"Sudah sampai. Kamu bisa turun."
Alih-alih turun, wanita yang duduk di sebelah pria yang nyaris berkepala tiga itu mematung di sebelah kursi kemudi. Tangannya mengepal, mulutnya mengatup, rasa gugup menyerangnya dari sesuatu yang ingin dia sampaikan.
"Ada apa?" Pria itu kembali bersuara karena wanita di sebelahnya hanya merespons dengan geming.
"Saya suka Bapak." Pada akhirnya tiga kata yang menjadi beban untuk diucapkan keluar juga. Namun, mungkinkah tiga kata itu menyentuh pria kutub ini?
"Kamu mahasiswa saya yang pintar. Belajar saja yang benar."
Tidak. Bukan itu jawaban yang ingin didengar.
Tidak puas dengan jawaban yang diberikan, wanita itu kembali menyuarakan tiga kata yang sama. "Saya suka Bapak.
Hembusan napas panjang terhela dari mulut pria itu. Pria yang tidak pernah ingin berada dalam situasi ini. Pria yang hatinya tertutup kaku, pada akhirnya merasakan rasanya jatuh cinta, tapi bukan pada seseorang di sebelahnya.
"Maaf, tapi saya sudah menyukai orang lain."
Sesak? Jangan tanya. Rasanya jutaan batu seperti menghantam dada wanita itu. Harusnya dia biasa saja karena dia sudah menduga respons itu dari awal. Nyatanya sesak masih dia rasakan.
Siapa orang lain itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Punya Rasa
Teen FictionCinta tak kenal tempat. Cinta tak kenal ruang. Cinta tak kenal di mana. Selayaknya Lia Almara yang menyukai seseorang dalam lingkup kampusnya. Tapi ini bukan kisah sepasang mahasiswa, ini kisah asmara mahasiswa dan Dosen. Devanda Abigar Wijaya-pria...