I realize the mistake that this incident dragged you to come.
Valda terbangun di sebuah ruangan yang terasa asing, dikelilingi dinding-dinding dingin dan keras. Bahan bangunan ruangan itu tampak seperti perpaduan antara beton kasar dan logam dingin, memberi kesan kokoh namun suram. Permukaannya bertekstur tak rata, dengan warna abu-abu gelap yang memantulkan cahaya remang dari sudut ruangan. Sambungan-sambungan logam terlihat jelas, menyiratkan kekuatan struktural, tetapi juga menguatkan kesan hampa yang mengelilingi tempat itu.
Valda mendapati dirinya tak berdaya, tubuhnya terlilit erat oleh tali tebal, hingga tak ada sedikit pun ruang untuk bergerak. Napasnya tertahan oleh lakban hitam yang menutup rapat mulutnya, sementara rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Setiap otot menjerit perih, seolah baru saja dipaksa terbangun dari pengaruh obat bius. Kepalanya berdenyut hebat, pandangannya sedikit kabur, namun kesadarannya perlahan pulih. Kegelapan yang mengelilinginya hanya memperdalam perasaan terperangkap dan tak berdaya.
Saat kesadarannya perlahan pulih, Valda menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya yang terperangkap di ruangan gelap dan suram itu. Di sekelilingnya, Ava, Emma, Jasper, dan Zephyr berada dalam posisi yang sama, tubuh mereka terikat dan wajah mereka dipenuhi ekspresi kalut dan putus asa. Sorot mata mereka, yang penuh kelelahan dan frustasi, beralih kepadanya ketika Valda mulai bergerak. Ada seberkas kelegaan dalam pandangan mereka, seolah kehadiran Valda yang kini tersadar membawa secercah harapan di tengah situasi yang mencekam ini.
Ava tampak paling lemah, bahunya yang gemetar dan matanya yang sembab menunjukkan bahwa ia sudah lama menahan tangis. Emma, dengan rahangnya yang terkatup rapat, berusaha tetap tenang, meskipun matanya mengkhianati rasa takut yang tak bisa ia sembunyikan. Jasper, yang biasanya penuh percaya diri, kini hanya bisa menunduk dalam diam, sementara Zephyr menahan rasa sakit di salah satu pergelangan kakinya , berusaha keras untuk melepaskan diri, walau sia-sia. Mereka semua tampak terjebak dalam ketakutan dan ketidakberdayaan, sama seperti Valda.
Namun, di balik kekalutan itu, ada secercah rasa lega yang muncul di wajah mereka ketika melihat Valda akhirnya sadar. Meskipun tubuh mereka terikat dan mulut dibungkam, tatapan mata mereka berbicara banyak. Tatapan penuh harapan yang seolah mengatakan bahwa kehadiran Valda memberi mereka alasan untuk bertahan, memberi mereka dorongan untuk menemukan jalan keluar dari mimpi buruk yang sedang mereka alami.
Di hadapan mereka, berdiri sebuah pintu besi besar yang terlihat tua dan berkarat. Pintu itu terpasang kokoh pada dinding beton yang tebal, mengesankan bahwa pintu ini tak hanya berat, tapi juga hampir tak tertembus. Permukaannya dipenuhi dengan goresan-goresan panjang, luka-luka dalam, dan lubang-lubang kecil yang seolah menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa kelam yang pernah terjadi di tempat ini. Setiap goresan bercerita, setiap bekas hantaman mengisyaratkan bahwa pintu ini telah melalui banyak pertempuran, tetapi tetap berdiri tegak tanpa tergoyahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Peak
غموض / إثارةValda Carlyle dan teman-temannya berkemah di puncak Gunung Yves, tempat indah yang ternyata menyimpan kengerian. Satu demi satu temannya menghilang, dan Valda mendapati dirinya terjebak dalam permainan mematikan yang dirancang oleh seorang pembunuh...