Bab 1

165 28 2
                                    

“Apa yang kalian lihat belum tentu sebuah kebenaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa yang kalian lihat belum tentu sebuah kebenaran.”
-Aurora Zara Dewinda-

Gadis itu menundukkan kepala ketika seorang pria yang berada didepannya memarahinya.

"BERAPA KALI SAYA BILANG KALAU JAGA SIKAPMU ITU TERHADAP MAMAMU." Bentak pria itu yang tak lain adalah Ayah kandungnya.

Aurora tidak berkata-kata apapun. Dia hanya mendengarkan semua bentakan Ayahnya tanpa berniat untuk membela diri. Bagi Aurora, semua yang diucapkan pria itu adalah hal yang tak perlu didengarkan. Jaga sikap katanya. Jika dia diharuskan untuk menjaga sikap, kenapa Mama tirinya tak diberitahu untuk menjaga sikapnya. Semua yang wanita itu lakukan kepada Aurora sangatlah menyebalkan. Dia selalu diperintah layaknya seorang pelayan. Aurora muak, tetapi apa yang bisa ia lakukan.

"Saya sudah muak dengan sikapmu. Sekarang pergi ke kamar ganti pakaian habis itu bersihkan rumah ini." Ucap Ayahnya setelah itu ia pergi diikuti Mama tirinya.

Aurora mengepalkan tangannya."Awas saja kalian. Akan aku balaskan semua dendamku kepada kalian berdua." Ucap Aurora.

Aurora kemudian bergegas pergi ke kamar. Dia mengganti pakaian dengan baju berwarna biru dengan lengan bergaris putih dan celana panjang berwarna hitam. Aurora membuat cepolan di rambutnya dengan cekip lucu tertancap pada rambutnya.

Aurora pergi keluar. Kegiatan pertama yang ia lakukan adalah mencuci piring.

"Rajinnya." Celetuk seorang gadis yang lebih tua setahun darinya. Gadis itu bernama Revanya Adelia. Reva adalah anak tunggal dari Mama Shinta bersama mantan suaminya.

"Apasih. Pergi sana. Ganggu tahu nggak?"

"Marah-marah mulu. Diusir nih gue? Sebenarnya gue mau ngomong sesuatu yang penting." Reva berucap dengan serius.

Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Aurora. Gadis itu terdiam membisu.

"Lo kemarin ikut 'itu' ya?" Tanya Reva dengan nada serius dan ekspresi datar.

Aurora menghentikan kegiatan mencucinya. Ia melihat kearah Reva yang menatapnya dengan ekspresi serius.

"Lo tahu dari mana?"

Reva tertawa. "Nggak usah khawatir gitu. Gue nggak akan bilang siapa-siapa kok, asal lo penuhi syarat dari gue." Reva memberikan pilihan pada Aurora. Bangga sekali dirinya. Akhirnya ada sesuatu hal yang bisa ia gunakan untuk mengancam Aurora.

"Syarat apa?" Tanya Aurora. Dalam hati ia berdoa agar syarat itu tidak susah.

"Kalau gue minta lo jauhin mereka, lo mau? Keenam teman lo itu. Dan satu lagi, bantu gue deketin Zaka."

Bagi Aurora, dua syarat itu sangatlah berat. Menjauhi sahabat baiknya dan membantu Reva untuk mendekati pujaan hatinya. Itu hal gila. Jelas sekali apa tujuan gadis itu kepadanya.

Unfair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang