Hujan bisa datang disaat waktunya, tapi air mata bisa datang kapan saja. Menangis boleh, tapi jangan sampai berlarut. Dia juga butuh tempat untuk pulang, meskipun itu bukan kepada kita.
.
.
○●○●○●○●○●
Mansion, 13.02
Hari ini Fara sedikit tersenyum senang karena Mahesa mau membantu nya memberikan meja makan, walaupun ada imbalannya buat beliin bakso depan komplek. Tapi gapapa, asal dapur bersih Fara siap lakuin apa aja.
Sambil berdendang, Fara merapikan kompornya dan mengusap setiap bagian-bagian yang sekiranya kotor. Tangannya memegang kain lap yang sedikit basah, dan tangan yang satunya memegangi ponselnya untuk menghubungi Kaizo.
"Kak, mbak Nara kok jarang banget ya bisa dihubungi? Sosmednya aja sampe karaten loh gara-gara gak dibuka. " Mahesa berceletuk sambil mengelap meja makan.
Fara hanya melirik sekilas, dia masih ingat bahwa Mahesa belum tau pasal Nara yang kecelakaan sudah beberapa bulan yang lalu.
"Mungkin aja kehapus, dia kan emang jarang on sosmed. " Jawab Fara yang emang ada benarnya.
Diya datang sambil berdehem tangannya memegangi lehernya yang terasa gatal, lebih tepatnya pura-pura. "Ehem, Hes nanti ikut kakak ya ke dokter. " Diya mengalihkan pembicaraan.
"Ngapain kak? " Tanya Mahesa polos.
Diya memutar badannya untuk menghadap Mahesa. "Mau mukbang, ya mau periksa lah Mahesa. " Kebangetan nih orang, ke rumah sakit mau ngapain? Ya ngelukis lah.
"Ohhhhhhh, kirain mau ngapain. Emang kapan kak? Soalnya nanti sore Hesa mau mantai. " Jelasnya, seperti dia sudah dibooking seseorang.
"Bareng siapa? " Diya mode posesif, emang adiknya itu punya pacar ya? Kok sekarang modis banget penampilannya.
"Aelah posesif amat lu Di, biarin napa orang anak muda lagi. " Sambar Fara sebelum Diya semakin mengomel.
"Sama Salsa kak, tenang aja. Orangnya heboh mulu gara-gara liat Hesa habis fotoin kak Fara dipantai bulan lalu. " Penjelasan Mahesa membuat Diya menghela nafas lega.
"Gwa gitu loh, siapa sih yang nggak iri. " Fara bermaksud sombong dengan mengibaskan rambut nya kebelakang.
"Idih? Keren lu begitu? " Ucap Diya menatap Fara heran.
"Halah taik kak, emang lu gak ada kerjaan lain napa? " Dengan perasaan muak Mahesa bertanya.
Fara hanya menggeleng, kesempatan emas untuk Mahesa. "Bantuin gwa ngejain tugas dong kak, kan lu nganggur. " Mata Mahesa berbinar sambil menatap Fara polos.
"Anjirrr? Imut lu begitu? " Skak, Fara nih bos. Diya menyentuh pundak Fara. "Far mending lu bantuin deh, gwa mau kerumah sakit bentar. " Pinta nya.
"Mau ngapain lu? " Sempat-sempatnya Fara bertanya.
Diya tak sempat menjawab karena dilanda buru-buru, langsung saja dia meraih kunci motornya dan melenggang pergi sambil membawa helmnya.
Saat didepan pintu, dia berpapasan dengan Fia. Fia ikut menoleh karena bingung, sebenarnya apa yang terjadi saat ini?
Dengan langkah bingung nya Fia berjalan mendekati Mahesa dan Fara yang juga menatapnya. "Itu kak Diya mau ngapain kak? " Tangannya menggaruk leher belakangnya.
"Mana gwa tau babi, jelas jelas lu liat gwa disini bareng lu. " Omel Fara dengan wajah kesal. Mahesa terkejut langsung memegangi dadanya. "Anjing, bawa bawa babi bego. " Umpat nya membuat Fia menatap Mahesa datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR OF ZERO [ Star-Zero ]
FanficUp tiap sabtu! ○●○ "Diyana Karina Permata, sesuai nama lu Permata, lu akan selalu menyinari hidup gwa dimanapun. " Dion menatap manik coklat Diya. "Maafin gwa, tapi Permata lu ini harus pergi. " Diya tertunduk lesu. Dion segera mendekat dan memelu...