Callum pov
Suara ketukan pintu membuatku mendongak. Aku buru-buru menghapus air mataku, tidak ingin ada yang melihatku dalam keadaan seperti ini. Tubuhku terasa berat, bahkan untuk sekadar berbicara dengan orang lain.
"Siapa?" tanyaku dengan suara yang serak.
"Ini saya, Isabella, pak," jawab suara lembutnya dari balik pintu.
Aku menghela napas panjang. Hari ini aku benar-benar tidak ingin diganggu, apalagi dengan masalah yang tak ada hubungannya dengan Asher. "Ya, dokumennya sudah saya approve. Kamu bisa kembali."
"Bukan soal dokumen, pak... ini soal papa saya."
Aku terdiam sejenak, baru menyadari bahwa aku lupa soal masalah perjodohan yang dipaksakan oleh ayahnya. "Oh iya, benar." Dengan berat hati, aku mengusap wajahku cepat-cepat agar tidak ada bekas tangisan yang terlihat. "Masuklah."
Isabella membuka pintu dan melangkah masuk ke ruangan yang kini terasa semakin sempit bagiku. Matanya menyapu meja kerja dan sekitarnya yang berantakan. Entah bagaimana, tatapan matanya yang tenang justru membuat rasa bersalahku semakin dalam. Di balik wajahnya yang polos, aku selalu teringat pada Asher. Keduanya begitu dekat; Asher memperlakukannya seperti adik sendiri. Dan sekarang, seolah Asher semakin jauh dari kehidupanku.
Aku mencoba tersenyum meski rasanya lebih seperti senyum yang terpaksa. "Ada apa dengan papa kamu?"
Isabella tidak langsung menjawab, tapi dia mengeluarkan ponselnya dan mulai menelepon seseorang. Saat panggilan tersambung, dia memberikan ponselnya padaku tanpa berkata apa-apa.
Dengan sedikit ragu, aku menerima ponselnya. "Halo?" tanyaku, mencoba menyembunyikan perasaanku yang masih terguncang.
Suara ayah Isabella, Mr. Stevenson, terdengar tegas dan dingin dari seberang telepon. "Callum, aku sudah berbicara dengan ayahmu. Sudah dua minggu berlalu, dan aku ingin tahu-siapa yang akan kamu pilih? Orang yang kamu cintai, atau Isabella?"
Tenggorokanku mendadak kering. Dua minggu? Sudah selama itu aku tidak mendengar kabar dari Asher, dan selama itu pula ultimatum ini menggantung di atas kepalaku. Aku menutup mata sejenak, merasakan kembali rasa sakit yang belum sempat mereda.
"Callum?" Suara Mr. Stevenson semakin mendesak.
Aku membuka mata, mencoba menenangkan diriku sendiri. "Asher. Jawabanku tetap Asher," jawabku akhirnya, meski suaraku terdengar lebih rapuh dari yang kuinginkan.
"Baik," jawab Mr. Edwards dingin. "Kamu punya waktu dua minggu lagi untuk memperkenalkan Asher padaku dan Roberts, atau pernikahan dengan Isabella tetap dilanjutkan."
Telepon terputus begitu saja, meninggalkanku dalam kebisuan yang menyesakkan. Aku menyerahkan kembali ponsel itu ke Isabella, tanganku sedikit gemetar.
"Saya minta maaf, pak. Papa selalu nanya soal keputusan bapak terus" ucap Isabella, matanya menyiratkan rasa kasihan. Dia tahu aku tak akan pernah memilihnya, tapi ini bukan sepenuhnya dalam kendaliku.
Aku menyerahkan ponselnya kembali pada Isabella, mengangguk pelan sebagai tanda bahwa aku mengerti situasinya. "Iya, tidak apa-apa," jawabku, meski hatiku terasa semakin sesak.
Isabella menggigit bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi. "Aku... aku juga kangen Kak Asher..."
Kata-katanya membuat dadaku semakin berat. Isabella memang dekat dengan Asher, dan aku tahu perasaannya tulus, sama seperti diriku yang merindukan Asher setiap detik. Tapi situasi ini tidak seharusnya melibatkan dia. Apapun yang terjadi antara aku, Asher, dan ultimatum ini, Isabella hanya korban dari ambisi ayahnya-dan mungkin, juga ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Fiksi RemajaAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...