𝚃𝚠𝚎𝚗𝚝𝚢-𝚗𝚒𝚗𝚎 | 𝚈𝚘𝚞𝚗𝚐 𝙻𝚊𝚍𝚢 𝙱𝚕𝚊𝚌𝚔

650 146 8
                                    

Cedric ikut terkejut dan bangkit berdiri dari atas tubuh Raven sembari membantu gadis itu untuk berdiri.

"Astaga! Aku tidak melihatmu, Raven." Katanya menarik Raven berdiri sambil merangkulnya. "Maaf soal itu. Rubah putih ini cukup agresif."

Foxie yang ada di bahu Cedric melompat ke pelukan Raven dengan girang. Raven menatapnya terkejut dan memandang Cedric. "Dimana kamu menemukannya?"

"Di dapur." Cedric tersenyum kecil. "Dikurung di dalam ember."

Pintu rapat terbuka dan terdengar beberapa langkah kaki yang keluar dari ruangan. Cedric dan Raven menoleh dan melihat tiga orang yang berdiri keheranan menatap keduanya.

"Raven, Cedric? Kenapa kalian ada di lantai bawah?" Tanya Molly penasaran, wajahnya menekuk kesal karena keduanya tidak mendengar perintahnya. "Harusnya kalian tidak keluar."

"Maaf Mrs Weasley. Aku dari dapur dan menemukan rubah milik Raven disana." Ucap Cedric menjelaskan dengan lugas. "Lagipula Raven juga kebetulan mencarinya."

Di belakang Molly, ada Severus yang menyipitkan mata tak senang bersama dengan Sirius dengan pandangan menyelidik pada Cedric. Pemuda itu berkeringat dingin, setelah tau banyak tentang Raven, dia jadi agak kaku bertemu ayah dan paman dari gadis itu.

Severus hanya diam dengan wajah datar dan kembali masuk ke dalam ruangan rapat meninggalkan Molly dan Sirius di luar.

"Jangan pegang-pegang gagak kecilku!" Ancam Sirius pada Cedric yang spontan melepaskan tangannya dari bahu Raven. Pemuda itu mengangguk-angguk dengan senyum canggung di wajahnya.

Sirius lalu masuk ke dalam ruangan meninggalkan Molly.

Tak lama terdengar suara pintu depan terbuka, memperlihatkan Moody bersama Tonks dan beberapa anggota Orde yang lainnya. Mereka semua berjalan masuk ke dalam ruangan rapat sambil menyapa Raven yang ikut membalas sapaan ramah mereka.

"Harry!" Molly memeluk erat Harry setelah menutup pintu ruang rapat. Pemuda itu membalas hangat pelukan Mrs Weasley. "Kamu cukup kurus nak. Tapi tenang saja, kita akan memperbaiki itu."

Pemuda berkacamata itu tersenyum ramah dan melihat ke belakang dimana ada Raven dan Cedric berada. Matanya sontak membulat kaget, tanpa sadar berlari ke arah Raven, memeriksa keadaan gadis itu.

"Kamu baik-baik saja!"

Spontan Harry memeluk Raven, begitu senang dengan keadaan gadis dihadapannya yang sangat baik setelah hampir dua bulan tidak mendapatkan kabar apapun.

"Aku dan Cedric khawatir padamu. Tidak sembarang orang dapat menjengukmu di Hospital Wings." Harry lalu berucap penuh penyesalan. "Maaf, aku tidak sempat menanyakan kepadamu. Aku dikurung selama liburan dan, tidak ada surat yang kudapatkan sama sekali."

"Pantas saja kamu tidak membalas pesanku." Celetuk Cedric pada Harry.

Harry menghela nafas berat. "Aku melakukan kesalahan besar."

"Alright gentleman, ayo kita ke atas." Ajak Raven pada keduanya. "Karena ada banyak hal yang harus kalian berdua ceritakan padaku."

Kedatangan Harry dan Cedric disambut meriah oleh si kembar Weasley. Setelah duduk di kasur, Raven menatap keduanya secara bergantian. "Apa yang terjadi?"

"Voldemort sudah bangkit." Harry angkat bicara. "Dunia sihir semakin tidak aman. Karena para Orde berkumpul disini, untuk membicarakan sesuatu."

"I know that, Harry. Sirius sudah memberitahuku." Raven mengibaskan tangannya malas. "Kenapa kamu ada di sini?"

"Raven!" Protes Hermione nampak tak senang.

"Rapat ini tidak akan ada jika kamu tidak melakukan sihir di depan Muggle, Harry. Alasan kamu tidak dikirimkan surat karena Dumbledore menjaga keselamatanmu." Raven menatap serius Harry yang terdiam. "Seharusnya kamu tidak bertingkah gegabah."

𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang