30. In the line of fire

2.5K 207 3
                                    

Asher Pov

Setelah percakapan dengan Callum di kamar mandi, aku semakin sadar akan sifat manipulatifnya. Aku tahu aku harus menjauh dari dirinya, apa pun yang terjadi.

Dengan langkah tergesa, aku keluar dari kamar mandi menuju atap untuk mengambil tasku. Callum terus membuntuti, membuatku semakin gelisah.

Sesampainya di atap, aku merasakan tatapan bingung dan khawatir dari semua orang yang ada di sana. Tatapan mereka semakin tajam ketika melihat Callum di belakangku.

"Gue pulang dulu," kataku, mencoba mengakhiri situasi.

Aurellia, yang tadinya dipeluk Isabella, melepaskan dirinya dan mendekatiku. "Gue anterin," ucapnya, menawarkan bantuan.

Sebelum aku bisa menjawab, Callum dengan cepat meraih tanganku. "Gak usah, Asher pulang sama saya," katanya dengan nada tegas.

Aku melepaskan genggaman tangan Callum dan menatapnya tajam. Meski ada rasa takut yang merayap, aku berusaha menyembunyikannya. "Gak usah Call, aku bisa pulang sendiri," ujarku, tegas.

Tanpa menunggu respons darinya, aku segera bergegas turun, keluar dari rumah, dan langsung memanggil taksi. Saat masuk ke dalam taksi, aku mendengar Callum dan Luke berteriak memanggil namaku, tapi aku mengabaikan mereka.

Begitu taksi mulai menjauh, aku menghela napas panjang dan bersandar, berharap Callum tak mengejarku. Namun, ketenangan itu hanya bertahan beberapa menit.

"Pak, itu mobil hitam di belakang kayaknya ngejar kita," kata si supir, terdengar khawatir. Pandangannya sesekali teralih ke kaca spion.

Refleks, aku menoleh ke belakang dan melihat mobil Callum melaju dengan kecepatan tinggi, semakin dekat. Hatiku berdegup kencang saat mobil taksi ini hampir terkejar.

"Ngebut aja, Pak, tolong!" ucapku panik, pandanganku terpaku pada kaca belakang.

Aku dengan cepat mengencangkan sabuk pengaman begitu si supir menambah kecepatan. Kepanikan semakin memuncak saat mobil Callum mendekat dengan cepat.

Tiba-tiba, mobil Callum berhasil mendahului taksi dan berhenti di depan, memblokir jalan. Supir taksi menginjak rem mendadak, dan tubuhku tersentak ke depan. Jika tidak, kami pasti sudah menabrak mobil Callum.

Callum keluar dari mobil dengan kasar, menutup pintu dengan keras. Wajahnya dipenuhi amarah saat dia menghampiri taksi.

Jantungku berdebar semakin kencang, rasa takut kembali menyergap. Aku teringat kejadian dulu, ketika Callum pernah mengurungku di villanya selama lima hari.

Dia berdiri tepat di depan pintu penumpang, mengetuk kaca dengan intensitas yang membuatku semakin panik. "Pak, jangan buka kuncinya!" pintaku cepat kepada sopir, suaraku terdengar memohon.

"Asher, keluar sekarang! Selagi saya masih ngomong baik-baik," ujar Callum dengan nada mengancam, terus mengetuk kaca.

Aku memejamkan mata, berusaha mengabaikannya, berharap dia akan menyerah dan pergi. Namun, semakin lama ketukannya semakin keras. Napasku memburu, kepanikan merayap.

"Ini yang kamu mau? Saya gak akan segan nabrak taksi ini kalau itu bikin kamu keluar!" ancamnya, nadanya tajam dan dingin.

Aku tercekat, tubuhku menegang mendengar ancamannya. Aku tahu Callum tidak main-main. Supir taksi mulai resah, memandangku melalui kaca spion dengan tatapan khawatir.

"Mas, gimana ini? Saya gak mau ada masalah, tapi... orang itu bener-bener nekat," kata si supir dengan nada cemas.

Tanganku gemetar. Aku tahu harus cepat mengambil keputusan. Terjebak di sini sama sekali bukan pilihan, tapi menyerah pada Callum juga bukan jalan yang lebih baik. Pikiranku berputar mencari solusi, tapi Callum tidak memberiku waktu untuk berpikir lebih lama Dia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju mobilnya.

Caught in boss's grip (BL, END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang