It all started, not because of a mistake but because it was designed.
Malam terasa begitu sunyi. Langit dihiasi oleh taburan bintang yang berkelip lembut, sementara bulan purnama menggantung tinggi, memancarkan cahayanya yang pucat ke segala penjuru. Angin malam bertiup pelan, menyusup di antara dedaunan yang bergerak lambat, menghasilkan bisikan samar yang seolah membawa ketenangan. Suara-suara kehidupan perlahan memudar, menyisakan hanya dengungan serangga yang nyaris tak terdengar.
Dalam keheningan yang menyelimuti, Valda tiba-tiba disergap mimpi buruk yang begitu menakutkan. Gadis itu terbangun dengan napas tersengal dan jantung berdetak liar, seolah-olah masih berlari dari bayangan gelap yang menghantui mimpinya.
Valda melirik ke arah teman-temannya, menyadari bahwa Ava tidak berada di samping Juniper, sementara Emma dan Juniper masih tertidur lelap. Dengan hati-hati, Valda menyibakkan selimutnya dan meraih jaket yang tergantung di dekatnya. Perlahan, dia keluar dari tenda, dan segera desiran angin malam menerpa kulitnya, menambahkan rasa dingin yang menusuk. Pandangannya segera tertuju pada sosok Zephyr, yang duduk sendirian di kejauhan, tampak tenggelam dalam pikirannya di bawah cahaya redup bulan purnama. Valda berjalan perlahan mendekat, rasa penasaran dan sedikit khawatir menyelimutinya.
"Zephyr?" Valda memanggil pelan, suaranya sedikit bergetar oleh hawa dingin malam.
Zephyr segera mengalihkan pandangannya, menatap Valda yang tengah berjalan mendekat. Cahaya bulan memantulkan siluetnya, memperlihatkan raut wajah penuh perhatian. Valda, pacarnya, mendekatinya dengan langkah pelan namun pasti, mencerminkan campuran antara rasa dingin dan keinginan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Zephyr tersenyum tipis, namun ada sesuatu di matanya yang membuat Valda merasa ada beban yang disembunyikan.
"Hmm?" Zephyr bergumam pelan, mengangkat alisnya saat Valda mendekat.
"Kenapa kau di sini?" tanya Valda, matanya melirik sekitar, mencari tanda-tanda yang bisa menjelaskan situasi. Setelah memastikan tidak ada yang aneh, dia kembali memusatkan pandangannya pada Zephyr. Akhir-akhir ini, kekasihnya tampak sering menjaga jarak, dan hal itu mulai membuat Valda merasa gelisah.
Zephyr terdiam sejenak, memandangi Valda dengan tatapan yang sulit dibaca sebelum mendengus pelan. "Hanya terbangun," jawabnya akhirnya, suaranya terdengar datar, seolah tak ingin membahas lebih lanjut. Namun, di balik nada sederhana itu, Valda merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar insomnia biasa.
"Kau sendiri?" tanya Zephyr, masih menatap Valda dengan pandangan yang tenang.
"Juga terbangun," jawab Valda singkat, sebelum memutuskan untuk duduk di samping Zephyr. Ia menjaga sedikit jarak dan menarik jaketnya lebih erat, berusaha melawan dinginnya malam.
"Aku sempat terkejut karena Ava tidak ada di samping Juniper," lanjut Valda, suaranya sedikit bergetar. "Kupikir dia sedang keluar untuk buang air kecil atau semacamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Peak
Misterio / SuspensoValda Carlyle dan teman-temannya berkemah di puncak Gunung Yves, tempat indah yang ternyata menyimpan kengerian. Satu demi satu temannya menghilang, dan Valda mendapati dirinya terjebak dalam permainan mematikan yang dirancang oleh seorang pembunuh...