Kembali pulang di waktu larut malam dengn istri yan sudah tertidur pulas di kamar adalah hal yang biasa bagi Lucas. Seringnya ia yang lembur tentu ia tak tega membuat Athanasia terjaga dan menyuruhnya untuk tidur duluan.Pria muda itu menghela nafasnya ketika memasuki kamar, lega harinya telah selesai dan ia bisa beristirahat.
Tapi rasa lega itu menghilang kala ia melihat sang istri yang merintih dalam tidurnya.
"Athanasia?"
Athanasia tidak tertidur pulas. Tubuhnya berkeringat dan kulitnya sedikit kemerahan. Dengan sigap Lucas memeriksa suhu tubuh perempuan itu dengan telapak tangannya dan menarik selimut untuk memeriksa keadaan kandungannya. Apa yang ia lihat selanjutnya membuatnya tak bisa tidur malam itu.
Piyama istrinya basah di bagian bawah.
"Ya tuhan, Athanasia!"
Hanya ada suara rintihan dan rengekan, serta nafas yang tersenggal.
Ketuban Athanasi pecah dan membasahi piyamanya, namun sang ibu hamil bahkan tidak menyadari itu. Jika Lucas pulang lebih telat lagi, selama apa Athanasia harus menahan rasa sakitnya?
"Athy, bangun! Athanasia!"
"Ngh...Lucas.."
"Ini ketubanmu pecah kamu tidak sadar sama sekali?!"
"Sakit.."
"T-tunggu. Masih sanggup? Athanasia, jangan tutup matamu. T-tas perlengkapan melahirkan..asuransi.."
Apa yang harus ia lakukan pertama? Ia tahu hari ini akan datang hanya saja ia tetap bingung ketika menghadapi situasinya.
"Sakit..Lucas, sakit.."
"Iya, sayang. A-aku telpon ambulans ya.."
Ini sudah pukul sebelas malam, bus umum pasti tidak beroperasi di jam segini. Terlalu lama jika ia mencari taksi dengan menggendong istrinya. Ia hanya punya motor sebagai kendaraan, tapi dengn kondisi Athanasia sekarang jelas tidak memungkinkan ia membawa ibu hamil yang akan melahirkan menggunakan motornya.
Alhasil, ia memutukskan untuk menghubungi ambulans.
"Baik, kamar persalinan akan kami siapkan. Ambulans akan segera dikirimkan menuju lokasi anda."
Kemudian waktu terus berjalan. Dengan setia ia menemani sang istri yang berjuang setengah mati, menggenggam tangannya dan sesekali mengelap keringatnya. Terlontarkan pula kalimat menyemangati penuh kasih dari bibirnya, walau tahu itu tidak akan mengurangi rasa sakitnya.
Namun di balik semua duri yang mereka pijak, ada anugerah yang menunggu di ujung perjalanan. Tepat pada pukul sembilan pagi, tiba lah suara tangisan bayi yang begitu mereka tunggu-tunggu.
"Perempuan! Bayinya perempuan! Selamat atas kelahiran putri anda, bapak dan ibu. Akan segera kami bersihkan."
Terhitung sepuluh jam mereka terjebak di situasi yang kacau balau, mendatangkan hasil yang manis, seorang bayi perempuan yang cantik. Selama sembilan bulan, mereka memutuskan untuk tidak menanyakan jenis kelamin bayi mereka.
"Perempuan.."
Rasanya sedikit sulit bagi mereka berdua mempercayai situasi ini. Sepasang remaja berusia delapan belas tahun berada di ruangan bersalin, menonton dari kejauhan bayi yang tak lain dari darah daging mereka sendiri menangis sembari dimandikan oleh para suster.
Mereka sudah menjadi orang tua.
"Lucas.."
"Ya, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy [WMMAP]
Fiksi Penggemar"Sleep with me, the world is yours," ▪︎ warning! mature content [some short story of wmmap]