Pagi itu, sesuai janji kemarin. Angga mengajak Praja dan yang lainnya untuk pergi ke rumah Kakek Chandra. Untuk itu ia datang ke Kostan Maya untuk menjemput mereka.
"Jadi ini Kostan tempat tinggal kalian?" Tanyanya, sembari melihat bangunan dengan dua lantai itu, juga halamannya yang menurutnya terasa cukup luas.
"Kenapa? Kau terkejut? Mau coba ngekost di sini?" Tawar Maya, dengan wajah yang tersenyum.
"Tidak, terima kasih! Aku tidak tertarik ngekost di tempat kayak gini!" Jawab Angga.
"Lagi-lagi nih anak bikin kesal aja!" Batin Maya dengan jengkel.
"Jadi tunggu apalagi, ayo kita berangkat ke sana sekarang!" Ujar Praja, disertai dengan anggukan yang lain.
***
Perjalanan menuju ke rumah Kakek Chandra ternyata memakan waktu 2 jam perjalanan menggunakan mobil. Angga mengatakan bahwa mobil itu merupakan mobil miliknya, sehingga membuat mereka semua terkejut karena Angga ternyata punya mobil sebagai kendaraan pribadinya.
Mereka pun tiba di lokasi tujuan. Angga memarkirkan mobil miliknya di sebuah tanah lapang dekat pepohonan yang cukup lebat.
"Eh, rumahnya Kakek Chandra ada di dalam hutan?" Tanya Praja dengan bingung.
"Iya lah, dia kan orang kaya. Jadi terserah dia mau bikin rumah di manapun," Balas Angga.
Pandangan Bima pun teralih pada sebuah mobil lain yang juga terparkir di tempat itu.
"Eh, mobil ini, kayak pernah liat!?" Ucapnya sembari memperhatikan mobil itu.
"Mobil bentukan kayak gitu kan udah umum, jadi wajar kalo kau pernah liat!" Ujar Angga, ia pun lalu mengajak semuanya untuk masuk menyusuri rimbunan pepohonan.
Setelah berjalan untuk beberapa waktu, mereka pun tiba di sebuah rumah dengan 1 lantai namun tampak megah jika dilihat dari luar.
Rumah itu tampak antik dengan bahan yang terbuat dari kayu, juga taman di sekeliling membuat suasananya jadi terasa nyaman.
Dari kejauhan, Nayla melihat seorang pria yang nampak tak asing baginya. Pria itu nampak sedang asik merawat tanaman di sekitar tempat itu.
"Loh, itu kan Pak Budi!" Ucapnya, sambil menunjuk pria itu.
Pria itu pun terkejut dengan kehadiran orang-orang yang waktu itu sempat ia temui.
"Loh, kalian kok bisa ada di sini?" Tanyanya dengan tak kalah kaget.
***
"Jadi karena perintah bos, saya jadi harus melakukan perintah itu deh!" Jelas Pak Budi sembari tertawa kecil.
Tak lupa juga ia meminta maaf karena tindakannya waktu itu terkesan seperti menipu Praja dan yang lainnya.
Tentu saja Praja dan yang lain paham hal itu dan tidak mempermasalahkannya, bahkan mereka kini juga sudah mengobrol di dalam rumah Kakek Chandra.
Suasana di dalam rumah itu terasa adem dan nyaman untuk ditinggali. Bahkan sepertinya para mahluk halus pun tidak ada yang berani memasuki rumah itu.
"Ini mengejutkan, Kakek tidak memberitahuku soal rencananya untuk menguji kalian!" Ucap Angga dengan sedikit jengkel.
"Hahahaha, kalo kamu tahu, rencanaku bisa gagal!" Sahut Kakek Chandra yang ternyata sudah keluar dari ruangannya.
Pak Budi pun ijin pamit untuk pergi ke luar. Sementara Kakek Chandra segera duduk untuk mengobrol dengan mereka.
"Jadi bagaimana? Sekarang Angga sudah akur dengan kalian kan?" Tanya Kakek Chandra.
"Akur darimana, mereka aja susah banget dilatihnya!" Sahut Angga, yang langsung dibalas oleh Bima.
"Susah darimana, latihannya aja baru satu hari. Kau saja bahkan kesulitan kan buat melatih kami?" Balas Bima, memicu perdebatannya lagi dengan Angga.
"Yah, seperti yang Anda lihat, kami gak akur-akur banget kok!" Ucap Praja dengan wajah menahan malu.
"Yaampun, gini amat punya teman!" Batinnya.
"Hahahaha, tapi saya yakin suatu saat nanti kalian akan menjadi sebuah team yang hebat!" Pujinya.
"Itu mustahil!" Balas Praja, Bima dan Angga secara bersamaan.
***
Hari itu, mereka kembali berlatih di dekat rumah Kakek Chandra. Berhubung area di sekitar situ merupakan hutan dan cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Sementara Maya dan Nayla tetap berada di rumah Kakek Chandra sembari menunggu latihan para Indagis selesai.
Di sana Nayla tampak asik bermain dengan Milo si Bahutai kecil. Bulunya yang belang dan perilakunya yang lucu menarik perhatiannya.
Sementara Maya hanya diam sembari mengawasi adiknya, sesekali pandangannya memandang ruangan di sekitarnya yang tampak rapi.
Hingga di satu waktu, pandangannya teralih pada sebuah lukisan wanita cantik dengan rambut panjang sepunggung sedang tersenyum.
Perlahan ia pun berdiri dan memperhatikan lukisan itu dari jarak yang lebih dekat.
"Itu merupakan lukisan yang menggambarkan istri saya, Luna!" Jelas Kakek Chandra yang tiba-tiba muncul di dekat Maya.
Gadis itu pun menoleh kepada Kakek Chandra, dan mendengarkan cerita darinya.
"Saya membuat lukisan itu atas dasar rasa cinta saya padanya, rasa cinta yang sudah puluhan tahun ini tak memudar dari hati saya. Lukisan itu juga mengingatkan saya akan rasa penyesalan karena gagal menyelamatkannya puluhan tahun yang lalu!" Jelas pria tua itu.
Mendengar penjelasan dari Kakek Chandra, Maya pun menjawab.
"Tapi dari yang saya dengar dari Angga, Anda selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain. Anda juga melatih Angga sehingga ia bisa sekuat sekarang. Dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda selalu memberikan sumbangan pada fakir miskin, dan membantu siapapun yang membutuhkan bantuan. Jadi saya rasa istri Anda pasti akan senang melihat berbagai kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini!" Ucap gadis itu.
Mendengar hal itu, Kakek Chandra pun tersenyum kecil. "Begitu ya, semoga saja hal itu memang benar terjadi!" Lirihnya.
***
Di suatu pemukiman penduduk, tampak seorang pria botak sedang berdiri sembari menyeringai. Sementara di belakangnya terdapat pasukan gaib dengan jumlah yang sangat banyak.
"Menurut informasi, para Indagis itu berada di hutan dekat sini. Jadi sekarang buatlah kekacauan untuk memancing mereka ke sini!" Perintahnya, di sertai dengan para mahluk gaib itu yang mulai bergerak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
FantastiqueIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...