RS. Bei An akhirnya menerima transfer dokter bedah jantung lain. Akhirnya Zhan bisa bergantian dengan sang dokter baru, dr. Xuan. Zhan memutuskan mengambil cuti selama seminggu untuk memulihkan dirinya. Ia juga meminta Yibo untuk cuti sementara karena pergelangan tangan dan jarinya belum bisa bergerak normal.
Sore itu, ia dan Yibo punya rencana untuk jalan-jalan. Ia menjemput Yibo di rumahnya. Zhan sudah bersiap untuk mengendarai mobilnya melintasi jalanan kota. Memasuki kawasan perumahan, Zhan mengurangi laju kendaraannya.
Berbeda dengan komplek elit perumahan Zhan, komplek ini juga termasuk elit dalam cara yang berbeda. Pada umumnya, komplek perumahan Yibo lebih menonjolkan luas lahan pribadi dibandingkan kemegahan rumah. Bahkan rumah Yibo sendiri hanya terlihat seperti rumah sederhana yang memiliki sebuah apotek di sampingnya.
Zhan memarkir mobilnya di depan rumah Yibo. Ia keluar dari mobil dengan santai dan berjalan menuju depan pintu rumah. Zhan memencet bel rumah itu sekali.
“Ya, siapa?” suara perempuan dari balik pintu terdengar.
Pintu terbuka dan bukan ibu Yibo yang menyambut, melainkan seorang wanita yang sedang hamil. Wanita yang sering digandeng Yibo. Zhan hampir melupakan keberadaannya. Wanita itu melihat jam tangan di tangan kanannya.
“Maaf, aku—“
“Pacarnya Yibo ya? Yibo belum sampai di rumah. Mungkin sebentar lagi. Masuklah dulu,” kata wanita itu mempersilakan.
Dari mana dia tahu semua itu? Batin Zhan. Ia memasuki rumah Yibo dan melihat wanita itu dengan bebas kesana kemari di rumah orangtua Yibo. Ia terlihat terlalu terbiasa dengan rumah ini.
Wanita itu menyajikan beberapa toples kue kering dan seteko air di meja tamu dan menyuruh Zhan duduk. Wanita itu lalu memainkan ponselnya dan menelepon seseorang.
“Halo”
“Heh bocah, kau ada janji sama pacarmu?” tanyanya dengan intonasi datar.
“Iya. Tahu dari mana?”
“Pacarmu sudah menunggu lama di sini, tau.”
“Jie, kau serius?”
“Tentu saja. Kalau kau tidak menganggapku serius ya lebih baik pacarmu buat aku saja. Wleeee.”
“Ck. Terserah. Akan kuadukan kepada Wang Ziqi—“
“HEH. Sudah sudah, cepatlah pulang. Kasihan pacarmu menunggu di sini.”
“Ah, ya sudah. Jangan ganggu dia. Aku masih di jalan.”
“Oke. Daah.”
“Daah.”
Wanita itu mematikan teleponnya. Zhan yang mendengarkan percakapan mereka, tidak sadar bahwa pipinya memerah. Zhan juga sedikit terkejut karena mungkin salah sangka terhadap hubungan Yibo dengan wanita ini.
“Baiklah. Mari kita berkenalan. Aku Yuwen, Wang Yu-wen. Paman dan Bibi sedang ke luar kota selama seminggu, jadi di rumah hanya ada aku dan adikku. Seperti yang sudah kau dengar, adikku masih di jalan. Kalau agak lama, nanti makanlah dulu di sini.”
Zhan terperangah. Jadi selama ini Yibo merasa tidak bersalah karena yang digandeng adalah kakaknya. Bukan orang lain seperti yang ia pikirkan.
“Oh, maaf. Aku Xiao Zhan. Senang berkenalan denganmu,” kata Zhan ketika tersadar dari lamunannya.
“Ah, ternyata Yibo benar. Kau… kalau dilihat-lihat sangat cantik dan manis. Pantas saja Yibo jatuh cinta padamu. Si culun yang tahunya cuma belajar dan bekerja itu akhirnya mau pacaran sungguhan,” kata Yuwen dengan tawa di akhir.
Yibo tidak bohong ketika ia berkata bahwa ia hanya bisa belajar dan bekerja. Yibo memang tidak pernah pacaran selama ini, seperti dirinya.
“Jadi Yibo…”
“Apa kau mengira karena Yibo tampan lalu ia bisa bebas berpacaran?”
“Aku pernah berpikir begitu.”
“Aku tidak sedang melindungi atau memujinya, tapi… anak itu seperti tidak suka hal lain selain belajar dan bermain skateboard. Temannya hanya di sekolah, kalau sudah pulang ya dia sendirian. Kurasa, aku sempat melihat gerak-gerik gadis yang menyukainya, tapi entahlah. Yibo sangat tertutup. Kurasa ia juga tak peduli dengan gadis-gadis di sekolahnya.”
“Haha. Ia menceritakan hal yang sama padaku.”
“Dia bercerita padamu?”
“Yah, aku pernah bertanya padanya. Kukira dia menggombal karena playboy, tapi setelah tahu mengenai hal ini, kupikir ia melakukannya karena tak mengerti cara berpacaran,” kata Zhan dengan sedikit perasan campur aduk.
“Jangan khawatir. Adikku itu, ia akan menyayangimu dengan baik. Ia begitu naif dan tulus dengan perasaannya. Dan meskipun ia payah, tapi ia akan menjagamu dengan kesungguhannya,” pungkas Yuwen menenangkan.
Yuwen yang terlihat pengertian membuat Zhan menjadi semakin merasa bersalah. Prasangkanya terlalu buruk terhadap wanita yang sedang hamil ini mematahkan semua argumen yang sudah ia siapkan sejak lama.
“Kau tahu, Yibo bukan orang yang suka bicara banyak. Jadi jika ia menceritakan sesuatu terutama tentang perasaannya, berarti sangat besar kemungkinannya jika ia sangat percaya pada orang itu,” kata Yuwen.
“Aku senang bila memang seperti itu. Mohon bantuannya,” ujar Zhan dengan senyum tulusnya.
Percakapan mereka terhenti karena Wang Yuwen menunjuk ke arah jendela. Zhan menengok ke arah yang ditunjuk dan melihat Yibo turun dari taksi dan berjalan menyusuri halaman rumah mereka yang cukup luas.
Yibo terlihat memasuki rumah dan samar-samar terdengar kata ‘Aku pulang’ darinya. Ia segera menuju ke ruang tengah. Ia melihat sudah ada Zhan yang sudah rapi dan Yuwen Jiejie yang duduk di depannya.
“Jie, kau tidak mengganggu pacarku kan?” tanya Yibo dengan curiga.
“Lengah sebentar pacarmu sudah jadi pacarku. Omong-omong, kau tidak beli mi pangsit langgananku?” balas Yuwen dengan santai.
“Mana sempat. Tadi aku minta ambil jalan pintas. Sudahlah, nanti saja kalau mau titip bilang aku,” jawab Yibo.
“Iya. Fotokan padaku apa saja pilihannya. Sekarang kau cepat mandi dan ganti baju. Jangan kelamaan, nanti pacarmu kuculik sungguhan,” kata Yuwen yang mulai cerewet.
Zhan tersenyum melihat mereka berdua. Sekarang ia tahu siapa yang mengajari Wang Yibo menjadi seorang pria yang tengil dan memiliki selera humor yang receh di balik wajah seriusnya yang dingin.
“Zhanzhan-ge, tunggu sebentar ya. Setelah ini aku siap, oke?” kata Wang Yibo sambil berlari kecil ke kamarnya.
“Baiklah!” balas Zhan. Ia senang melihat polisi muda itu tetap ceria meskipun ia sudah hampir dicelakai orang. Meskipun begitu, Xiao Zhan tetap harus menjaga agar Yibo benar-benar pulih.
Zhan menunggu Yibo dengan bercakap-cakap bersama Yuwen. Topiknya seputar keluarga dan pekerjaan mereka. Dari situ Zhan baru tahu bahwa Yuwen adalah seorang desainer dan dulu sering memakaikan rancangan modelnya kepada Yibo. Yuwen juga ternyata adalah sepupu Yibo yang dirawat oleh keluarga mereka karena orangtuanya mengalami suatu kecelakaan saat ia baru lulus SMP. Yuwen juga sudah menikah, tetapi karena ia sedang hamil dan tidak bisa bepergian jauh jadi ia dijaga oleh keluarga Yibo selama sebulan ini.
Setelah Yibo selesai bersiap-siap, mereka pergi untuk makan malam dan jalan-jalan. Mengunjungi festival lampion, berfoto di photobox, dan mencoba jajanan jalanan yang ada di Bei An. Semua terasa sangat menyenangkan, terutama bagi Xiao Zhan. Baginya, kesempatan bersama Yibo terasa seperti kompensasi bagi masa remajanya yang penuh dengan kerja keras. Rasa semangat yang penuh kesenangan serta debaran-debaran di momen tertentu yang sudah lama tak ia rasakan akhirnya kini kembali.
Entah mengapa, Zhan sangat ingin bergandengan tangan dengan Yibo. Meskipun begitu, ia merasa gugup jika harus mencobanya. Ia tak pernah bergandengan tangan dengan pacar sebelumnya. Yibo sendiri tertarik dengan sebuah toko mainan. Ia mengambil tangan Zhan dan segera membawanya ke sana.
“Zhan-ge, lihat dia, mirip denganmu kan?” ujarnya sambil tersenyum dan menunjukkan sebuah boneka kelinci berwarna putih.
Zhan yang harus menahan semburat merah di pipinya terpaksa meladeni candaan Yibo. Ia tak percaya harus disamakan dengan seekor kelinci. “Kenapa harus dia?” tanyanya.
“Lihat, dia berwarna putih seperti baju kerjamu, dia imut sepertimu, dan giginya seperti gigimu. Dia benar-benar lucu sekali, cantik dan imut sepertimu!” kata Yibo dengan ceria.
Zhan tidak tahu kalau jantung Yibo berdetak begitu keras dan ia khawatir kalau orang lain mendengarnya. Telinganya sangat memerah. Senyumnya mengembang sempurna berbentuk hati. Jujur saja, Zhan yang pernah jatuh hati pada pria dengan aura yang sangat maskulin ini, sekarang kembali merasakan hatinya meleleh karena melihat senyum pria ini yang hanya ditujukan untuknya seorang.
“Kau… kau ini berlebihan sekali untuk sebuah boneka kelinci,” kata Zhan berusaha menutupi perasaannya.
“Aku ingin membelikannya untukmu,” kata Yibo dengan semangat. Ia memanggil penjaga toko dan membayar untuk bonekanya.
Zhan memeluk boneka itu dengan erat, membayangkan kalau itu adalah Yibo. Ia memandangi punggung Yibo yang sepertinya nyaman untuk dijadikan sandaran. Ia terlalu asyik dengan lamunannya sampai Yibo menarik tangannya untuk mengajaknya berjalan lagi.
Tangannya lebih besar, dan terasa hangat, Batin Zhan.
“Yibo,” panggilnya.
“Hmm?”
“Mengapa kau menggandeng tanganku terus?”
“Itu karena kau sudah menjadi tahananku. Kau sudah menjadi terdakwa kasus pencurian.”
“Hei, aku tidak mencuri apapun darimu!”
“Tidak, kau sudah mencuri hatiku selama ini.”
Zhan cemberut dan Yibo tetap saja menggandengnya dengan hangat. Yibo sebenarnya menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi Zhan karena pria itu bukannya semakin seram tapi malah semakin imut ketika cemberut.
“Kau menyebalkan sekali, Wang Yibo,” kata Zhan seolah-olah merajuk.
“Tapi kan setidaknya kau bahagia saat bersamaku,” balas Yibo.
“Mm. Benar juga sih. Tapi tetap saja, kau menyebalkan.”
Yibo hanya tertawa ringan mendengarnya. Melihat pria di sampingnya mengeratkan gandengan mereka dan agak menggelayut dengan manja, membuat pikirannya berandai-andai jika setiap hari mereka bisa seperti ini.
“Jadi, dr. Sean, bagaimana kalau… bulan depan aku datang bersama keluargaku untuk melamarmu?” Tanya Yibo dengan agak gugup.
“Kenapa bulan depan?” tanya Zhan.
“Mau sekarang saja sekalian?” balas Yibo bercanda.
“Ck. Kalau begini bagaimana aku percaya kalau kau serius?” kata Zhan dengan pura-pura cemberut imutnya.
“Aku kan sudah serius. Aku ingin menikah dengan Zhanzhan,” kata Yibo sambil mencolek gemas pipi Zhan. “Apa boleh kami datang bulan depan untuk melamarmu?”
Zhan mengeratkan pelukannya pada boneka kelinci dan menundukkan pandangannya dari mata tajam milik Yibo. Ia tak ingin lagi melepas tangan besar dan hangat ini.
“Boleh,” jawabnya pelan.
“Apa tadi katamu?” tanya Yibo dengan sengaja.
“Iya, Tuan Wang. Kau boleh datang ke rumahku,” ulangnya dengan kesal.
Pipi Zhan terlanjur memerah dan ia ingin bersembunyi dari dunia ini. Tapi Wang Yibo sudah terlanjur menahannya dan mencuri kecupan kecil di pipinya. Kadang Zhan berpikir, di usianya yang sudah kepala tiga, ia tidak menyangka masih bisa merasakan rasa kasmaran seperti ini.
Malam itu, Zhan pulang membawa sebuah boneka kelinci beserta sebuah janji lamaran dari kekasihnya. Ia ingin bulan depan cepat segera datang kepadanya dan memastikan polisi tengil itu hidup bersamanya sampai habis usia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Heart!
FanfictionTampan, cerdas, kaya, dan profesional. Itulah gambaran diri dr. Sean, sang ahli jantung yang baru pulang dari Nan Yang setelah sekian lama. Usianya 32 tahun, dan ia ingin hidup dengan tenang sambil menemani kedua orangtuanya di Kota Bei An. Setidakn...