Saat Drisana sadar, ia merasakan sakit kepala. Seluruh tubuhnya terbakar. Ia perlahan membuka matanya dan mencoba untuk fokus pada sekelilingnya. Di sana, seorang wanita duduk di sampingnya dengan tatapan khawatir yang terpaku padanya. Saat ia melihat sekeliling, beberapa pria berpakaian aneh juga ada di sana. Sepertinya ia berada di semacam tenda. Ia memejamkan dan membuka matanya beberapa kali mencoba mengingat apa yang terjadi. Rumah- Ruang bawah tanah- Cahaya- 'Apa-apaan itu?' pikirnya.
Kemudian ia melihat wanita dan pria itu mengatakan sesuatu. Ia menatap mereka untuk mengerti, tetapi tampaknya mereka berbicara dalam bahasa asing. Ia kembali melihat sekeliling dengan bingung. Bagaimana ia bisa sampai di sana? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa orang-orang ini dan apa bahasa itu? Sebagai seorang pengembara, Drisana telah menjumpai banyak bahasa dan mengerti beberapa di antaranya. Tetapi ini tidak terdengar seperti itu. Apa yang terjadi padanya? (Kata-kata miring tidak dipahami baik olehnya maupun para pandawa)
"Putri, bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Kunti. Drisana menatapnya dengan bingung.
"Kau baik-baik saja, Devi? Apa kau merasa sakit?" tanya Nakula. Sekali lagi, ia menatap ke arahnya dengan cemberut.
"Kenapa ia tidak mengatakan apa pun?" tanya Bhima sambil mengerutkan kening.
"Mungkin ia takut. Jangan khawatir, Putri. Kau aman sekarang." Kata Kunti mencoba meyakinkan gadis malang itu.
"Ia tidak bisu, kan?" tanya Bhima lagi dan semua orang menatap Drisana dengan heran.
Masih tidak mengerti apa yang mereka katakan, Drisana memutuskan untuk mencoba peruntungannya. Mungkin orang-orang ini mengerti bahasanya. Ia bertanya ragu-ragu,"Di mana aku?" Semua orang menatapnya lalu saling memandang.
"Ia mengatakan sesuatu. Itu artinya ia tidak bisu." Kata Bhima.
Drisana menatap mereka berharap mungkin mereka memahaminya, tetapi mereka tampak semakin bingung sekarang.
"Tapi apa yang ia katakan? Bahasa apa itu?" Sadewa menyuarakan pikiran yang berputar di benak semua orang.
"Putri, apa yang ingin kau katakan? Kami tidak bisa mengerti kata-katamu." Kunti bertanya padanya.
Oke Sepertinya mereka juga tidak mengerti. Merasa haus, Drisana berkata dengan suara serak,"Air."Sekali lagi tatapan bingung diarahkan padanya.
Benar, mereka tidak mengerti kata-katanya. Drisana mengangkat tangannya untuk minum dan meminta air. Kali ini meskipun mereka tidak mengerti kata-katanya, mereka mengerti gerakannya. Kunti membantunya duduk dan memberinya air untuk diminum. Dia kembali melihat sekeliling ke arah orang-orang. Pakaiannya aneh, bahasanya aneh, apa yang terjadi? Di mana dia mendarat dan bagaimana?
"Di mana aku? Dan siapa kalian semua?" Drisana bertanya mencoba berkomunikasi lagi.
"Devi, bahasa apa ini? Kami tidak tahu ini." Kata Arjuna. Kebingungan dan ketakutan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh Drisana.
"Bahasa apa yang kau gunakan?" tanyanya.
Sambil saling memandang, Yudhistira memutuskan untuk bertanya kepada anuj (adik laki-lakinya), Sadewa.
"Apakah kamu tahu bahasa ini, Sadewa?"
"Tidak, Jyesth. Kedengarannya tidak seperti bahasa Aryavart." Sadewa menjawab.
"Aku mulai khawatir sekarang. Dari mana gadis ini berasal?" Arjuna bertanya-tanya.
Karena tidak tahu harus berbuat apa, semua orang memperhatikan gadis itu dengan saksama. Kemudian Bhima memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN KE MASA LALU ERA MAHABHARATA (TERJEMAHAN)
FanfikceDrisana selalu merasa seperti berada di tempat dan waktu yang salah. Mengapa? Tidak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Setelah kematian orang tuanya, Drisana, sang pencinta petualangan, telah berkelana ke seluruh dunia untuk menemukan kedamaian di ha...