𝟏 - 𝐓𝐡𝐞 𝐇𝐞𝐥𝐥 𝐁𝐞𝐠𝐢𝐧𝐬

21 4 0
                                    

"One day a flower will lose its beauty,

One day a king will lose his glory."

──────────────────








Perang sengit antara Nytheris dan Kyrenor yang tidak terelakkan.

.

.

.

Pemimpin Nytheris, Kaisar Kyros, membaca surat dari Presiden Kyrenor, Sergio. Ekspresi tenang miliknya luntur, berubah menjadi amarah, ia mengerutkan dahinya. Nytheris memang memiliki wilayah yang strategis dan memiliki kondisi yang bagus untuk bercocok tanam, pantas saja Kyrenor menginginkan wilayah itu, namun menyerang salah satu negara besar? seperti nya pemerintah Kyrenor sudah benar benar hilang akal.

"Gerak-gerik orang itu memang mencurigakan akhir-akhir ini, terlalu tenang untuk seorang Sergio. Ya, kini aku tahu alasannya." Kyros mengeram kesal, namun tetap menjaga sikapnya. Tak mungkin ia menunjukkan kepanikan didepan rakyatnya.

"Presiden, mereka pasti tahu bahwa mereka tak akan bisa mendapatkan wilayah Nytheris hanya dengan tulisan di atas kertas. Slav terkenal akan kelicikannya dan akal nya yang tidak bisa ditebak, mungkin dia sudah menyiapkan serangan atau jebakan untuk membuat kita merasa panik dan bertindak gegabah" ujar Jenderal Asvaran, panglima perang kepercayaan sang kaisar Nytheris.

Kyros mengangguk setuju, matanya yang tajam masih menatap surat yang diterimanya.

"Kita tak akan terjebak dalam permainan licik mereka. Siapkan pasukan di perbatasan juga di kota Ashvarim, kota itu berada di zona merah."

Asvaran menunduk hormat dan segera meninggalkan ruangan, meninggalkan Kyros yang tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Perbatasan Fyrathor memang terkenal karena memakan banyak korban, bahkan lebih mematikan dari gurun Aghar. Fyrathor memiliki iklim yang ekstrim. Sekejap mata perbatasan itu dingin seperti kutub Kyrenor, sekejap mata pula perbatasan itu menjadi panas seperti gurun Aghar. Banyak orang-orang yang melawati perbatasan itu tak tahan dengan perubahan cuaca yang ekstrim dan malah mati. Jalan menuju Nytheris dari Kyrenor hanyalah laut Inmensus, itupun akan memakan waktu berminggu-minggu.

"Tuan Presiden, Kolonel Seris menunggu perintah," suara salah satu ajudan Nytheris membuyarkan lamunan sang Kaisar.
Kyros tersenyum tipis. Seris memanglah pembuat strategi dan pemimpin yang hebat, meski dirinya kalah pun..
Nytheris masih memiliki kartu as.

"Segera perintahkan pasukan Seris untuk berpencar dan menjaga Perbatasan Fyrathor dan pantai laut Inmensus. Kita akan menyambut 'hangat' pasukan Kyrenor di sana. Dan pastikan agar Slav tahu-Nytheris tidak akan pernah menyerahkan segenggam tangan pun tanahnya,apalagi seluruh wilayahnya."

.

.

.

Di sisi lain, di Kyrenor, Kolonel Slav bersiap-siap untuk penyerangan yang telah lama ia nanti-nantikan. Tubuhnya atletis nya berdiri dengan tegak, mengamati ribuan pasukannya yang sudah siap. Pemerintah Kyrenor memang telah lama menantikan momen ini-kesempatan untuk menaklukkan Nytheris, salah satu dari 3 negara besar yang disegani oleh negara-negara lain.

"Sampai kapan kita harus menunggu?" tanya seorang letnan, Letnan Dorofey yang berdiri di samping Slav seperti seorang anjing yang setia kepada tuannya. "Pasukan kita sudah siap, Wilayah Nytheris akan segera jatuh di tangan kita, Pemerintahan Kyrenor."

Slav tersenyum miring, matanya bersinar dengan kilauan tajam bak sesosok predator yang menanti mangsanya. "Tidak lama lagi, biarkan cecunguk Nytheris itu bersiap. Kita sudah memberikan surat kepada kaisar tua itu, kita lihat bagaimana si tua bangka itu bereaksi. Aku ingin melihat wajah Kaisar Kyros ketika dia menyadari bahwa satu satunya akhir dari negaranya adalah kehancuran."

Letnan itu mengangguk, memahami betul pola pikir Slav yang diluar akal sehat. Dia tidak sekadar menyerang musuhnya secara fisik, ia juga akan menghancurkan musuhnya dari dalam secara perlahan. Lambat laun yang tersisa dari mereka, musuh seorang Stanislav Sergeyev hanyalah kekosongan.

Di atas meja kayu kasar di hadapan Kolonel Slav, peta Nytheris terbentang lebar. Mata zamrud nya mengamati dengan seksama. Dengan senyum penuh kesombongan, tangannya meremat kencang sebuah bagian dari peta itu

Perbatasan Fyrathor.

mereka tak akan menyangka bahwa tentara pimpinan Slav akan menghadapi wilayah ekstrim seperti itu

Slav menoleh ke pasukan di belakangnya, ribuan prajurit bersenjata lengkap, siap untuk membantai siapa saja yang berani menantang pemimpin mereka.

"Bersiaplah, Kita berangkat saat malam tiba."

.

.

.

Sementara itu, di gedung pemerintahan Daenaris, Kaisar Isaiah menerima utusan dari Nytheris. Utusan itu membawakan pesan langsung dari Kaisar Kyros, memberi kabar tentang deklarasi perang oleh Kyrenor.

Kaisar Isaisah mengerutkan kening saat membaca surat tersebut. "Kyrenor... sudah kuduga mereka akan melakukan sesuatu." gumamnya, matanya menatap tajam pada surat itu.

Salah satu penasihatnya, seorang pria tua yang sudah lama menjadi pelayan setianya selama menjabat di negri pengadilan ini, berbicara pelan, "Tuan, Kita harus segera membicarakan ini dengan para petinggi lain untuk keputusan lebih lanjut."

Isaiah mengangguk pelan, tapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa perang kali ini mungkin tidak seperti masalah-masalah penjajahan oleh Kyrenor sebelumnya. Kyrenor tidak pernah berhenti sampai mereka menguasai seluruh daratan. Jika Nytheris jatuh, keseimbangan dunia akan hancur, terlebih lagi fakta bahwa Nytheris merupaka pusat perdangangan dan merupakan negara pemasok hasil pertanian dan perkebunan terbesar, tentu penjajahan ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi seluruh dunia.

Namun, jika Daenaris melibatkan diri, hal itu bisa menciptakan preseden buruk. Terlebih setelah dulu ada kasus penjajahan Kyrenor yang masuk ke dalam pengadilan Daenaris, Kyrenor sudah menganggap musuh Daenaris, akan berbahaya jika mereka langsung menengahi mereka apalagi diluar ruang pengadilan maha agung Daenaris.

.

.

.

Pasukan Kyrenor tengah menuju perbatasan mematikan Nytheris. Dengan persenjataan lengkap dan tentara yang selalu siap untuk segala ancaman dan serangan yang akan datang. Suara derap kaki kuda terdengar di sepanjang jalan mengisi kesunyian ladang es Kyrenor yang perlahan menghangat disetiap langkah nya, Kolonel Slav memimpin di depan, senapannya telah penuh terisi amunisi, siap untuk digunakan kapan saja.

Hawa dingin yang menusuk kulit, ditambah lagi dengan udara malam, sebuah bencana untuk orang awam, untunglah penduduk Kyrenor dapat beradaptasi dengan baik.

Setelah perjalanan berjam-jam, akhirnya pasukan Kyrenor pimpinan Slav telah tiba di perbatasan.

"Wah~ kita disambut hangat. " Seringai mengerikan terukir di wajah Slav. Disisi lain, Kolonel Seris menatap tajam ke arah lawannya. Kedua Kolonel itu saling berhadapan meski dengan jarak yang cukup jauh, keduanya memang membenci satu sama lain sedari dulu. Seris yang membenci kesadisan Slav, dan Slav yang membenci tingkah 'membosankan' Seris yang selalu menghalangi nya untuk bersenang-senang.
Seris, Dewa perang dari Nytheris dan Slav, Grim reaper Kyrenor.

Tbc...

[OR] Till the Very EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang