senyum di balik pelangi

5 2 0
                                    

Pagi itu, semilir angin yang lembut membelai wajah gadis cantik yang memiliki senyum tipis nan manis, membawa serta aroma tanah yang basah dan menyegarkan. Gadis cantik itu menikmati setiap perlakuan lembut alam padanya. Nur Aini Lathifa, rangkaian nama indah yang dimiliki oleh gadis yang menyukai ketenangan dan kesendirian.

Saat ini, Aini duduk di tepi danau, menatap permukaan air yang berkilauan diterpa sinar matahari yang mulai berani menampakkan diri. Kabut tipis masih melayang di atas danau, membuat pemandangan semakin memukau. Angin sepoi-sepoi menggerakkan rambutnya, sementara kicauan burung terdengar sayup-sayup di kejauhan. Aini selalu merasa damai ketika berada di sini, di tempat yang menjadi saksi bisu kebahagiaan masa kecilnya. Tentu saja, semua tak lagi sama seperti yang terjadi saat ini.

Sejak kecil, Aini sering diajak ayahnya pergi ke danau ini. Sekedar melepas penat dari aktivitas harian yang tanpa henti atau sekedar menikmati suasana sore hari yang menenangkan. Mereka biasa akan duduk bersama di tepi air, berbagi cerita dan tertawa tanpa beban. Betapa indahnya kenangan itu, apapun yang dihadapi di hari itu seketika luruh bersama angin lembut di danau itu. Namun, sejak ayahnya meninggal beberapa tahun lalu, Aini merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Dia terus datang ke danau ini, seolah berharap bisa merasakan kembali kehadiran ayahnya melalui keindahan alam yang mereka cintai bersama. Dia tak menyadari begitu cepat waktu berlalu, begitu kejam takdir yang mengubah kenangan bahagianya menjadi kenangan pilu. Namun, jauh di lubuk hatinya Aini bersyukur, tempat seindah ini pernah dikenalkan ayahnya. Dan, sekarang tempat ini menjadi tempat untuk mengenang masa kecil saat bersama ayahnya.

Berminggu-minggu telah berlalu, dimana Aini harus terbiasa dengan kesendirian yang saat ini menjadi sahabatnya sehari-hari sejak ayahnya kembali ke keabadian yang sejati. Tak lagi sedih, hanya kehampaan yang dirasakan Aini saat ini.

Hari ini, langit tampak cerah, awan putih bergumpal-gumpal menghiasi birunya langit. Hari yang indah, tidak begitu terik namun juga tidak begitu basah. Semuanya terlihat sempurna. Aini memandang ke sekeliling, memperhatikan bunga-bunga liar yang tumbuh di tepi air, dan serangga kecil yang melayang di atas permukaan danau. Di sinilah tempat favoritnya untuk merenung, menemukan kembali dirinya yang seringkali hilang di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Tempat ini selalu berhasil melampiaskan lelah yang dipikulnya sendirian tanpa bercerita ke siapapun. Tanpa bersuara, tempat ini telah berhasil menjadi rumah bagi lelahnya jiwa Aini.

Tiba-tiba, awan gelap mulai mengumpul di ufuk barat, tanda-tanda hujan akan turun. Aini menoleh ke arah langit, menyadari bahwa sebentar lagi hujan akan mengguyur. Aini diam sembari terus mendongakkan kepalanya melihat perubahan yang terjadi di atas sana. Netranya yang indah perlahan menutup seolah siap menyambut hujan yang akan turun. Bukannya pergi mencari tempat berteduh, ia tetap duduk di sana, menikmati perubahan suasana. Angin semakin kencang, dan tidak lama kemudian, tetes-tetes hujan mulai turun, menyentuh pipinya dengan lembut. Sejuk, itulah yang Aini rasakan. Aini mulai larut dalam butiran-butiran air hujan yang turun.

Aini selalu menyukai hujan. Bagi dirinya, hujan adalah pengingat bahwa setelah setiap badai, akan ada ketenangan yang mengikuti. Hanya menunggu beberapa saat untuk menyambut kebahagiaan yang dipersiapkan, mungkin dalam beberapa situasi tertentu dibutuhkan waktu yang singkat, namun di situasi tertentu dibutuhkan waktu yang lebih lama. Dan benar saja, tak lama setelah hujan deras mengguyur, langit mulai cerah kembali. Matahari yang muncul dari balik awan menciptakan sebuah lengkungan pelangi yang indah di langit. Aini tersenyum, merasa seolah-olah pelangi itu adalah pesan dari alam untuknya.

Perlahan senyumnya terukir, bibir kecil itu tertarik hingga melengkung indah di wajahnya. Mata indahnya pun ikut tersenyum. Ia teringat pada sebuah cerita yang pernah diceritakan ayahnya. “Pelangi adalah tanda bahwa keindahan selalu datang setelah kesulitan, Aini. Kau hanya perlu bersabar dan percaya bahwa hal-hal baik akan selalu datang pada waktu yang tepat.” Ayahnya telah banyak mengajari bagaimana cara untuk menjalani kehidupan.

Mengingat kata-kata ayahnya, Aini merasakan kehangatan menyelimuti hatinya. Aini merasa ayah nya turut serta hadir saat ini, memeluknya dan mengulang kembali kata-kata semangat baginya. Di tempat ini terlalu banyak memori indah yang ingin selalu di simpan Aini. Meskipun ayahnya sudah tiada, ia merasa bahwa kenangan mereka bersama di tempat ini akan selalu hidup. Keindahan serta kedamaian yang dihadirkan di tempat ini selalu menyambut Aini kapanpun dan dalam keadaan apapun. Alam, dengan segala keindahannya, selalu punya cara untuk menyembuhkan luka, memberi harapan, dan menghadirkan kebahagiaan dalam bentuk yang paling sederhana.

Aini bangkit dari tempat duduknya, menatap pelangi yang semakin jelas terbentang di langit. Ia merasa tenang, seperti baru saja berbicara dengan ayahnya lagi. Ia tahu, meskipun ayahnya sudah pergi, kehadirannya selalu ada dalam setiap sudut alam yang mereka cintai. Ayahnya mungkin telah pergi, namun setiap kenangan yang melekat dalam hatinya tidak akan pernah mati. Kenangan itu akan terus hidup dan bertumbuh bersama dengan alam yang tak pernah berhenti menghadirkan hal-hal indah yang siap menyembuhkan setiap luka yang ada.

Dengan perasaan yang jauh lebih ringan, Aini akhirnya memutuskan untuk berjalan kembali ke rumah. Namun, sebelum pergi, ia berhenti sejenak dan menatap danau untuk terakhir kalinya hari itu. Senyum tipis terukir di wajahnya, dan di dalam hatinya, ia tahu bahwa alam ini akan selalu menjadi pengingat akan cinta dan kenangan yang abadi.

Aini mulai melangkah maju, beranjak meninggalkan danau itu secara perlahan. Setiap langkah yang diambilnya tak melepas pandangan terhadap keindahan alam yang tiada siapapun dapat menolak untuk tidak menoleh kepadanya. Bersama dengan perasaan yang mungkin sulit untuk dijelaskan, namun yang pasti Aini merasa tenang. Seolah baru saja menumpahkan kekesalan yang dipendamnya, seolah berbicara lama tentang nasehat kehidupan serta merasa dipeluk dan ditenangkan.

Hari itu, Aini pulang dengan keyakinan baru. Di balik setiap badai, di balik setiap hujan, selalu ada pelangi yang menunggu. Dan di balik keindahan alam, selalu ada cinta yang tak pernah pudar. Aini juga berharap, siapapun insan yang ada di dunia fana ini akan tetap selalu bersemangat dan menciptakan kebahagiaannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

senyum di balik pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang