Chapter 27

1.2K 119 52
                                    

~Selamat Membacaaa~

   Rafka sudah sampai dilokasi yang Dafi kirimkan padanya. Tempat yang tidak asing untuk Rafka. Tempat dimana selama bertahun-tahun ini dia mendapatkan penyiksaan hebat diruangan itu. Rupanya Dafi juga membawa Rais keruangan yang menumbuhkan rasa trauma untuk Rafka. Dia mengepalkan dua tanganya kuat-kuat. Emosi mulai melingkupi jiwanya.

   "Rafka?"

   Langkah nya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang memanggil namanya dari arah belakang. Rafka terkejut ketika melihat Felix lah yang ternyata memanggil dirinya.

   "Lo ngapain disini?"

   "Gue ngikutin lo dari cafe. Om Tio bilang Keisha keluar dari cafe dalam keadaan nangis. Gue pikir dia habis berantem sama lo makanya gue kesana."

   Rafka seakan tertarik kembali pada dunianya. Mendangar Felix menyebutkan nama perempuan itu membuat Rafka tersadar. Kemana gadis itu pergi malam-malam begini? Dalam keadaan hujan.

   "Fel. Tolong cari Keisha. Dimakam Abah Ruza. Gue yakin Keisha ke makam Mamah nya lagi hujan-hujan gini. Makam Mamah nya tepat dibelakang makam Abah Ruza Fel," khawatir Rafka meminta Felix untuk menyusul Keisha.

   "Kenapa harus gue? Lo juga bukanya cariin dia kenapa malah kebelakang pesantren?" bingung Felix.

   "Gue ada urusan. Gue titip Keisha sama lo dulu yah."

   Rafka langsung berlari kedalam. Meninggalkan Felix yang kebingungan. Langkah lebar nya menuju ke ruangan yang berada di paling pojok. Tempat terpencil yang dulu dijadikan gudang, sekarang dijadikan tempat penyiksaan Abah Zaid pada Rafka.

   "Dafi! Buka pintunya," teriak Rafka mengetok-ngetok pintu yang terkunci.

   Pintu dibuka dari dalam. Dafi tersenyum menyeringai pada Rafka. Mata Rafka membola saat melihat dua manusia yang sedang Dafi ikat disebuah kursi menatap padanya dengan tatapan sayu memohon, meminta pertolongan.

   "K-keisha?" gumam Rafka tidak percaya.

   Jadi selain Rais yang laki-laki itu bawa, dia juga membawa Keisha?

   "Dafi..."

   "Santai Rafka. Ayo masuk dulu," ajak Dafi mempersilahkan Rafka untuk masuk, kemudian dia kunci kembali pintu tersebut.

   "Dafi, apa-apaan ini?"

   "Lo maju satu langkah deketin mereka, benda ini siap lukain mereka Rafka," tunjuk Dafi pada pisau yang sedang dia pegang.

   Rupanya anak dan Ayah tidak ada bedanya. Mereka sama-sama syco tidak punya hati. Dafi benar-benar menuruni sifat Abah Zaid 100%.

   "Saya bisa malaporkan kamu pada Polisi atas tindakan kamu ini Dafi," ancam Rafka.

   Dafi terkekeh sebentar. "Lo laporin gue ke Polisi ya silahkan. Tapi hasil yang akan lo dapat adalah dua jasad mereka Rafka."

   "Jangan macam-macam Dafi!" sentak Rafka memperingati.

   "Gue heran yah Rafka. Lo liat gue culik mereka berdua dan lo bilang mau laporin gue ke Polisi. Kenapa lo gak dari dulu aja laporin Abah Zaid juga ke Polisi atas tindakan dia yang siksa lo dibawah umur?" tanya Dafi mengejek.

   "Apa yang kamu mau?" ucap Rafka hati-hati, dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

   "Gue juga sesekali mau puasin dahaga gue kaya Abah," jawab Dafi menaikan satu alisnya.

   Rafka sangat tahu persis kata dahaga yang Dafi maksud adalah menyiksanya. Seperti yang dilakukan oleh Abah Zaid. Karena sedari dulu setiap kali dirinya selesai disiksa oleh Abah Zaid, pria dewasa itu selalu berkata puas karena sudah merelasisasikan dahaganya.

Semesta MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang