Cekrek!
Inilah hasil gambar yang Nesya dapatkan setelah adiknya mengambil foto dirinya. Mereka kini tengah berada di dalam toko buku besar yang ada di pusat kota. Keduanya tengak sibuk memilih buku komik yang akan Aban beli. Sedangkan Nesya, akan memilih buku cerita islaminya belakangan.
Aban menggenggam sebuah buku anime yang tidak asing di matanya. Begitu ia membaca judulnya, barulah ia sadar bahwa sang Kakak menyukai komik itu.
"Kak, favorit Kakak nih." Aban menunjukkan komik itu pada Nesya.
"Wotaku? Udah selesai juga nontonnya, males beli."
Reaksi Nesya membuat Aban tak bersemangat. Aban pun mengembalikan komik di tangannya ke tempat dimana konik itu seharusnya berada.
"Udah ah, Aban gak tau harus beli komik apa. Mending Kakak cari novel yang tadi Kakak bilang."
Aban benar-benar sudah putus asa, sudah setengah jam mereka berputar-putar di rak komik, tapi Aban tak kunjung menemukan komik yang menarik hatinya.
"Yakin? Nyari novel Salahuddin gak lama loh. Paling sebentar juga ketemu."
"Iya, Aban mau di traktir jajan aja lah."
"Ya udah."
Nesya mengembalikan buku yang sempat ia pegang dan di perhatikan. Setelah itu, mereka berada di rak cerita islami untuk mencari buku kisah Salahuddin. Ia menjadi idola Nesya semenjak mengetahui kisah perperangan salibnya yang sangat hebat. Kisah itu benar-benar menarik perhatian Nesya dan membuat gadis itu untuk tidak bosan membaca kisahnya.
Setelah mendapatkan buku itu, Nesya dan Aban beranjak dari toko buku menuju cafe yang jaraknya sangat dekat dari tempat asal mereka.
Aban mengambil meja yang kosong dalam cafe dan Nesya memesankan beberapa makanan. Usai memesannya, Nesya langsung saja membayar makanannya secara online.
"Terima kasih, Kak." Ucap pegawai cafe.
"Sama-sama." Jawab Nesya dengan senyum manisnya.
Nesya pun duduk di dekat Aban sambil menanti pesanan.
"Kakak pesan apa?" Tanya Aban penasaran.
"Bakmi. Minumannya cappucino. Soalnya, kakak udah lama banget gak makan bakmi."
"Emang aman minum kalau minum kopi, kak? Kakak kan asam lambung. Tadi, di rumah juga belum sempat makan nasi kan?"
"Gak papa, santai aja."
"Iya, santai aja. Nanti kalo kambuh, Aban yang kena marah." Aban memasang mata julidnya pada Nesya yang terlihat sangat santai.
Tujuh menit berlalu, seorang pelayan cafe datang membawakan makanan yang Nesya pesan.
"Selamat menik-NESYA??" Pelayan itu tiba-tiba melihat sosok yang ia kenal begitu menatap sang gadis yang tengah berada di sisi kanannya.
Aban yang duduk di sebrang Nesya sontak menatap pelayan itu heran dengan mengerutkan keningnya. Dalam pikiran Aban, pelayan ini terlihat seperti sangat mengenali Nesya karena teriakan histerisnya. Bukan mengapa, tapi yang menjadi masalahnya adalah pelayan ini merupakan seorang laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
friend to lover
RomansDua manusia asing, yang berpisah hanya karena setelah perpisahan mereka dari tempat mengaji dan MDA. Lalu, mereka di pertemukan kembali saat acara reunian. Terasa asing, namun dulunya dua manusia ini sangat akrab. Nesya juga pernah menyapa Rasya saa...