Annyeong kawan!
Name tag hitam bertuliskan nama lengkap Alleta menjadi alasan dia menginjakan kaki di ruangan keramat bagi sebagian siswa bermasalah Mandala. Lengkap ditemani lelaki berwajah kalem berperawakan tinggi yang memperkenalkan dirinya sebagai sang Ketua OSIS.
Tatapan tajam sekaligus teduh dari lelaki tampan tersebut mampu mengubah atmosfer di dalam Ruang BK sedikit tenang terlepas dari keributan dari empat orang yang memduduki kursi samping Aletta tak lain ada Mia, Gisel serta Selena dan Malika yang tak pernah absen mengekor Gisel.
Lelaki pemilik sejuta pesona di depan Aletta ini selain menjabat sebagai Ketua OSIS Mandala tapi sekaligus Cucu lelaki pemilik Yayasan yang otomatis dia adalah kakak dari biang onar Mandala, Barata Abigail.
Ya benar, bukan lagi rahasia bagi seluruh warga sekolah mengenal Barat sebagai kakak Gisel hal itu juga dimanfaatkan beberapa guru untuk lebih dapat mengatur beberapa masalah yang dilakukan oleh Gisel karena hanya Barat yang dapat mengontrol Gisel ketika berada di ranah Mandala.
Hampir sepuluh menit Barat diam sembari mendengarkan berbagai alasan tidak bermutu Gisel dan teman-temannya yang terus menyalahkan Mia demi membela diri mereka sendiri agar tidak terkena hukuman dari Barat seperti hari-hari sebelumnya.
“Ck! Bu sebenarnya saya ngapain di sini?” Decak Aletta menghentikan pertikaian Gisel.
Tanpa menghiraukan Barat di depannya Aletta memilih bertanya pada Bu Rika yang sedari awal juga berada di meja samping tempat mereka.
Aletta mulai bosan, jangan lupakan Aletta masih dendam pada orang-orang di sampingnya. Selain alasan mereka penyebab saudarinya ketakutan Aletta juga masih dendam pada kejadian di koridor kemarin.
“Kalau hilang dendanya lima ratus ribu dan bersihkan Lapangan outdor satu bulan.” Ujar Barat seraya meletakkan name tag hak milik Aletta.
Aletta hampir mengumpat mendengarnya. Hanya untuk benda mungil yang pasti Aletta dapat beli lagi di toko orange dengan harga lebih murah meriah tapi kenapa sanksinya sangat menyiksa punggung.
“Itu dibuat khusus hanya untuk siswa Mandala, Le,” Mia yang duduk tepat di samping Aletta dan melihat wajah terkejut tapi terkesan lucu itu berinisiatif membisikan alasanya. Aletta berkedip dua kali sekaligus menganggukkan kepala menyadarkannya dari aksi konyol barusan.
“Oh, kalau gitu gue ambil dua.” Aletta menjulurkan tangan di depan Barat berniat meminta name tag double.
Semua orang dalam ruangan speechless mendengar permintaan Aletta tak terkecuali Gisel mengatainya 'tolol' tanpa suara.
“Satu orang satu.” Tolak Barat tanpa mempedulikan tangan Aletta. Beralih membuka buku hitam tebal di depannya. Aletta mendengus tak terima.
“Gue bayar satu juta deh!” Alleta Keras Kairan Kepala Maharani, harusnya seperti itu namanya.
“Dih, kayak mampu aja,” Lagi-lagi Gisel berdecih seiring lirikan sinis pada Aletta.
“Diem lo Cabe!” Aletta tak kalah sinis, Bung.
Mia menarik pelan ujung baju Aletta untuk menghentikannya. Barat melirik Aletta dan Gisel sekilas sebelum melanjutkan menulis sesuatu pada buku di depannya.
“Bersihin selokan depan sekolah dulu nanti gue kasih!.”
Pfft! Gisel dan teman-temannya terdengar menahan tawa mendengar perintah dari Barat.
“Sial,” Umpat Aletta pelan.
“Gimana? Dua jam lagi gue cek. Kalau bersih nanti gue kasih name tag lagi,” Terlihat wajah menyebalkan Barat saat memberikan Aletta usulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Aletta~
Teen Fiction"Hai, gue Aletta dan gue kembaran si Aluna. Kalo kalian ganggu Aluna lagi, gue jambak rambut lo pada sampe botak!" "Lun, beliin gue bakso ga pedes!" "Patah kaki lo? apa mau gue patahin?" ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ "Lun, Om Regan bolehin kalian pacaran gak sih...