a new dramatic drama

7 0 0
                                    

Suasana kedai biasa saja, namun orang-orang yang berada di situ seperti baru saja mendapatkan tontonan drama live action dan gratis. Hange sampai memfokuskan pandangannya dengan drama itu sambil makan.

Y/n yang sibuk makan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Erwin-san, tadi sudah kunci pintu rumah belum?”
Pertarungan dingin antara bocah SMP dan guru SMA, langsung hilang. Erwin yang langsung mengingat ulang memori sebelum datang ke sini, sedangkan Levi otaknya sudah travelling entah kemana.

Tak ada jawaban dari Erwin, Y/n pun pergi dari tempatnya mengingat makanannya sudah habis dan Erwin pasti akan membayarnya. Meninggalkan kedua laki-laki yang masih mode loading. Hanji dan teman-temannya yang melihat itu pun menahan tawa sambil memotret muka loading Levi yang baru pertama kali dia lihatkan.




Di rumah, Y/n langsung mengelilingi rumahnya yang lupa tidak di kunci saat ia pergi. Tak ada yang aneh, Y/n pun masuk dan memberi makan kucing liar yang mampir ke rumahnya. Serasa bosan, ia pun  akhirnya rebahan di ruang tamu dan tertidur tidak lama setelahnya.

Sesampainya di rumah, Erwin yang terengah-engah memasuki rumah dan mencari Y/n. Menemukan Y/n tertidur di ruang tamu, ia pun akhirnya bisa merasakan lega. Dengan perlahan ia pun menggendongnya dan membawanya ke kamar milik Y/n dan kembali membereskan barangnya hingga malam. Menyadari sudah waktunya makan malam, Erwin pun turun ke bawah dan memasak ramen untuk mengatasi omelan perutnya. Hari pun berganti menjadi hari Senin, dengan semangat mengajar Erwin membuat toast dan pergi ke sekolah, mengajar seperti biasanya.

Di lain tempat, Levi yang berada di rooftop sekolah memikirkan Y/n dengan pria asing kemarin. Hanji yang melihatnya dari belakang dengan sengaja mendorongnya hingga Levi tersungkur. Suara tawa menggelegar pun terdengar setelahnya bersamaan dengan kekuatiran Moblit 

"Hahhahahaaaha.... Levi..... Apa kamu masih memikirkan Y/n?”

" Cihh... Kusomegame"

"Oioioioioi, aku ini baik loh. Aku tau kau masih kuatir kan?" Menepuk-nepuk punggung Levi.

"Katakan saja yang ingin kau katakan"

"Hehhehee tidak sabaran ya. Aku tadi diberi tau adik kelas, katanya dia tidak masuk loh. Mungkin kah terjadi sesuatu?” membuat muka aneh yang mencurigakan.

".... "

"Jadi...... Bukankah ini kesempatan emas untuk mengeceknya? ”

 
Entah mantra apa yang telah diucapkan hanji padanya hingga ia sudah berada di depan rumah Y/n. Karena sudah terlanjur, ia pun mengunjunginya. Rumahnya yang terlihat sepi, ditambah pintu rumah yang tidak terkunci membuat Levi yakin untuk memasuki rumah itu.

"Y/n?”

" O-otosan?” suara itu menggema entah dari mana, segera ia mencari sumber suara itu.
Dari mata menjuru, ia tak menemukan siapapun di lantai 2. Sekali lagi ia memanggilnya namun tak ada suara balasan. Perlahan ia mengecek satu per satu kamitu dan akhirnya ia menemukan Y/n tertidur di kasurnya.

"Oi bocah...kenapa masih ti-... " Ucapannya terhenti melihat wajah pucat pasinya. Tangannya meraba dahi Y/n selembut mungkin dan ia terkejut merasakan hawa panasnya.

"Oi, kau punya termometer?”

" Ootosan"

Pertanyaan bodoh yang ia ucapan pada orang yang tidak sadar, membuatnya menepuk jidat. Ia pun pergi keluar dari rumah itu sebentar dan kembali lagi dengan sekantong kresek. Tak lupa ia meminjam dapur untuk membuat bubur sesuai resep yang ia ingat dari ibunya.

Nampan yang berisi segelas air putih, semangkok bubur, beserta sendok dan beberapa obat disebelah, dibawa Levi ke kamar Y/n. Perlahan, ia membangunkan Y/n.

"Oi. Bocah. Bangun." Dengan guncangan yang menurutnya pelan.

Y/n yang merasakannya, merasa pusing dan terpaksa ia membuka matanya dan melihat orang yang mengganggunya. Baru saja membuka mata, badannya langsung dipaksa berganti posisi menjadi duduk tak lupa ia dipaksa menelan bubur yang disuapkan dengan paksa.

Kemudian saat Levi akan mencekokinya dengan obat, Y/n langsung mengambil alih bungkus obatnya dan meminumnya sendiri sebelum dipaksakan. Y/n yang masih merasakan pusing, kembali bersandar di kasurnya sambil menggenggam tangan orang yang ia kira ayahnya.

"Jangan tinggalkan aku..... "

Mendengar itu, hati Levi merasakan sesuatu yang tak biasanya. Seperti perasaan senang, namun bukan senang. Seperti merasakan kebahagiaan tersendiri.











Meanwhile~

Di SMA tempat Erwin bekerja, Erwin baru menyadari ada sesuatu yang ia lewatkan tadi pagi. Dari bel mata pelajaran pertama hingga akhir bel sekolah, ia tak bisa mengingatnya. Hingga......

"Yoo, Erwin sensei... Katanya anda baru pindah rumah ya?”

" Gojo Sensei, hahaha iya, benar."

"Kalau begitu bukankah waktunya membuat perayaan kecil untuk merayakannya. Hehehe"

"Hahaha...... Astaga Y/n!!!! ”
Erwin pun langsung meringkas barang barangnya dan berlari keluar.

" Are~? Y/n?" Kata Gojo Sensei.

'Pllaakkk'
"Baka, dia baru saja pindahan sudah minta buat party partyan." Balas Geto Sensei yang berada di sebelahnya setelah menempeleng kepala Gojo.

"Gomennn~"
















Di pintu masuk, Erwin melihat sepasang sepatu asing tergeletak di sana. Tak lama suara kaki menuruni tangga terdengar dan menampakkan bocah kemarin. Tak ada percakapan diantara mereka, Levi menepuk pundak pria yang lebih tinggi darinya itu ketika mereka berdiri sejajar di tempat lepas sepatu.

"Dia sudah tidak terlalu demam."

"Terimakasih dan maaf merepotkan mu"

Seperginya Levi, Erwin memasuki kamar Y/n dengan termometer setelah ia mengacak-acak kamarnya. Melihat angka 37 dari alat itu, ia merasa lega.

"Beruntungnya punya pacar yang perhatian."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

attack on UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang