Aku menyerah...

160 10 0
                                    

Ini cerita kedua Au yang tokoh utamanya Male Lead.
Semoga suka ya.

.

.

.

Selamat membaca...

.

.

.

.

Hari perayaan atau hari kematian...

Terlihat dari layar besar yang berada di tengah tengah podium. Di awal cerita, layar itu menayangkan perjalanan, pencapaian dan keberhasilan dari keluarga "Fredric" salah satu keluarga terkaya dan tersukses saat ini. 

Tak berselang lama, dalam sekejap. Layar itu berubah, dan menayangkan siluet seseorang dalam kegelapan. Terlihat dari siluetnya, jika itu adalah seorang anak laki laki. Karna terbantu oleh cahaya bulan. 

Terlihat kedua mata berwarna coklat terang, yang mencolok dari anak itu. Setelah lama dalam kegelapan dan keheningan. Satu persatu lampu di kamar itu menyala dan menerangi kamar tersebut.

Dan terlihat dengan jelas rupa dari anak laki laki itu yang tengah menatap ke arah layar, yang tak di ketahui asalnya. Yang jelas, saat ini mereka semua yang menonton bisa menyaksikan semuanya dengan jelas dari layar besar itu. 

Mereka semua tau siapa anak laki laki itu. Karena, seharusnya anak laki laki itu juga ada dalam acara ini. Tapi, entah karena apa? Anak yang di beritakan sebagai anak yang suka berbuat onar dan terkenal bodoh itu, tidak hadir di acara yang keluarnya selenggarakan.

Ya! Anak itu juga masih bagian dari keluarga "Fredric". Lebih tepatnya bungsu 'asli' keluarga itu, sebelum salah satu dari mereka mengadopsi seorang anak. Dan menggeserkan posisi anak laki laki itu. Membuat keberadaannya tak terlihat dan kehadirannya juga tak di harapkan oleh keluarganya.

Anak laki laki itu menatap ke arah layar. Dengan ekspresi ceria, seperti yang biasa ia tunjukkan. Lalu, tak berselang lama ekspresi di wajahnya itu berubah menjadi sedih. Terlihat sekali dari sorot mata anak itu, kekosongan dan kehampaan disana. Ia terlihat kecewa dan putus asa.

"Pa, ma, dan semuanya, selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kalian."

Ucap anak laki laki itu, tersenyum sedih ke arah mereka semua. Ia menjeda ucapannya, sembari mengatur deru nafasnya yang memburu dan menahan tangis yang sudah akan tumpah sedari tadi.

Ia senang sekaligus sedih. Senang melihat keluarganya bahagia. Dan sedih, setelah ia sadar. Jika kebahagiaan keluarganya, dengan tidak adanya ia bersama mereka. Setelah menyaksikan semua kebahagiaan mereka dari balik layar laptopnya. Ia tersadar dan menerima serta menyerah dengan semuanya. 

Ia hanya sendiri di dunia ini. Ia tak punya tempat untuk pulang dan bercerita. Oma nya sudah lama tiada, meninggalkan dirinya seorang diri. Setelah mengorbankan diri pada kecelakaan yang menimpanya dan sang oma.

Tidak ada yang mau dekat dengannya. Ia tak punya siapa siapa. Ia tak punya teman atau pun sahabat. Karna ia terlalu sibuk mengejar perhatiaan para abangnya. Dan sibuk mengemis kasih sayang keluarganya.

Setelah puas meratapi, mengasihani dan menertawakan hidupnya. Anak laki laki itu kembali bersuara. Ia tatap wajah wajah dari keluarganya, yang tidak menampilkan ekspresi apapun, selain diam dan tenang.

Sekali lagi ia tersenyum miris pada hidupnya.

"Apa sih yang gue harapin. Gak mungkin mereka akan sedih ngeliat tindakan gue. Setelah ini, gue gak akan ngerasa sakit hati lagi, dengan perbuatan mereka. Mereka juga pasti akan senang dengan kepergian gue. Apalagi, anak kesayangan mereka itu." batin anak itu

"Ken juga mau minta maaf, karna selalu nyusahin kalian dan buat kalian malu. Untuk opa, Ken minta maaaf banget. Karna nyelamatin Ken, oma harus tiada. Andai bisa, Ken ingin agar Ken aja yang pergi bukan oma. Bukannya Ken gak berterima kasih dengan pengorbanan oma. Tapi jika balasan yang Ken dapat, dari pengorbanan oma. Adalah dengan di benci oleh kalian semua, Ken lebih milih mati aja. Biarkan Ken yang pergi, mana tau kalian akan menangisi kepergian Ken. Atau mungkin kalian akan senang dan biasa aja ya, liat Ken mati, hehehe."

Ucap nya terkekeh, lalu tersenyum menatap langit penuh bintang. Ia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Itu sangat menenangkan.

"Tapi sayang, sepertinya Tuhan pun lebih menyayangi oma dari pada Ken. Buktinya, oma yang dipanggil olehnya, bukan Ken. Untuk itu, jika Tuhan tidak ingin menjemput Ken. Maka, biarkan Ken yang menghampirinya." 

Ucapnya tersenyum manis menatap bintang dan memperlihatkan sebagian wajahnya. Karna ia dalam posisi menyamping.

"Ken minta maaf, karna gak bisa menghidupkan oma lagi. Semuanya, Ken ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya untuk kalian. Karna telah sudi menampung anak pembunuh dan pembawa sial ini. Dan maaf juga untuk semua keributan yang sudah Ken perbuatan, yang memuat kalian malu."

Anak laki laki itu tersenyum ke arah kamera. Senyuman tulus dan terlihat seperti senyumannya dulu.

"Dan sebentar lagi-

"Kematian yang kalian inginkan dariku, akan segera terwujud. Setelah ini, Ken harap.. kalian semua akan senang dan hidup bahagia. Tanpa kehadiran pembunuh dan pembawa sial seperti Ken. A-ku.. Kenzo Emilian Fredric, menyerah malam ini."

Ucapnya tersenyum dengan kedua mata tertutup dan kedua tangan terbentang ke arah samping tubuhnya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke bawah, dari balkon kamarnya. Yang dimana terdapat sebuah kolam renang yang tidak terlalu dalam untuk orang dewasa. Pengecualian untuk Kenzo.

Dan selain itu, Kenzo juga memasangkan pemberat pada salah satu kakinya. Yang membuat, gaya gravitasi yang dihasilkan lebih besar. Dan itu  membuat tubuh Kenzo jatuh lebih cepat dari yang seharusnya. Dan karna pemberat itu juga, tubuh Kenzo tertahan di dalam kolam renang. 

Saat tubuhnya masuk ke dalam air. Disusul suara keras, akibat dari jatuhnya tubuh Kenzo.

Bam!

Para tamu undangan yang menyaksikan kejadian itu dan mendengar suara keras setelahnya menjadi heboh dan histeris.

"Kenapa kalian hanya diam saja bodoh! Cepat selamatkan cucuku, Ken!

Mereka semua para anggota keluarga, berlari menuju kolam renang. Tidak hanya satu, melainkan semua anggota keluarga berjenis laki laki, bahkan sang opa yang sudah tak muda lagi pun ikut masuk ke dalam air. Tanpa melepas pakaian atau mengeluarkan barang barang berharga mereka.

Cukup sulit mereka membawa tubuh Kenzo dari dalam kolam menuju ke permukaan. Karna pemberat yang terpasang di kaki Kenzo cukup kuat. Dengan sekuat tenaga, mereka mengerahkan kekuatan untuk membawa tubuh Kenzo. Tak lupa juga mereka menyuruh sebagian pengawal untuk ikut membantu.

Sang papa juga tak henti hentinya memberikan bantuan, berupa nafas buatan pada Kenzo. Tapi, tak ada respon apapun dari putranya itu. Dan itu membuatnya semakin khawatir.

"Papa mohon Ken. Tolong bertahanlah. Papa janji akan berubah. Jangan tinggalin papa. Papa mohon Ken. Jagoan papa, kamu kuat. Jadi, bertahanlah nak. Tolong beri papa kesempatan Ken."

"Cepat lepaskan pemberatnya saja!"

"Sedikit lagi tu-

Cklek

"Tuan sudah terlepas-

Belum sempat pengawal itu menyelesaikan kalimatnya. Seluruh anggota keluarga Fredric sudah bergegas menuju permukaan.

Tanpa membuang waktu lagi, mereka segera membawa tubuh Kenzo menuju rumah sakit. 

.

.

.

N.p

Moon

Minggu, 13 Oktober 2024

Kenzo Emilian Fredric Or Kenzi Emilio FergusonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang