Benang Merah.

566 86 48
                                    

Orang bilang sang bulan harus bersama dengan matahari agar ia tidak kesepian, nyatanya garis takdir dengan jelas mengatakan melalui kodrat alam bahwa bulan hanya bisa muncul jika gelapnya malam datang.

|First Love|

— Pertama kali Sasuke melihat Hinata adalah saat gadis kecil itu dibawa Hiashi Hyuga mengunjungi distrik Uchiha guna memperbarui perjanjian perdamaian antara kedua clan, Hinata kecil sedikit lebih berani daripada Hinata yang sekarang. Matanya yang bak mutiara menatap Sasuke dari belakang Hiashi, pipinya memiliki rona tipis dengan wajah gugup dan senyum malu yang manis.

Saat itu Sasuke terpesona untuk sesaat, sampai Hinata bersembunyi Sempurna dibelakang ayahnya. Sasuke tersenyum tanpa sadar. Dia mendongak, berbisik pelan pada Itachi. "Ni-san, dia cantik ya?"

Ekspresi Itachi bengong untuk beberapa detik, lalu tawa lirih terdengar. Pemimpin klan uchiha melihat kearahnya, Itachi segera menggeleng tanda tidak terjadi apa-apa juga meminta maaf pelan. "Apa kau menyukainya?"

"Um!"

Sasuke mengangguk tegas, Itachi menatap adiknya penuh arti. Setelahnya, Tidak disangka pertemuan pertama mereka berakhir dengan persetujuan pertunangan antara dirinya dan Hinata. Sasuke bingung, namun senang disaat bersamaan. Pipinya merona merah samar, dia ingin bertingkah keren di depan Hinata. Dengan langkah pelan ia menghampiri Hinata yang masih mengintip sembunyi-sembunyi dari balik kimono Hiashi.

"Aku Uchiha Sasuke, mulai sekarang kita adalah tunangan."

Jantung Sasuke berdebar kencang, ditengah keheningan ruangan karena kedua klan yang menjunjung tinggi etika, suara jantung Sasuke justru terdengar sedikit mengisi keheningan. Itachi sekuat tenaga menahan tawa, Fugaku tersenyum sembari menutup mata sementara Hiashi menyingkir sedikit membiarkan Sasuke dan Hinata berhadapan sepenuhnya.

Pipi putih chibi Hinata jelas bersemu merah, manik mutiaranya melihat kesana kemari. Kedua jari telunjuk saling mengetuk, Hinata tersenyum malu-malu. "Hi-Hinata Hyuga des.."

Akhirnya mata rambulan Hinata mau menatap tepat kearahnya, saat dua mata yang berbeda warna saling menatap kedalam jiwa, saat kedua pipi yang saling merona itu menandakan adanya ketertarikan satu sama lain. Benang merah yang menjadi garis takdir mereka melingkar indah di jari kelingking masing-masing, awalnya ini bukan rencana tuhan. Benang itu sendiri yang memilih jiwa yang ingin dia satukan, bahkan ketika ditanya dia akan kebingungan menjawabnya.

"Aku tidak tau, tapi kebersamaan mereka sudah merupakan kodrat alam." Begitulah jawaban sang benang.

Semenjak itu Hinata sering kali diajak Sasuke pergi berjalan-jalan di
distrik Uchiha bersama, atau bermain berdua saja di rumahnya. Seperti hari ini, ketika beberapa bulir salju putih lembut jatuh pelan dari langit menandakan pergantian musim dari gugur ke dingin. Sasuke memegang tangan Hinata, melilitkan syal merah yang tadinya ia kenakan pada tunangannya.

"Sasuke- kun tidak kedinginan?" Hinata bertanya, dia yang sudah memakai jaket bulu rubah, dililitkan syal bahkan memakai penutup telinga saja masih sedikit kedinginan. Sedangkan Sasuke hanya memakai jaket yang nampak sama sepertinya tanpa tambahan lain.

Sasuke menoleh, membenarkan letak penutup telinga Hinata. imutnya, batin Sasuke berderu melihat penampilan Hinata sekarang. "Pegang tanganku, aku tidak akan kedinginan lagi."

Polos, Hinata masih sangat polos hingga tanpa ragu membawa tangan putih pucat Sasuke dalam genggamannya tanpa tau efek apa yang ia berikan pada si bungsu Uchiha. "Tidak dingin lagi?"

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang