"Qua?"
"Aku tau kita baru beberapa hari di kota ini, tapi aku rasa sudah waktunya kita pergi Aqua"
[Name] meletakkan tas selempangnya diatas meja setelah dia memasukkan semua barang-barang. Sudah direncanakan bahwa dia akan kembali ke kota Bambu dimana gurunya berada untuk melanjutkan latihan.
Sudah cukup dia melihat teman-temannya berkembang, dia tak mau tertinggal atau kalah dari mereka.
[Name] memandang keluar jendela saat langit sudah berubah menjadi gelap dengan miliyaran bintang dan bulan bersinar terang.
"Kau bisa tidur duluan Aqua, aku akan jalan-jalan sebentar"
----
"Akhirnya pikiran ku bisa tenang sedikit"
"[Name]?"
Mata ungunya melirik kearah lelaki surai merah dibelakangnya, Jin.
"Hey, Bagaimana soal balapan?" Tanya [Name] memasukkan kedua telapak tangannya pada saku jaket saat merasakan angin malam cukup dingin.
"Tentu saja aku menang, kau sudah tau kan rencana ku untuk menjadi ksatria"
"Ya, bagaimana tidak? Kau terus mengatakannya berulang-ulang kali sebelum kau punya Draka"
Mereka berhenti untuk membeli coklat panas minuman yang pas untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Terima kasih traktirannya" ucap Jin dia menyeruput pelan coklat panas ditangan nya, secara hati-hati untuk tidak membuat lidahnya kepanasan.
"Sama-sama, dan Jin ada sesuatu yang aku ingin bicarakan denganmu"
Jin menaikkan alisnya penasaran, dia mengangguk seolah-olah meminta [Name] melanjutkan ucapannya.
"Aku akan pergi besok"
Mendengar ucapan itu saja membuat Jin menyemburkan coklat panas nya dan terbatuk-batuk.
[Name] menyodorkan Jin tisu untuk membersihkan mulutnya. "Ugh, kau menjijikkan"
"Tunggu-- kau akan pergi? Kau baru saja disini selama beberapa hari, kenapa terburu-buru?"
[Name] membuang gelas plastik bekas coklat panas miliknya pada tempat sampah, "Ada hal yang aku harus lakukan, tapi mungkin kita akan bertemu lagi" ucapnya memandang Jin yang cemberut.
"Jangan menatap ku begitu, teruslah maju ok? Dan aku yakin kita akan bertemu lagi"
"Menurut mu begitu? Tapi bagaimana jika--" Jin terdiam saat merasakan elusan pada kepalanya.
Untuk pertama kalinya [Name], seseorang yang sangat anti disentuh atau menyentuh lelaki. Mengelus kepala Jin. Jujur sebenarnya gadis itu merasa ragu untuk mengelus rambut merah milik Jin.
Tapi tangannya bergerak sendiri seolah-olah memiliki pemikiran sendiri.
"[Name], apa mungkin aku bisa menjadi seperti mu? Tangguh seperti mu?"
"Tidak, jangan menjadi diriku.. jadilah lebih dariku.."
----
"Kerja bagus Xiaolong, kemenangan baru untuk kita dan makanan baru juga"
Chen memberikan keranjang berisi bahan makanan kepada Xiaolong mereka dalam perjalanan pulang kerumah setelah memenangkan balapan.
"Kau tau Xiaolong, aku rindu akan gadis itu. Aku harap dia tak melakukan hal bodoh lagi"
"Xiao, xiao"
"Membicarakan ku tepat di belakang? Tak disangka kau akan seperti itu, guru"
"[Name]..?"
----
"Kau kesini lebih cepat dari yang aku kira, entah berapa minggu kita sudah berpisah"
"Sengaja, agar aku bisa kembali latihan lagi. Jadi latihan apa yang akan kita lak- ow! Hey!" [Name] protes saat gurunya memukul kepala miliknya menggunakan sendok. "Apa apaan itu?"
Chen tak peduli akan protes dari muridnya, dia lebih memperdulikan mengisi perutnya daripada itu. "Kau masih kepikiran untuk berlatih? Ingat aku masih melarang mu untuk latihan"
"Tapi kan"
"Tidak ada tapi, kau ingin kembali demam seperti waktu itu?" [Name] menggelengkan kepalanya, tentu saja dia tidak mau berada di kasur seharian penuh tanpa melakukan apapun.
"Dan.. ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu, soal tubuh mu"
"H-hah?"
----
"Jangan menjadi diriku.. jadilah lebih dariku.."
Kata-kata itu terus berputar dikepala Jin, selagi dia menatap air hujan yang terus turun. Dia dan teman-temannya berteduh dibawah jembatan ketika hujan turun.
"Kenapa dia pergi tiba-tiba sekali? Dia juga tidak berpamitan" ucap Laura heran akan kelakuan temannya.
Jin menolehkan kepalanya kebelakang. "Entahlah, dia juga tak memberitahuku kemana dia akan pergi"
"Sepertinya kau dan [Name] cukup dekat"
Dekat? Entahlah, Jin kembali ingat kejadian dimana [Name] hanya memilih diam daripada menolongnya saat dia tercebur ke danau. Dan buruknya gadis itu malah menertawakan nya bahkan tak senggang memotretnya menggunakan kamera.
Mengingatkan nya kembali cukup membuat Jin kesal sekaligus malu.
"Kalo soal dekat sih sepertinya tidak"
"Mereka terkadang bertingkah seolah-olah kakak-beradik loh, dengan [Name] bersikap seperti kakaknya" ucap Laura meletakan kedua tangannya kebelakang.
"Benarkah?" Tanya Louis penasaran dan ikut bergabung dalam pembicaraan itu.
"Michael, Robin ingat saat Jin pernah ketakutan karena--"
"Hey hey, kenapa malah jadi membicarakan soal hubungan ku dengan [Name]? Aku memang mengagumi nya tapi jangan membongkar aib ku juga" ucap Jin memotong ucapannya Laura, dia tak sudi salah satu aibnya di bongkar oleh teman masa kecilnya.
"Aku memang mengagumi nya dan terkadang menganggapnya sebagai kakak.. tapi terkadang dia menyebalkan" sambung nya.
"Tapi aku juga penasaran akan masa lalunya.. terutama soal perilakunya.."
To be continued
Untuk chapter kali ini memang agak kecepatan karena pengen langsung ke konflik utama.
Disini hubungan [Name] dan Jin seperti kakak beradik ok? Mereka saling menyayangi tapi sebagai seseorang yang mereka anggap kakak dan adik.
Kek siblings platonic gitu.
Jadi jangan ngeship mereka ok?
Awalnya chapter akan segera diselesaikan pas jumat kemarin, bertepatan kelahiran aku yang kebetulan tanggal 11. Tapi aku ketiduran+lupa.
13 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life In Monkart World
РазноеMonkart x Fem!Readers [ ON GOING! ] [ Monkart ©® SAMGAnimation ] [ Story ©® @Itsluna_07 ] --- Seorang gadis bernama [Name] dia mengira bahwa dirinya akan masuk ke alam lain, tapi siapa sangka dia malah berada didunia lain Dunia itu adalah dunia yan...