Aku meringis, mencengkram perutku. Sial, aku jadi enggak bisa tidur karena perutku yang terasa sakit banget ini. Sudah berkali-kali aku bolak balik ke toilet, membuatku sampai jam 2 tetap terjaga. Perasaan aku enggak ada makan yang aneh-aneh. Aku berbaring menelungkup di kasur. Apa karena PMS ya? Tapi, biasanya, kalau aku PMS, aku tidak pernah merasa sakit perut, HANYA kesabaran yang mudah habis.
Jangan-jangan Alfarezi memasukkan racun ke sop ayamku tadi ya? Aku beranjak duduk di pinggir kasur. Wah, kalau beneran Alfarezi masukin racun ke sop-ku, akan kugantung dia. Ini perutku sakit banget lho, bukannya lebay, oke?
Aku bangkit sambil menepuk-nepuk perut yang masih terasa perih. Atau ini karma karena aku suka kabur dari abang-abangku ya?
Aku membuka pintu kamarku dengan hati-hati, berusaha agar tidak menimbulkan suara. Biar abang-abangku tidak bangun, soalnya aku enggak mau mereka tahu kalau aku sakit perut. Abang-abangku tuh, kalau tidur terus ada suara sedikit saja, langsung terbangun. Mereka juga cara tidurnya aneh DULU, saat masih berusia lima tahun. Kalau tidur, matanya melek. Seram. Mana posisinya macam mayat, tidak bergerak sedikitpun. Tapi, sekarang, sudah berubah, berubah banget! Tidur lasak banget, kecuali si Alfarezi sih, dia tetap tenang kalau tidur.
Aku melangkah cepat dengan kaki sedikit berjinjit agar tidak bersuara. Aku memasuki dapur, dan langsung mengambil gelas dengan hati-hati. Beberapa detik, tenggorokanku sudah dialiri air segar.
Hupla! Aku berbalik, bergegas menuju kamar.
Mendadak, perutku terasa teramat sakit. Bukan mulas mau berak. Aku sontak jatuh berlutut sambil mencengkram perut, di depan pintu kamarku. Aku juga merasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisku. Apa cerita kerenku berakhir di sini? Padahal aku belum sempat merasakan jadi kuaya ruaya(baca: kaya raya).
Pintu kamar abang-abangku terbuka. Dan Amaar dan Abyaaz berdiri di bawah ambang pintu, sesaat mereka belum bereaksi melihat adiknya 'sekarat' di sebelah mereka. Begitu kesadaran mereka mencapai 100 persen, langsung berseru panik.
"ICHA! Kau kenapa?" Abyaaz berlutut di sebelahku.
Diam. Pertanyaanmu tidak membantu. Aku sudah meringkuk di lantai.
Dan menyusul-lah Asheer dan Alfarezi. Tepat saat aku memuntahkan isi perutku dan kehilangan kesadaran.
****
Abyaaz merapikan anak rambut di dahi adiknya. Asheer melirik arloji, sudah pukul empat, adiknya masih belum siuman. Jam tiga tadi, sudah dibawa ke dokter, diperiksa. Dan kata dokter, Icha keracunan. Saat ini Alfarezi sedang mandi, dia biasa mandi pagi soalnya. Hari ini mereka tidak perlu buru-buru mandi, soalnya hari ini hari libur, hari Sabtu.
Karena SANGAT khawatir dengan keadaan adik mereka, jadinya mereka semua terus berada di kamar adiknya, mengawasi.
"Icha habis makan apa sih?" Amaar memainkan jari jemari adiknya. "Setahuku, dia enggak ada makan yang aneh-aneh. Apa karena bakso di kantin ya? Kan kita enggak tahu bahan apa aja yang ada di bakso itu."
"Heh, kita dari SMP 1, makan bakso di kantin enggak sampai keracunan tahu." Asheer menyergah.
"Coba kita tanya Amuro, kau chat dia, Ash. Amuro kan selalu mengawasi Icha dan teman-temannya." Abyaaz memberikan ide.
Asheer menurut, dia menyambar handphonennya. Ping! Dua menit, langsung dijawab.
DaddyAmuro: Hah? Makan yg aneh-aneh? G ad tuh. Dia cuma mkn bakso sama teh anget.
You (Asheer): Oh, okey, thank you, Daddy *emotion love.
DaddyAmuro: *Emoji moai *plak, jijieq
You: Okey, Ayank, bye-bye *emotion love
DaddyAmuro: Saya murka
Tak. Asheer meletakkan handphonenya, menggeleng. Abyaaz dan Amaar mengerti maksud gelengannya, raut wajah mereka terlihat bingung.
Kreeet, pintu kamar terbuka. Alfarezi melangkah masuk, wajahnya datar seperti biasa, tapi Abyaaz, Amaar, dan Asheer sebagai saudara kembar Alfarezi, tahu kalau Alfarezi sedang khawatir dengan kondisi adiknya. Wajah datarnya tuh cuma untuk menyembunyikan kekhawatirannya.
"Si Icha belum sadar?" tanya Alfarezi sambil duduk di sebelah Icha.
"Belum."
Alfarezi menyentuh kening Icha. Panas. Wajah Alfarezi terlihat muram, "Puh, padahal aku berniat untuk jalan bareng ke Timenzone. Mumpung hari libur." Matanya berkilat dingin, "Keracunan ya..."
"Jangan-jangan karena makanan di cafe itu, Zi?" Amaar dan Abyaaz mengungkapkan kecurigaan mereka bersamaan. "Wah, kalau iya, gue bacok tuh pemilik cafenya."
"Heleh, ajar kurang banget kalau kamu bacok sendirian, gue juga mau. Keroyok bareng-bareng." Asheer menyengir ala psikopat.
Alfarezi mengangguk. "Benar. Kalian tidak sadar ada seseorang yang kita kenali di cafe itu?"
Mereka saling tatap, dan detik berikutnya...
"OH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Brothers
Ficção AdolescenteEmpat kakak laki-laki tampan, menyebalkan bin gregetan ini selalu membuat adik perempuannya kerepotan karena ke-posesif-an mereka. Sifatnya yang berbeda-beda, sulit ditebak. Pertengkaran selalu menjadi rutinitas wajib mereka. Pokoknya cerita ini bi...