April 2020
"Nael, Aku capek!" Zela jengkel karena rasa lelahnya mengejar Narael yang tak kunjung ia dapatkan. Narael tertawa, menghentikan larinya. Menyusul Zela yang duduk dipinggiran air mancur.
"Capek?" Narael tertawa yang dibalas dengusan sebal oleh Zela, Sudah tahu kenapa masih bertanya.
"Yaudah, Aku beliin eskrim ya? Mau? Kan seger siang siang gini makan eskrim. Apalagi bareng aku." Diakhir kalimat Narael sengaja membisikkannya kepada Zela. Zela tersenyum samar "yaudah sana! Aku tunggu" titah Zela.
Narael mengangguk "Tunggu, Lima menit. Aku balik " setelah mengucapkan itu Narael langsung berlari membeli eskrim, Zela tersenyum menatap punggung 'Sahabatnya' yang kian menghilang ditelan jarak.
Setelah lima menit Zela menunggu, benar saja! Narael kembali membawa dua buah eskrim Cornetto di genggamannya, menjulurkan satu buah padanya. Zela menerima uluran itu lantas mengucap terimakasih, Narael mengangguk lalu duduk disamping Zela dan membuka bungkus eskrim Cornetto miliknya.
Semburat cahaya senja lembut menerpa wajah. Setelah Zela dan Narael menghabiskan eskrimnya mereka bergegas pulang kembali kerumah mereka menggunakan sepeda kuning milik Narael. "Byee Nael!" Seru Zela melambaikan tangannya saat ia melangkah dihalaman rumahnya. Narael balas melambaikan tangan seraya meletakkan sepeda kuningnya dibagasi.
Zela memasuki pintu rumahnya, juga Narael. Rumah mereka bersandingan, Dengan dua lantai. Zela membuka kulkas, meraih botol air dan meneguknya. Setelah itu berlari-lari kecil menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di atas. Ia harus bergegas membersihkan diri sebelum papa dan mamanya tiba, untuk makan malam.
Begitu juga Narael, meraih handuk dan langsung melompat ke kamar mandi.
Pukul tujuh malam Zela menjalani rutinitas keluarga yaitu 'makan malam bersama' mama dan papanya. "Bagaimana sekolahmu hari ini Zela?" Papa bertanya. Zela meneguk air putih lalu menjawab "baik pa." Papa mengangguk - topik yang selalu hadir saat makan malam mereka.
Usai makan malam, Zela menuju kamarnya dan berlari ke balkon. Meraih kaleng dengan tali yang melintang hingga balkon seberang. Ia juga meraih batu kecil lalu mengetuk batu itu pada pagar balkonnya sendiri tiga kali. Persis di ketukan terakhir pintu balkon seberang berderit, menampakkan Narael dengan kucing putih di pelukannya.
Narael melangkah menuju pojok balkon lalu meraih kaleng miliknya yang tersambung pada kaleng milik Zela, ia berbicara. Tersenyum. Zela menempelkan kalengnya di telinga, tertawa. Setelah lima menit bercakap cakap melewati kaleng. Suara ketukan menghentikan pergerakan Zela, Zela menoleh memberikan isyarat kepada Narael untuk menunggu.
Narael mengangguk.
Zela memasuki kamarnya, lalu menghampiri pintu kamarnya yang tertutup, lantas membukanya. Bi Ijah-asisten rumah tangganya. Datang membawakan satu botol jus buah mangga dan satu batang coklat, Zela menerima coklat dan jus buah itu dari BI Ijah. Zela berterima kasih kepada bi Ijah lantas menatap kepergian bi Ijah yang menuruni anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
قصص عامةKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...