. Stalker? Ia tak peduli jika memang itu namanya. Gadis kecil ini menyukai permainan yang tengah ia mainkan sejak beberapa tahun yang lalu ia memulainya. Bermain-main dengan hubungan yang entah apa namanya ini. Berkali-kali ia mencari nama penyita warasnya itu di berbagai platform sosial media yang ada.
Siapa yang tahu ia akan mendapatkan barang sekata kabar darinya?
Sial, nampaknya si jangkung itu memang sengaja menghilang, menyerahkan dirinya ditelan bumi. Baik, mungkin harus lebih realistis, mungkin saja sedang bertapa menjadi biksu di suatu tempat?Ah,sayang sekali rambut panjang hitam legam itu. Ah, itu juga terlalu berlebihan. Rumor lain? Memancing ikan di pedalaman borneo bersama kekasih gelapnya. Sial ini lebih buruk. Ia tak dapat menebaknya. Tak ada berita apa pun. Ini belum sebulan dan ia begitu tak tenang menanti-nantikannya. Ia tak pernah suka menunggu, siapa yang suka?
Gadis manja sepertinya tak akan suka hal-hal yang menyusahkan seperti itu. Tumbuh sebagai anak perempuan bungsu yang sangat dinanti-nantikan, membuatnya mudah melakukan apa pun yang ia ingin lakukan. Hidupnya selalu aman dan nyaman di bawah atap nama keluarganya yang begitu besar.
Ia tak kenal kata susah.
Siapapun akan bertekuk lutut di bawah kakinya. Tidak juga, maksudnya di bawah kaki daddy-nya. Namun tetap saja siapa yang tidak suka gadis cantik peranakan yang begitu manis dan penurut sepertinya?
Yah, hanya Freen. Dari semua hal yang ada di bumi, entah mengapa untuk yang satu ini, ia begitu putus asa. Kali ini begitu sulit baginya. Hampir tak bisa mengendalikan rasa, namun juga tak bisa memaksakannya. Kali ini ia tidak ingin mencintai tanpa dicintai. Sungguh begitu serakahnya ia dengan hal yang satu ini.
Ia jatuh hati, dan tak ada seorang pun yang dapat menolongnya.
"Oyy, nong, apa yang sedang kau lakukan hingga semua crew nampak begitu khawatir?" satu kotak bento hangat mulai dingin dan satu cup boba milk tea mulai tidak lagi nampak menggiurkan. Si Gadis yang tengah nampak jelas uring-uringan ini menggeleng lesu sembari memaku senyumnya terpaksa. "Sepertinya aku butuh lebih banyak gula"
"Nong.." Belum selesai namanya disebutkan, gadis itu menyela, "Chai, aku tau maka dari itu aku memesan menu less sugar. Terakhir kali phi Freen membujukku, jadi mungkin aku harus memikirkannya"
"Chaii, jadi Freen?" Gadis itu mengernyitkan dahinya. Bukan itu maksud dari apa yang ia katakan. "Auh, phi Namm.." Kembali memberi peringatan dengan memincingkan matanya. Mencoba untuk berbicara lewat tatapannya, seolah berkata Jangan coba-coba memancingku.
"Chai.. Chai, aku mengerti kau tak akan mengakuinya sebelum Freen yang melakukannya terlebih dahulu"
"Oey! Jangan biarkan orang-orang memikirkan hal lain" cebik Sang Gadis, tak ingin semakin ketahuan salah tingkah, ia kembali memfokuskan diri pada gawainya, meski ia tak tau apa yang harus ia lakukan dengan itu.
"Makanlah makananmu nong" titah wanita yang hanya dibalasi gelengan dari gadis yang sedang pura-pura sibuk itu.
"Makanlah, Nong Beckyy!!" Ujar wanita itu sekali lagi sembari berlalu meninggalkan Sang gadis kembali gelisah sendiri.
"Sebelum phi Freen kesayanganmu itu melihatmu kurus malam ini!" serunya menambahkan informasi yang sedari tadi ditunggu-tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Us
FanfikceMungkin tidak seharusnya aku mencintaimu. Atau mungkin tidak seharusnya kau melebihi batasnya. Kini aku yang begitu tersesat mencari hingga tak tau akan mendapatkan hatimu atau mencari jalan keluar dari duniamu yang begitu rumit. Namun sial, sejauh...