𝟏𝟓

188 7 0
                                    

○○○
Di meja makan suasana makan malam menjadi berbeda, suasananya mencekam antara kakak beradik ini. Yap, gio masih marah dengan aksa.

Bunda melihat kedua anaknya yang biasanya akan berisik saat makan namun sekarang seperti berbeda, seperti ada yang kurang.

"Kalian berdua tumben diem-dieman" celetuk bunda memecah keheningan. Bunda mengehela nafas, tidak ada yang merespon, baik aksa maupun gio.

Saat dikamar, elio melihat aksa sedang asyik bermain HP di kasur. Ia kemudian mendekati aksa dan duduk disamping aksa.

"Kenapa sih?" aksa melirik elio yang sedang memperhatikankannya lama.

"Ga kenapa-kenapa"

"Terus lu ngapain ngeliatin gue begitu"

"Emang kenapa? Ga boleh gitu ngeliatin istri sendiri?"

"Dih, paansi"

"Lu lagi berantem ya sama bang gio?"

"Siapa juga yang berantem"

"Ga usah boong, lu sebenernya ada problem apa sama bang gio?"

"Gue kan cuma bercanda doang li, lagian biasanya juga ga baperan"

"Maksudnya gimana? Emang lu ngapain?"

"Inget kan lu pas gue lagi pesenin bang gio es buah, gue bilang ke mamangnya kalo punya kita entar yang bayar bang gio tapi gue ga ada bilang ke bang gio"

"Jadi tadi es buah kita yang bayar bang gio!?" elio tak percaya yang dikatakan aksa, ia jadi tidak enak dengan abang iparnya itu. Jika tau, elio akan membayar sendiri es buahnya dan aksa.

"Lu ko ga ada bilang ke gue dulu, lagian lu yang salah juga sih"

"Ko lu malah nyalahin gue sih li, kan gue bilang cuma bercanda lagian gue udah minta maaf ke bang gio" aksa langsung badmood drastis, ia kemudian tidur membelakangi elio sampai selimut menutupi tubuhnya.

Melihat itu elio mengehela nafasnya sabar, ia tahu bahwa aksa sedang dalam keadaan mood yang tidak baik. Jadi elio akan mencoba berbicara dengan aksa pelan.

"Sa"

"Diem, gue ga mau denger lu"

Elio ikut tidur masuk ke dalam selimut dan mendekati aksa, ia memeluk aksa dengan kepala menumpu di atas kepala aksa jadi pipi mereka berdua sama-sama menempel.

"Lepas! Gue ga mau dipeluk sama lu!" elio tak mendengarkan perintah aksa, ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Sa, dengerin gue"

"Ga!"

"Yaudah, tapi gue tetep bakal ngomong"
"Ga peduli"

"Apa yang lu candain ke bang gio itu salah sa, mungkin sepele menurut lu tapi kan ga tau juga kalo semisal nih bang gio lagi bokek trs lu kerjain kaya tadi dan pas bang gio ga pegang duit segitu ntar dia bayarnya pake apa? Yang ada malah mempermalukannya kan? Terus apapun masalah kalau hanya minta maaf apa cukup? Gampang memang kalo cuma ngomong maaf tapikan tetep aja bikin  orang rugi, apa iya cuma bilang maaf masalah selesai begitu aja? Engga kan? Ga semudah itu sa"

Aksa memang daritadi hanya pura-pura menutup mata, namun ia tetap mendengarkan apa yang diucapkan elio. Ia menjadi menyesal telah melakukan hal yang salah.

"Li"

"Hm"

"Lu bener li"

"Syukur deh lu bisa paham"

"Terus gue harus apa li?"

"Emm apa ya? Yang pastinya harus ganti uangnya"

"Tapi kalo masih marah gimana?"

𝗔𝘀𝗮𝗹𝗶𝗼́ {𝖻𝗑𝖻}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang