78. An Accidental Feeling #HunChen

20 2 0
                                    

Aku tidak bisa memastikan bagaimana orang-orang di sekitarku berpikir tentang sikapku, kepribadianku, tentang penampilanku, atau tentang latar belakangku dan bagaimana aku menjalani hidup selama ini.

Aku sebenarnya tidak peduli, tetapi sebuah kenyataan seakan menghantam telak bahwa aku memang senaif itu.

"Satu gelas moccacino dingin lagi?"

Aku memeriksa isi dompetku begitu bartender tampan dengan wajah oriental itu bertanya.

"Boleh." Sejujurnya aku tidak tahu apa yang harus aku minum hari ini selain air putih.

“Sip. Tunggu lah sebentar.”

Meski suhu AC dalam kafe bergaya sederhana ini sudah diturunkan, tetapi udara pusim panas tidak ada yang bisa mengalahkannya, bahkan ketika malam hari sekali pun.

Dia, sang bartender, meletakkan pesanan di depan mejaku. Aroma rasa manis dan kayu yang dihasilkan dari perpaduan kopi dan cokelat seketika mengusik hidung.

Kata Google, kopi jenis ini cocok dinikmati dalam berbagai kesempatan seperti ... sebagai teman menghangatkan badan dipagi hari bagi jomlo, teman pengiring santai di sore hari, atau bahkan sebagai teman penutup yang manis setelah makan malam.

Aku..., tidak peduli yang mana itu. Aku hanya menyukai si pembuat kopi tersebut.

"Bagaimana kamu bisa membuat sesuatu seenak ini, Jongdae?" Aku berkomentar setelah mencicipi kopi itu sedikit, sambil memandanginya yang sedang tekun bekerja, aku menikmati tontonan menarik yang disuguhkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana kamu bisa membuat sesuatu seenak ini, Jongdae?" Aku berkomentar setelah mencicipi kopi itu sedikit, sambil memandanginya yang sedang tekun bekerja, aku menikmati tontonan menarik yang disuguhkannya.

Sambil menutupi setengah wajahnya sampai mata dengan satu tangan, Jongdae tertawa. “Kalau aku tidak pandai membuat kopi, aku tak mungkin akan dipertahankan bekerja selama dua tahun di sini,” balasnya.

Dia selalu menarik perhatianku. Bahkan ketika aku sendiri sedang tak tertarik dengan apa pun, bahkan ketika dia sendiri secara tak sadar telah menghipnotisku.

“Aku pikir itu bakat dan kesungguhan yang membuahkan biji kopi yang pahit menjadi semanis ini.” Aku menyerahkan gelas kosong ku.

Dia mengambil gelas tersebut. “Kau percaya dengan bakat, Sehun?”

Aku selalu berpikir bahwa bakatmu adalah memikatku. “Tentu saja,” jawabku, “semua bayi yang lahir, dianugerahi bakat. Tinggal bagaimana bakat itu diasah atau kah dibiarkan tumpul dan berkarat.”

Jongdae tahu aku lumayan menyukai kegiatannya meracik kopi, jadi dengan sengaja dia menunjukkan sedikit atraksi untuk pelanggan setianya. Mungkin jika Jongdae tahu, bahwa yang ku sukai adalah dirinya, mungkin dia akan malu.

“Menurutmu begitu?”

Aku mengangguk. “Tidak juga.” Dia melemparku dengan tatapan bingungnya. “Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai bakat.”

“Apa alasannya?”

“Alasannya tidaklah penting, hanya saja bakat itu seperti air, bagus jika digunakan untuk hal-hal baik seperti minum, mencuci, mandi, dan sebagainya, tapi bagaimana jika air itu digunakan untuk menenggelamkan seseorang?”

REVERSE HAREM (EXO CHEN UKE) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang