The Beginning of Intertwined Fates
Bumi, Kerajaan Valandra, Pegunungan Valtara
Di tengah keheningan Pegunungan Valtara, berdiri megahnya Kerajaan Valandra, dikelilingi oleh lembah hijau yang damai. Namun, malam ini, langit tampak berubah menjadi pekat, gelombang badai menerpa tanpa ampun, membawa kegelapan yang misterius. Di balik jendela istana megah, Putri Alexandra Caroline Felberta, yang lebih dikenal sebagai Alexa, menyaksikan pemandangan yang mengerikan dengan hati penuh kekhawatiran.
"Ayah! Mengapa tiba-tiba langit menjadi gelap dan badai muncul seperti ini?" Alexa memandang Ayahnya, Raja Edmund Alistair Darius, dengan rasa cemas.
Raja Edmund berdiri kokoh meskipun wajahnya memancarkan kegelisahan. "Ayah pun tak tahu, Alexa. Ini bukan badai biasa. Sesuatu yang lebih besar terjadi. Namun sekarang, kita harus fokus menyelamatkan rakyat kita. Aku dan ibumu akan menuju bagian selatan dan timur. Kamu ke utara, pastikan semua aman di sana."
"Tapi, Ayah..."
Raja Edmund menggeleng, suaranya tegas, "Tidak ada waktu untuk ragu, Alexa. Lakukan tugasmu."
Dengan hati yang berat, Alexa mengangguk, "Baik, Ayah."
Saat tiba di bagian utara kerajaan, pemandangan di depannya benar-benar kacau. Rumah-rumah telah hancur, dan angin yang mengamuk menyapu apa pun di jalurnya. Para prajurit berjuang keras untuk membawa rakyat ke tempat aman, namun badai terlalu kuat. Di tengah kekacauan, Alexa merasakan beban tanggung jawab yang begitu besar menghimpit dadanya.
"Aku harus melakukan sesuatu..." pikirnya. Dia menutup matanya, berusaha memusatkan kekuatan dalam dirinya. Mantra-mantra mulai keluar dari bibirnya, namun usahanya berulang kali gagal. Hingga pada upaya ketiga, Alexa merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang kuat dan tak terkendali membuncah dari dalam dirinya. Sebuah perisai energi perlahan menyelimuti kerajaan, menahan badai dengan kekuatan yang luar biasa. Tanpa disadari dampak dari kekuatan yang dikeluarkan oleh Alexa membuat penghalang yang menjaga artefak kuno dari ancaman external melemah.
Badai mereda, namun kegelapan tetap bertahan, menandakan bahwa ancaman belum sepenuhnya berlalu.
Di ruang pertemuan istana, Raja Edmund tertegun. "Siapa yang menciptakan pelindung ini?" tanyanya pada para petinggi dan prajurit yang hadir.
Tak ada yang menjawab. Hingga akhirnya, Alexa mengangkat suaranya dengan gugup, "Aku, Ayah."
Semua orang, termasuk sang raja dan ratu, terkejut. Raja Edmund menatap putrinya dengan kebingungan. "Bagaimana mungkin, Alexa? Itu adalah sihir yang sangat sulit, bahkan para leluhur kita tak mampu melakukannya. Bagaimana kau bisa?"
Alexa menunduk, "Aku... aku tidak tahu. Ada kekuatan dalam diriku, Ayah, kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya."
Raja Edmund segera membubarkan pertemuan, hanya menyisakan dirinya, Ratu Celestria, dan Alexa di ruangan itu.
"Alexa, apa yang terjadi? Ceritakan lebih jelas," desak sang raja.
Dengan hati-hati, Alexa menjelaskan semuanya. "Saat melihat begitu banyak rakyat yang terancam, aku merasa putus asa. Aku mencoba mantra pelindung, tapi gagal. Namun, di percobaan terakhir, tiba-tiba ada sesuatu dari dalam diriku yang keluar, sesuatu yang sangat kuat. Aku berhasil menciptakan pelindung itu, tapi aku tak tahu bagaimana caranya."
Raja dan Ratu saling berpandangan. Sihir sekuat itu di Valandra? Di Bumi, tempat sihir biasanya lemah?
"Pergilah ke kamarmu sekarang," perintah Ayahnya, nada suaranya serius.
Setibanya di kamarnya, Alexa mencari jawaban. Dia membongkar buku-buku kuno yang tersimpan rapat, hingga akhirnya menemukan sebuah buku tua dengan judul Woven Fates. Saat membaca halaman-halamannya, matanya melebar. Ternyata kekuatan yang ia rasakan adalah bagian dari sihir kuno yang terlupakan, sihir yang bisa menjadi anugerah sekaligus kutukan. Alexa menyembunyikan buku itu dengan cepat, menyadari bahwa takdirnya baru saja terungkap. Namun, saat dia menyimpan buku itu, sebuah cahaya samar muncul dari halaman yang terbuka, seolah-olah memanggilnya untuk kembali dan meneliti lebih dalam.
---
Ethelia, Kerajaan Lysandria, Kastil Agung
Sementara itu di dunia yang berbeda, tepatnya di dunia Ethelia, terdapat kerajaan sihir terbesar yaitu kerajaan Lysandria, dimana tempat para penyihir hebat berada, salah satunya Pangeran Alexander.
Di dalam Kastil Agung Lysandria, Pangeran Alexander berdiri di balkon, memandang hamparan luas hutan Sylvanor yang berangsur-angsur diselimuti kabut tebal. Ada sesuatu yang aneh. Kabut ini terasa lebih berat, lebih gelap dari biasanya. Suara angin yang berdesir melewati pepohonan terasa seperti bisikan samar yang mencoba memperingatkannya akan sesuatu.
Alexander mengerutkan alisnya, perasaan tak nyaman menyelimuti hatinya. "Ada yang salah," gumamnya pelan. Sejak beberapa hari terakhir, perasaan ini semakin kuat, seolah-olah dunia sedang bersiap menghadapi sesuatu yang besar, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Saat itu, seorang prajurit memasuki balkon dan memberi hormat. "Pangeran, Dewan Kerajaan sudah berkumpul di ruang pertemuan. Mereka menunggumu."
Alexander menoleh dan mengangguk singkat. "Baik, aku akan segera ke sana."
Sebelum meninggalkan balkon, matanya kembali menatap jauh ke arah hutan Sylvanor yang tampak semakin pekat. Sebuah firasat buruk menyusup ke dalam pikirannya. Apa pun yang sedang terjadi, dia tahu takdirnya akan segera terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kerajaannya sendiri.
Saat Alexander memasuki ruang pertemuan, Dewan Kerajaan dan Raja Lysander telah berkumpul. Di antara mereka, seorang pria berdiri sedikit terpisah dari yang lain, dengan pakaian khas ksatria yang menandakan statusnya. Dia adalah Maximus, teman dekat Alexander sekaligus salah satu ksatria paling terampil di Lysandria. Maximus terkenal dengan keberanian dan loyalitasnya, selalu berada di sisi Alexander dalam setiap misi berbahaya.
"Yang Mulia," Maximus memberi hormat saat Alexander memasuki ruangan, suaranya tegas dan dalam. Dia adalah sosok yang tenang namun penuh karisma, dengan rambut hitam pekat yang selalu tertata rapi dan mata biru yang tajam, memancarkan kewaspadaan yang tinggi.
Alexander mengangguk padanya sebelum duduk di kursinya di depan Dewan Kerajaan. Raja Lysander, ayahnya, memulai pembicaraan. "Kabut ini semakin tebal, dan cuaca berubah dengan cepat. Para ahli sihir kita sudah memeriksa, tapi belum menemukan apa pun yang bisa menjelaskan fenomena ini," ucap sang raja dengan nada penuh kekhawatiran.
Salah satu anggota Dewan, Lord Alaric, yang dikenal sebagai penasihat utama, berdiri dan berkata, "Yang Mulia, hamba khawatir ini bukan hanya kabut biasa. Ada kekuatan sihir gelap yang mulai muncul dari hutan Sylvanor, dan itu semakin mengancam keselamatan rakyat kita. Jika kita tidak segera bertindak, kita mungkin kehilangan kendali atas wilayah utara."
Maximus, yang berdiri di sisi Alexander, mengangguk setuju. "Aku juga merasakan sesuatu yang berbeda, Alexander. Ini bukan hanya perubahan cuaca. Sesuatu yang jahat sedang merayap dari bayang-bayang. Kita harus segera mengirim pasukan untuk menyelidiki, atau lebih buruk lagi, bersiap untuk menghadapi serangan."
Alexander terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Maximus. Firasat buruk yang ia rasakan semakin jelas. "Kita akan segera mengirim regu penyelidik ke hutan Sylvanor untuk mencari tahu apa yang terjadi," putus Alexander akhirnya. "Maximus, kau akan memimpin misi ini bersama dengan beberapa penyihir dari Dewan Sihir. Kita perlu informasi yang pasti sebelum memutuskan tindakan berikutnya."
Maximus menundukkan kepala, menerima perintah tersebut dengan serius. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Pangeran."
Rapat berlanjut dengan pembahasan lebih rinci tentang persiapan yang perlu dilakukan, termasuk melindungi wilayah kerajaan yang rentan terhadap ancaman kabut gelap. Namun di balik diskusi serius itu, Alexander tahu bahwa ancaman ini lebih dari sekadar kabut. Sesuatu yang jauh lebih besar sedang mendekat, dan ia harus bersiap menghadapi takdir yang akan mengubah hidupnya selamanya.
End
Have fun🩷Salam hangat
-nata☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Woven Fates: A Tale of Magic and Love
FantastikDi tengah ancaman kegelapan yang menyelimuti dua kerajaan, putri muda Alexandra menemukan kekuatan sihir yang luar biasa dalam dirinya. Namun, kekuatan itu adalah pedang bermata dua-harapan bagi kerajaan atau awal kehancurannya. Bersama-sama dengan...