Detak

362 38 2
                                    

Di tengah hiruk-pikuk rumah sakit yang sibuk, Ahyeon berjalan cepat menyusuri lorong dengan jas putihnya yang berkibar. Sebagai dokter spesialis saraf, hari-harinya diisi dengan kasus-kasus yang memerlukan ketelitian luar biasa. Tetapi di balik semua kesibukan itu, ada sesuatu—atau lebih tepatnya, seseorang—yang selalu membuatnya tetap fokus. Dia adalah Pharita, dokter spesialis jantung yang bekerja di rumah sakit yang sama.

Pharita dikenal sebagai dokter yang tegas dan cerdas. Tak hanya itu, kecantikan serta senyumannya yang selalu menenangkan menjadikannya favorit di kalangan pasien. Tidak ada yang tahu bahwa Ahyeon dan Pharita sebenarnya lebih dari sekedar kolega. Mereka sepasang kekasih yang menjaga hubungan mereka tetap rahasia, mengingat lingkungan kerja yang penuh tekanan dan tuntutan profesional.

Setiap kali bertemu di lorong rumah sakit atau di ruang rapat dokter, mereka akan saling bertukar pandang. Hanya dengan satu tatapan, keduanya tahu bahwa mereka bisa melalui apa pun hari itu. Di balik setiap diskusi medis yang serius, ada pesan tersembunyi yang hanya mereka berdua pahami.

Suatu sore, Ahyeon sedang duduk di ruang istirahat dokter, mengulas catatan medis seorang pasien yang mengalami cedera otak akibat kecelakaan mobil. Wajahnya yang biasanya penuh konsentrasi sedikit melembut ketika pintu terbuka dan Pharita masuk dengan membawa secangkir kopi.

"Hey, kamu butuh ini," kata Pharita sambil meletakkan kopi di depan Ahyeon. Senyum tipisnya terlihat meski ia jelas terlihat lelah setelah operasi jantung yang baru saja selesai.

"Terima kasih, aku benar-benar membutuhkannya," jawab Ahyeon dengan lembut, menatap Pharita yang duduk di seberang meja.

Pharita mengangguk, menyesap kopinya perlahan. "Bagaimana harimu?"

Ahyeon menarik napas dalam. "Hari ini berat. Pasien dengan trauma otak itu tidak menunjukkan banyak perkembangan. Rasanya frustrasi ketika kau sudah melakukan segalanya tapi tetap tidak ada perubahan yang signifikan."

Pharita memandang Ahyeon dengan penuh empati. "Kamu tahu itu bukan salahmu. Kamu sudah melakukan yang terbaik."

Ahyeon tersenyum tipis, merasakan kehangatan dari kata-kata Pharita. "Kamu selalu tahu apa yang harus dikatakan, ya?"

Pharita tertawa kecil. "Hanya karena aku mengenalmu lebih baik dari yang lain."

Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati momen singkat bersama di tengah kesibukan pekerjaan. Di luar ruangan, suara langkah kaki perawat dan dokter lain terus berlalu-lalang, tetapi bagi mereka berdua, waktu seolah berhenti sejenak.
.

.

.

Setelah shift panjang di rumah sakit, mereka berdua akhirnya sampai di apartemen Pharita, tempat yang telah menjadi surga kecil bagi mereka. Hubungan mereka yang rahasia membuat momen-momen seperti ini sangat berharga. Begitu pintu tertutup, mereka melepaskan semua beban dan formalitas yang mereka kenakan di tempat kerja.

Pharita melepaskan jas dokternya dan menggantungnya di balik pintu. Ahyeon mengikuti, menatap kekasihnya dengan penuh kasih. "Akhirnya kita bisa santai," ucapnya, mendekati Pharita dan memeluknya dari belakang.

Pharita tersenyum dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Ahyeon. "Hari ini benar-benar melelahkan, tapi aku merasa lebih baik sekarang."

Ahyeon mencium lembut leher Pharita, membuat wanita itu sedikit terkejut tapi tersenyum lebih lebar. "Aku tahu cara yang lebih baik untuk membuatmu merasa lebih baik," bisik Ahyeon sambil mengencangkan pelukannya.

Pharita tertawa pelan. "Oh ya? Apa itu?"

Ahyeon memutar tubuh Pharita agar mereka saling berhadapan, lalu menatap dalam ke matanya. "Biarkan aku mengurusmu malam ini."

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang