27. say no to ldr

2.8K 165 4
                                    

----

Melihat Callum yang berdiri sendiri di balkon kantin, Isabella mendekatinya. "Pak, soal papa saya..."

Callum berbalik dan tersenyum kecil. "Papa kamu maksa buat jodohin kamu sama saya, ya?"

Isabella mengangguk, lalu tersenyum masam. "Jujur aja, Pak, Bapak bukan tipe saya. Tipe saya itu lebih kayak Kak Asher. Lagipula, saya nggak mungkin nikah sama om-om."

Callum tersentak mendengar kata-kata itu. Om-om? Dia baru 34 tahun—apa itu dianggap tua?

"Iya, saya paham," Callum menjawab, mencoba tersenyum meski hatinya sedikit tertusuk. "Nanti saya coba bicara sama papa kamu. Tapi satu hal, Asher itu milik saya."

Isabella terdiam sejenak, merasa sedikit tersinggung meski ia sudah tahu. "Baru pacaran doang, nggak usah bangga! Siapa tahu besok Kak Asher malah aku rebut!" jawabnya dengan nada sedikit ketus.

Callum menatap Isabella dengan alis terangkat, setengah tak percaya mendengar tantangannya. "Kamu serius?" tanyanya sambil menyandarkan diri ke pagar balkon, seolah tak terganggu.

Isabella mengangkat bahu, senyumnya penuh percaya diri. "Kenapa nggak? Kak Asher kan nggak resmi-resmi banget sama Bapak. Kalau aku serius, bisa aja dia berubah pikiran."

Tawa pelan keluar dari mulut Callum, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Isabella, Asher bukan orang yang mudah berubah hati. Kalau kamu pikir bisa 'merebutnya' cuma karena kamu punya status atau posisi magang ini, kamu salah besar."

"Kenapa Bapak pacaran sama Kak Asher sih? Harusnya Bapak nyari omega, bukan beta kayak Kak Asher! Kak Asher itu lebih cocok sama aku."

Callum tertawa semakin keras mendengar pernyataan Isabella. Gadis itu benar-benar tak tahu apa-apa soal Asher, terutama tentang second gender-nya yang sebenarnya omega. Tapi yang lebih menggelikan baginya adalah membayangkan gadis 17 tahun ini serius berpikir bisa merebut Asher dari dirinya.

Setelah meredakan tawanya, Callum menatap Isabella dengan senyum lebar. "Isabella, kamu jelas-jelas nggak tahu banyak soal Asher. Percaya deh, dia bukan beta seperti yang kamu kira."

Isabella mengerutkan kening. "Maksud Bapak apa? Jadi dia apa?"

Callum menyandarkan punggungnya ke pagar balkon, menyipitkan mata sambil menahan senyum. "Itu bukan urusan kamu, tapi satu hal yang pasti, kamu salah besar soal dia."

Wajah Isabella tampak bingung. "Apa maksud Bapak?"

Callum menggeleng. "Itu urusan kami berdua. Kamu nggak perlu tahu. Tapi satu hal lagi, Asher bukan orang yang bisa kamu rebut dengan mudah."

Isabella mendengus, merasa sebal. "Bapak bisa aja ngomong begitu. Tapi lihat aja nanti, aku akan buat Kak Asher berubah pikiran."

Callum hanya tersenyum penuh percaya diri. "Kamu boleh coba, Isabella. Tapi percayalah, kamu nggak tahu apa yang kamu hadapi."

Isabella tampak tak terima, tapi kali ini dia memilih tak membalas. Sebelum melangkah pergi, dia menatap Callum dengan tatapan tajam yang penuh tekad. Callum tahu gadis itu belum akan menyerah, tapi dia juga tahu Isabella tak punya kesempatan.

Callum menghela napas panjang, pikirannya kembali tertuju pada Asher. Beberapa hari terakhir ini, ia benar-benar tak punya waktu untuknya. Padahal Asher selalu menelepon, meminta bertemu, namun Callum selalu harus menolaknya—entah karena perjalanan bisnis atau urusan pekerjaan lainnya.

Sekarang, saat Callum berada di kantor dan akhirnya punya waktu, justru Asher yang sedang dinas di luar kota.

***

Caught in boss's grip (BL, END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang