#Windsor's

14 2 0
                                    

Aku Shena Windsor, saat ini aku akan menginjak usia ke-17. Lihat ini, betapa indahnya istana ku yang telah dibangun selama bertahun-tahun, ayahku memang yang terbaik, dirinya mampu memimpin negeri ini dengan baik. Rakyat yang makmur dan tentram, begitupun juga anggota keluargaku, aku sangat me-

*TOK TOK TOK

"Putri Shena, yang mulia Raja telah  menunggu di ruang makan"

'Ah.. Menggangguku saja'

Aku beranjak dari kursiku dan membuka pintu secara paksa, aku menatap sinis pelayanku itu, kurasa ia mulai ketakutan dan ia juga langsung kabur setelah kutatap seperti itu. Dasar.. Tak punya sopan santun, aku akan bilang ayah untuk menghukumnya nanti.

Aku pun turun menuju ruangan yang telah diberi tahu oleh pelayan, ya ruang makan.. Disana ada orang tuaku dan.. Adikku.

"Selamat pagi anakku"

Ayahku adalah sosok yang paling kusayangi, bukan berarti aku benar benar dekat dengannya, ia bernama Louis. Usianya saat ini telah menginjak 44 tahun. Beliau telah memimpin kerajaan ini selama kurang lebih 18 tahun mungkin. Entahlah aku tidak terlalu peduli untuk menghitungnya.

"Lama sekali kau turun, Shena. Kau tahu kita sudah menunggumu sejak lama".

Ibuku, Eliza,yang saat ini berumur 40 tahun. Dirinya suka sekali berbicara panjang lebar, dan 99% isinya sangatlah tidak penting, 1% mungkin hal yang lebih tidak penting lagi. Ayah mungkin salah memilih wanita untuk dijadikan pasangan hidup, satu hal yang hanya ku berterima kasih pada wanita itu hanyalah, terimakasih telah melahirkanku di dunia. Ayolah, aku tidak sedurhaka itu.

"Jelek sekali dirimu, belum mandi kah?"

Ahh.. Ingin kutampar saja bibirnya yang mungil itu, Riabell, sekarang ia berumur 15 tahun. Dia adalah adikku yang sangat meyebalkan, aku jarang sekali bermain dengannya, bahkan aku sama sekali tak antusias ketika ia dilahirkan. Aku benar benar tak ingin ia berada di meja makan ini. Dia hanya akan menghilangkan selera makanku.

Aku mendudukkan diriku di kursi makan dan menyantap sarapan kita dengan lahap, wajar, aku memang orang yang agak laparan.

"Tidak bisakah kau bertindak seperti wanita, Shena ?"
"Ibu, aku sudah menjadi wanita sejak lahir, bukankah begitu"
'Ck'

Lihat itu, dia akan diam seribu kata jika aku sudah membalas nya dengan kata kata yang mampu membuat orang lain diam. Apa biasa sebutannya itu.. Savage?
Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya lagi, yang penting sekarang aku akan mengisi perutku ini.

"Ayah, wanita pelayan yang khusus kau kasih untukku itu.. "
"Mengapa dengannya, nak"
"Dia bertindak tidak sopan kepadaku, ayah. Padahal aku hanya menatapnya"

Kulihat, pelayan itu. Haha.. Kurasa ia sedang gemetaran hebat mendengar pengakuanku, tapi aku benar bukan, itu salah dia karena kabur saat melihatku.

"Benarkah begitu". Ayahku menjawab
"Tentu saja, ayah. Untuk apa aku berbohong!"
"Baiklah"

Ayahku memerintahkan salah satu prajuritnya untuk membawa pelayanku menuju suatu tempat. Wah, betapa senangnya diriku, memang menyenangkan dimanja oleh seorang ayah.

Pelayan itu berteriak keras dan mulai menangis, mengatakan dan bersumpah bahwa ia tidak melakukannya, aku juga mendengar dia memaki maki diriku. Dasar, bukannya meminta maaf.

"Kasihani dia kak, siapa tau dia memang benar"
"Tahu apa kamu, sudah sana makan saja. Sudah kubilang jangan ikut campur urusan orang lain, apalagi yang lebih tua!"
"Jangan memerintah adikmu, Shena. Ibu sudah marah sekali denganmu, pertama kau telat mengikuti sarapan, kedua di tengah sarapan, kau malah meminta ayahmu untuk mengeksekusi pelayanmu, dan sekarang kau membentak adikmu?!"

Ayolah, wanita satu ini kenapa selalu membela anaknya yang satu itu sih, padahal jelas jelas disini aku yang salah. Dan aku hanya menasehati adikku, itu hal yang benar, kan?
Aku tidak menggubris omongannya dan melanjutkan makanku. Entahlah, ia sudah semarah apa apalagi sekarang ditambah dengan diriku yang mendiaminya.

"Sudah sayang, maklumi saja, ia masih dibawah umur, kamu tidak boleh terlalu membentaknya"
"Dibawah umur katamu?! Louis, tahun ini dia sudah memasuki 17 usianya. Apakah usia segitu layak dipanggil dibawah umur, lelucon macam apa itu?!"
"Ibu, tidak apa apa. Tidak perlu marah, aku baik baik saja, terimakasih telah membelaku" akhirnya bocah ingusan itu menjawab juga
"Haaa... Baiklah, maafkan ibu, Riabell. Ibu tidak bermaksud marah tadi"

Hah.. Apa yang dia katakan tadi, dia mengucapkan maaf kepada Riabell, bukan kepada diriku, ya ampun, mungkin dirinya lah lelucon yang dimaksud.

Ayahku hanya bisa menggeleng kepalanya jika ibuku sudah bersikap seperti itu. Dia tidak akan ikut ikutan jika ibuku sudah marah, entah mungkin ia juga takut kena sambar.

Selesai makan, aku pun kembali ke kamarku dan menidurkan diriku di tempat tidurku. Aku lelah sekali sehabis mendengar wanita itu memarahiku di pagi pagi ini. Siapa yang tidak kesal coba. Aku tidak habis pikir, ia lebih membela Riabell dari pada diriku. Haaa, sudahlah. Mungkin hari ini akan kusibukkan dengan membaca buku dan latihan menari dan menyanyi saja.

Lagipula, mengapa ibuku lebih membela anak dari selir itu sih..?


.....
754 words, guys

Windsor's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang