Orca mematut dirinya dihadapan cermin, badan kurus dengan kulit pucat nya itu dilapisi seragam sekolah khas anak menengah keatas, dasi terpasang apik dikerahnya dan tas ransel berwarna hitam Ia gendong dipundak.
Rambut perak yang selama ini tertutup pewarna hitam juga sudah menunjukkan warna aslinya, kemudian ditata rapi agar enak dipandang. Terakhir Orca menyemprotkan parfum beraroma melon dan Ia pun beranjak keluar kamar menuju ruang makan.
Hari ini Orca kembali bersekolah, setelah kemarin menghabiskan waktu dengan belajar seharian penuh Ia sudah merasa cukup yakin bisa mengikuti materi yang diberikan nanti.
Sekolah Orca adalah sekolah negeri, bukan hanya orca tapi Aiden dan Lio juga bersekolah disitu. Berbeda dengan James dan Mora yang dulunya di sekolah swasta, internasional pula tuh.
Kalau ditanya kenapa mereka bertiga tidak seperti kedua kakaknya yang sekolah di swasta maka tuan besar Edmund akan menjawab, "aku sedang berhemat untuk masa tua yang indah."
Tapi kejadian yang sebenarnya adalah tuan muda Aiden yang diam diam ikut tes beasiswa ke SMA Negeri favorit itu, yang kemudian jejak nya diikuti oleh Lio dan Orca.
Anak yang pengertian untuk ayah yang suka berhemat.
Kembali ke Laptop, kini Orca dan anggota Anderson yang lain sudah berkumpul di meja makan dan memulai sarapan pagi mereka.
James dengan setelan Kantornya, Mora yang terlihat santai karena jadwal matkulnya siang nanti, tiga remaja dengan seragam sekolah dan Edmund dengan pakaian kasual nya.
Sang kepala keluarga tak berniat pergi ke kantor pagi ini, sudah ada James yang Ia utus menggantikannya. Pagi ini Edmund akan mengantar para anak-anak ke sekolah.
Ini adalah kesempatan emas yang tidak bisa Edmund sia-siakan, setelah sekian lama dia bisa mengantarkan putra bungsunya sekolah lagi.Terlihat lebay memang, tapi bagi Edmund, Orca yang sedari dulu selalu menghindar dari anggota keluarga yang lain kini terlihat mengikuti arus. Jadi jangan sampai Ia melewatkan kesempatan ini!
Bahkan karena terlalu bersemangat Ia melimpahkan setumpuk berkas kantor kepada anak sulungnya, yang tentunya tak habis habis mengumpati sang Ayah dalam hati. -anak durhaka jgn ditiru!"
Mobil yang harganya setinggi langit itu berhenti di depan gerbang sekolah, yang tentunya menarik perhatian seluruh siswa siswi yang sudah tiba di sekolah.
Namun yang jadi daya tarik mobil itu bukanlah harganya yang wow, tetapi warna ungu mengkilap dengan stiker bertuliskan 'ungu belum tentu janda yang punya' ditambah emoticon alay di body mobil itulah yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Agak... menyakitkan mata? (read: jamet)
Lio dengan terburu-buru keluar dari mobil meninggalkan Orca yang masih diberikan petuah oleh sang Ayah, sungguh Lio malu!
Pada dasarnya sekolah Negeri tidak seluruhnya di isi orang-orang kalangan atas, jadi pemandangan ini cukup menarik perhatian, yang tentunya karena penampilan mobil itu!
Lio menyesal tidak nebeng dengan Aiden tadi, setelah sarapan tadi Aiden memang menolak diantar dan memilih pergi menaiki motor matic hijau tercintanya.
Sang Daddy juga tak luput dari omelan Lio, dari banyak nya kendaraan yang nganggur di garasi kenapa harus mobil jamet milik kakak sulungnya yang dipilih?"Dengar, jika ada yang macam macam langsung lapor pada guru okey?"
"Iya daddy."
"Pulang nanti akan daddy jemput," ucap Edmund.
Orca mengangguk patuh, "Iya daddy."
Edmund menghela nafas singkat, Ia tak memperdulikan Lio yang sudah keluar sembari menutupi wajahnya karena dia harus memberi wejangan pada si bungsu.
Θ
KAMU SEDANG MEMBACA
Orca (anak Kesayangan Keluarga)
Cerita PendekHampa, adalah kata yang menggambarkan perasaan orca saat membuka matanya. Semua tampak asing dengan tatapan kosong terlebih lagi dia tidak mengenal siapapun. apakah orca bisa menjalani hidup nya di tubuh orang lain? penasaran? yuk ikuti terus cerit...