Di sebuah desa kecil hiduplah seorang siswi bernama yuna. Sejak kecil, Yuna bermimpi untuk menjadi seorang dokter. Setiap kali melihat dokter matanya menatap penuh harap. Namun, impian itu terasa semakin jauh, terutama karena keadaan ekonomi keluarganya yang sederhana. Ayahnya seorang petani, dan ibunya seorang penjual kue, untuk hidup pun kadang harus berhemat.Suatu sore, yuna pulang dari sekolah dan menemukan ibunya duduk di dapur, memasak makanan .
“Bu, aku ingin jadi dokter,” kata yuna dengan penuh semangat. Ibunya tersenyum, meski ada kerut di dahi. “Itu cita-cita yang bagus, yun. Tapi biaya pendidikan dokter sangat mahal kita ga mampu..” jawab ibunya lembut.
“Aku akan berusaha, Bu! Aku akan belajar keras” balas Yuna, berusaha menyembunyikan kecemasan di hatinya takut ia akan gagal.
Hari-hari berlalu, dan yuna bertekad untuk mewujudkan impiannya.Suatu hari, ia mendengar tentang beasiswa yang ditawarkan oleh universitas terkemuka di kota.
“Bu, ada beasiswa untuk siswa berprestasi! Aku harus mendaftar,” ungkapnya saat sarapan. Ibunya menatapnya dengan penuh harapan. “Kalau kamu bisa mendapatkan nilai terbaik, itu bisa menjadi langkah awal,” kata ibunya. “Aku akan berjuang, Bu. Ini untuk kita,” jawab Yuna dengan semangat yang membara.
Untuk mendaftar, yuna harus mendapatkan nilai terbaik di ujian akhir dan menulis esai tentang cita-citanya. Yuna pun belajar lebih keras. Setiap malam, ia belajar hingga larut, meski harus mengorbankan waktu bermain bersama teman-temannya. Suatu ketika, saat ia membantu ibunya berjualan, yuna melihat ibunya tampak lelah. “Bu, istirahatlah. Aku bisa melakukannya sendiri” kata yuna. Ibunya tersenyum.
“Kamu adalah cahaya harapan kami, yuna. Teruslah berusaha.”
Ketika ujian akhir tiba, yuna merasa gugup. Ia teringat kata-kata ibunya dan berusaha menenangkan diri.
“Bu, aku akan melakukan yang terbaik,Yuna janji.” ujarnya sebelum pergi ke sekolah.
“ibu percaya padamu, Nak. Jangan pernah menyerah” jawab ibunya, matanya berbinar dengan penuh keyakinan.Hari pengumuman hasil ujian pun tiba. Yuna menunggu dengan berdebar, dan saat namanya dipanggil sebagai salah satu peraih nilai tertinggi, air matanya menetes. “Alhamdulillah ya Allah aku berhasil! ” serunya dalam hati. Ia berlari pulang dan segera menemui ibunya. “Bu, aku dapat nilai terbaik! Ibuu Yuna berhasil Bu!!” yuna melompat kegirangan. Ibunya memeluknya erat, air mata bahagia mengalir di pipinya. “Aku sangat bangga padamu, yuna! Ini adalah langkah awal menuju impianmu.”
Sekarang, ia tinggal menyelesaikan esai untuk pendaftaran beasiswa. Yuna duduk di meja belajarnya dengan semangat yang baru. Ia menulis dengan sepenuh hati tentang impiannya untuk menjadi dokter dan bagaimana ia ingin membantu orang-orang di desanya.
“Aku ingin memberi mereka harapan,aku ingin mereka bahagia” tulisnya, teringat wajah-wajah orang yang selalu mendukungnya.
Beberapa minggu kemudian, Yuna menerima surat dari universitas. Dengan gemetar, ia membukanya.
“Selamat! Anda diterima untuk mendapatkan beasiswa penuh” tulis surat itu. Yuna tidak dapat menahan tangis bahagianya.“Bu! Lihat ini!” serunya sambil berlari ke dapur. Ibunya segera menghampiri, dan ketika membaca surat itu, mereka berpelukan, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
“ Alhamdulillah nak ,ini adalah buah dari kerja kerasmu. Aku selalu percaya padamu” bisik ibunya, suaranya bergetar.
Dengan beasiswa di tangan, yuna melanjutkan pendidikannya di kota. Saat menyiapkan barang-barangnya, sahabatnya, elia, berkata,
“yuna, aku akan merindukanmu! Tapi ingat, kamu harus kembali dan membantu desa kita.”
“Aku pasti kembali, el. Ini hanya awal” jawab yuna, bertekad untuk tidak melupakan akar yang membesarkannya.Tahun demi tahun berlalu, dan akhirnya, Yuna berhasil menyelesaikan studi kedokterannya. Saat ia dilantik sebagai dokter muda, hatinya dipenuhi rasa syukur. Ia kembali ke desanya, membuka praktik kecil di sana, memberikan layanan kesehatan kepada mereka yang membutuhkan.
“Dokter yuna, terima kasih telah datang!” ucap seorang ibu yang membawa anaknya.
“Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu,” jawab Yuna dengan senyum hangat, teringat setiap tetes keringat yang telah ia curahkan untuk mencapai titik ini.
Suatu malam, saat Yuna pulang setelah seharian bekerja, ia melihat ibunya duduk di teras, menatap bintang-bintang.“Bu, terima kasih telah mendukungku sepanjang jalan. Aku tidak akan pernah melupakan pengorbananmu” kata yuna, duduk di samping ibunya. Ibunya merangkulnya.
“Kamu adalah cahaya harapan kami, yun. Mimpimu adalah mimpi kami juga” jawabnya, suaranya lembut tetapi penuh kekuatan.Cahaya di ujung jalan impian yuna kini bukan hanya harapan, tetapi juga kenyataan yang terwujud karena kerja keras, ketekunan, dan cinta yang tulus kepada keluarganya.
Ia menyadari bahwa setiap langkahnya, setiap tetes keringat, dan setiap doa ibunya adalah bagian dari perjalanan ini. Yuna bertekad untuk terus berjuang, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cahaya di tengah jalan
Short Storycerita pendek tentang seorang anak yang berjuan mati-matian untuk bisa masuk ke universitas impiannya dan menjadi seorang dokter seperti impiannya. happy reading 🤓