5. 2 Kepribadian

500 50 11
                                    


Diranjang yang sempit dan harusnya hanya untuk 1 orang, kini aku dan dia tidur berdempetan. Tangan kanannya masih erat merangkul pinggangku yang ramping, dan wajahnya dibenamkan dileher jenjangku

Kita tidak tidur berhadapan, melainkan aku membelakanginya dan didepanku dinding bercat putih yang menyaksikan aku dan dirinya membuat malam yang panas

Aku berhati-hati melepaskan rangkulannya, berharap pergi dari ranjang sempit ini tanpa membangunkannya

"mau kemana ?" tanyanya tegas dan mengeratkan lagi pelukannya

Tunggu sebentar ???

"Lo masih disini ?" tanyaku sedikit shok, bukankah pagi ini Sean Kim yang muncul ?

"Kenapa emang ? Ga suka gue disini ?" William membalikkan tubuhku dengan mudahnya, mata yang berwarna keemasan itu menatapku tajam

"Bukan gitu. Tapi biasanya kan tiap pagi lo menghilang"

"Lo berharap gue menghilang ?" tangan yang tadinya merangkul pinggangku kini mencengkram rahangku

Tidak kuat, tapi lumayan membuat penegasan.

"Gue bilang bukan gitu" jawabku seraya melepaskan cengkraman tangannya. "Cuma nanya, kali aja lo mau ngasih tau kekepoan gue"

William menyeringai, entah apa yang ada diotaknya, aku tidak tahu ?

"Semalem kita dadakan kan kesini, gue gak kepikiran sama obat pereda nyeri itu"

Ah iya benar, semalam tiba-tiba William memintaku mengajaknya ke apartemenku. Aku sempat menolak, khawatir Sean akan marah, tapi orang ini benar-benar keras kepala

"Lo tidur nyenyak banget, ga tau gue kayak mau mati nahan rasa sakit dikepala gue"

"Lo takut Sean marah ?" tiba-tiba nada William berubah lebih menakutkan

"Gak juga sih. Tapi lebih ke gue gak tau harus jawab apa. Tiap gue ajakin keluar dia selalu gak mau. Berbulan-bulan gue pacaran cuma nyamperin dia di apart. Bosen ? Pastilah"

"Tapi sekarang kan ada gue, disini, ditempat lo yang kecil ini"

Aku mendelik membuat William tertawa terbahak, aish dia menghinaku. "gak usah ngehina gue kalo gak suka disini"

"Kata siapa ?" William menarikku kedalam pelukannya, "gue suka lo, gak peduli tempatnya"

Buru-buru aku melepaskan pelukannya, tubuhku terasa pegal semalaman terhimpit ke dinding. "minggir. Gue mau mandi"

"Mandi bareng gue"

Tubuhku ditariknya lagi, bagaimana aku bisa pergi dari William. Setelah aku mengenal William, aku menjadi tahu dia type pria yang manja dan mudah terbawa emosi

"Gak usah deh, yang ada gak kelar-kelar. Gue mau kuliah, lo juga kan"

"Gak ah. Gue mau menikmati waktu gue lebih lama"

"Jangan nyusahin Sean deh, dia gak pernah bolos"

"Sean mulu deh, kayak tau aja dia sayang sama lo apa enggak"

William mendorong tubuhku dan bangkit dari tidurnya. Dia marah ?

"Jangan cemburu sama diri sendiri. Kayak beneran aja sayang sama gue" aku pun ikut bangkit

"Lo raguin gue ?" William menarik rahangku lagi, "gue beneran sayang sama lo" setelahnya William mengecup bibirku, semakin dalam, dan dalam hingga aku terbawa suasana, pagutannya begitu nikmat.





"Serena.." Ucap William menghentikan pagutan kami, membuatku membuka mata dan menatap mata teduh itu

suara ini milik kekasihku, Sean Kim. dan hatiku terasa sakit seperti ada perasaan bersalah

"Sean ?"

"Ya Serena. Aku - akkh" Sean meringis, kedua tangannya memegangi pelipis

"Sean"

"akh - jangan sentuh gue" Sean menepis tanganku yang hendak menyentuhkan

Aku menghembuskan napas kasar, dan pergi meninggalkannya yang terus meringis kesakitan.

Selama aku menghabiskan rutinitas mandi pagiku, aku berusaha mengabaikan pikiranku tentang Sean, dia kesakitan. Tidak, itu William



"Berangkatnya biar gue yang anter" kata William melihatku keluar dari kamar mandi

"Gak usah. Gue bisa sendiri, lo langsung balik aja" tolakku sembari mengenakan pakaian, aku yakin William memperhatikanku dari langkahku keluar kamar mandi - melepaskan handuk - hingga kini tubuhku terbalut tshirt dan celana Jeans
"Pulangnya juga nanti gue jemput"

"Gak usah William, gue juga bisa pulang sendiri"

"Nanti pulangnya kita ngedate dicafe atau resto, gimana?"

Aku menolak semua karena Sean menjaga privasinya di kampus, seandainya Sean sendiri yang mengajakku, pastinya dengan bahagia aku menerima ajakannya

"Terserah lo deh" jawabku sambil melenggang keluar apartemen diikuti William dibelakangku





Perjalanan pergi ke kampus diantar pacar untuk pertama kali harusnya menjadi moment yang bahagia buatku. Sebuah moment yang aku nantikan sejak berpacaran dengan Sean

Tapi disampingku bukanlah Sean. Terkadang aku bingung dengan diriku sendiri, ketika bersama Sean aku menantikan William, tapi ketika bersama William aku menantikan Sean

"Kenapa liatin gue mulu sih ?" tanya William membuyarkan lamunanku yang memang posisi dudukku menghadap William

"Gue belom mau punya anak deh kayaknya"

"Tanpa lo bilang gue udah tau, lo minum pil penunda kehamilan. Buat apa sih ? Lo ga takut rahim lo kering ?"

"Kok lo tau tapi gak marah sama gue ?"

"Pertanyaan gue tuh dijawab dulu, baru nanya"

"Kan gue bilang, gue belom mau punya anak. Masa depan gue masih panjang"

"Justru karena masa depan lo masih panjang, jangan minum itu pil, nanti rahim lo kering malah ga bisa punya anak dari Sean"

"Jangan sok tau mulu deh" aku mulai malas berbincang dengan William, seolah dia bisa membaca pikiran dan langkahku







Sesampainya dikampus, tanpa menunggu kata-kata dari William, aku keluar begitu saja, dan suara klakson terdengar nyaring dari mobil Sean

Aku yakin William kesal dengan sikapku pagi ini, akupun merasa plinplan menanggapi William

Beberapa kali aku menengok kebangku belakang tempat Sean duduk, ini pertama kalinya bangku itu kosong

Jam bergulir dengan lambat, William mengirim pesan lokasi tempat yang akan menjadi tempat kencan kami dan ia juga akan ada diparkiran 1jam sebelum aku pulang - untuk menjemputku





Tapi nyatanya, aku yang menunggunya. Aku terus mendial nomer Sean, tapi tidak ada jawaban

"Sial, kemana dia ?"










"Sial, kemana dia ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

05 Oktober 2024

TWO SIDES SEAN KIM - SUNOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang