Matahari kembali menunjukan dirinya, memberikan sebuah penerangan dengan pancaran sinarnya yang kuat. Cuitan burung dengan kokokan ayam berpadu menjadi satu membentuk sebuah harmoni di pagi hari, mengusik pendengaran manusia yang masih sibuk terlelap mempertahankan pejaman matanya.
Secercah cahaya masuk melalui celah lubang kecil pada atap, memancar lurus tepat kearah wajah yang masih terlihat enggan untuk membuka mata. Namun kini terlihat kedua mata itu perlahan terbuka karna ketukan dari sinar tadi, menyaksikan bagaimana kondisi ruangan dihadapannya yang benar-benar berantakan. Gio berusaha bangun dari lantai yang dingin dengan segala sisa tenaganya, Ahh jadi dari semalam dia benar-benar tumbang dengan segala rasa sakitnya?
"Selamat Pagi."
Gio sejenak terperenjat mendengar suara lain pada ruangan itu, menatap kearah pintu kamar yang dia yakini masih ada Faza didalamnya. Namun pintu itu masih tertutup rapat, jadi siapakah pembuat suara yang dia dengar?
"Giovano Letransa, benar?"
Lagi-lagi Gio di kagetkan dengan kemunculan suara itu, mengedarkan pandangan pada sekeliling ruangan untuk mencari dan memastikan.
"Kau tak akan bisa menemukan ku dalam penglihatan wahai ragaku, ini aku Gilbert Artely inerwolf mu"
Seketika pergerakan Gio terhenti setelah untain kalimat itu terdengar, tapi tunggu apa dia bilang? Inerwolf? Kenapa dia tiba-tiba muncul? Bukankah inerwolf seharus nya muncul ketika dia sudah berusia 21 tahun?
"Aku tau kau pasti bingung, namun sebentar lagi kau akan mendapatkan jawabannya."
Gio masih terlihat berfikir disana, berusaha mendengarkan dengan seksama sosok lain yang ada pada tubuh nya.
"Mending sekarang kau lihat keadaan seseorang yang ada di dalam kamar mu itu, kau terlalu banyak mengeluarkan feromon semalam, aku yakin dia tidak baik-baik saja."
Mendengar ucapan dari Gilbert, Gio langsung berbegas mencari kunci cadangan kamarnya. Membuka dengan tidak sabaran hingga menimbulkan suara keributan.
Pintu itu buka memperlihatkan tubuh ringkih milik Faza yang terbaring tak sadarkan diri di atas lantai yang dingin. Kedua mata Gio terbelak lebar, segera menghampiri Faza yang saat ini benar-benar berantakan.
"Za? Faza bangun Za!"
Gio bersimpuh tepat di samping tubuh Faza dengan satu tulut menompang tubuhnya, mencoba untuk menyadarkan pemuda itu namun sepertinya tak membuahkan hasil. Tangannya dia bawa beralih untuk membawa tubuh itu pada gendongannya, memindahkan tubuh Faza keatas kasur supaya dirinya lebih nyaman.
"Badannya panas banget!"
"Mungkin ini karna efek feromon mu semalam, kau terlalu berlebihan mengeluarkan feromon."
"Bagaimana aku bisa mengendalikan diriku semalam? aku saja tak sadar melakukan hal-hal Itu, dan lagi aku masih belum terbiasa dengan ada nya dirimu dan suara mu itu."
"Kau harus terbiasa mulai sekarang, karna aku akan ada dalam dirimu dalam waktu yang lama."
Gio terdiam sejenak memikiran semua hal-hal aneh yang terus berdatangannya pada dirinya, menatap kearah Faza yang saat ini masih setia memejamkan matanya.
"Tapi Faza baik-baik aja kan?"
" Aku rasa dia baik-baik saja, dilihat dari auranya sepertinya dia bukan seseorang yang mudah tumbang."
"Kau benar."
"Namun mengapa diriku merasakan hal aneh pada pemuda ini?"
"Maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate : The First & Second Life
FanfictionGemini Fourth Kematian, nasib, untung dan takdir, mereka semua memiliki arti yang sama, dalam satu kata. (Fate) sebuah kata yang mengandung banyak arti namun terlalu singkat untuk di sebutkan. Terkadang ketika kita mengucapkannya kita akan terfikir...