Unit 21 C

22.5K 57 0
                                    








"Shilla!"

Arghhh

Aku menggerutu dalam hati, baru saja aku pulang selepas seharian sekolah. Seluruh tubuhku penat sebab aktifitas yang mulai membengkak menjelang akhir tahun kelulusan. Ibu memanggil ku sudah pasti untuk mengantarkan makanan ke unit apartemen Om Rey-adik tiri ibu ku.

Aku berdua bersama ibu ku tinggal disebuah apartemen kota Surabaya. Sudah sepuluh tahun lamanya bangunan tinggi kita huni. Tak banyak yang berubah, semenjak kematian Ayah, kita memutuskan pindah melanjutkan kehidupan yang berlangsung. Lalu dua bulan yang lalu Om Rey yang menetap di Jakarta, pindah ke Apartemen yang sama kita diami namun beda unit dikarenakan alasan pekerjaan. Itu yang ku tahu dari Ibu.

Berusaha mengangkat tubuh yang lelah ini dengan gontai dan menyeret langkah malas. Rambut yang terurai ku gulung cepol tinggi menjadi satu, baju seragam sekolah yang masih melekat di tubuhku tercium bau keringat dan matahari berbaur satu. Hanya kancing pada kerahnya yang ku buka.

Kenapa tidak Om Rey saja yang kemari, aku bosan jika terus menghantar makanan yang ibu siapkan untuk dirinya. Dua bulan sudah aku mengantar makanan ke unit Om Rey, tapi tak pernah melihat batang hidungnya. Yang ku lakukan hanya meletakkan makanan yang Ibu siapkan lalu menekan bel unit nya berulang kali, lalu pergi.

Ibu menatapku kusut yang baru keluar kamar. "Tuh, kamu hantarkan ke Om Rey," Ujar ibu.

Aku menatap rantang kecil yang tersusun dan berisi lauk pauk di dalamnya. Itukan rantang milikku sewaktu sekolah dasar, lalu mengapa ibu memakai itu?. Aku meluncur ke rak piring dan mencari kotak makan seperti yang ibu gunakan biasanya, tapi tidak ada. Kemana perginya semua kotak makan itu?

"Kenapa ibu memakai rantang itu?" Tanya ku pada Ibu, bukan apa-apa tapi itu rantang kesayangan ku.

Ibu melihatku sebal, "salahmu yang mengantar makanan tapi hanya meletakkannya di depan pintu unit,"

"Memangnya kamu kira ibu tidak tahu," sambung ibu.

Tidak bisa mengelak dengan apa yang ibu katakan, memang benar itu adanya.

"Tugas kamu sekarang minta semua kotak makan itu pada Om Rey," titah Ibu mutlak.

Aku melenggang pergi membawa rantang makanan menuju tempat yang Ibu maksud. Unit Ibu dan unit Om Rey hanya terpaut empat lantai di atasnya.

Ting.

Saat pintu lift terbuka, aku menatap lorong sepi menuju unit Apartemen Om Rey. Kini di depan ku ada pintu unit 21 C yang berada paling ujung lorong. Dengan pelan ku tekan tombol bel, berharap si pemilik keluar dan menuntaskan tugas ini.

Aku bukanlah orang yang sabar, sudah beberapa kali menekan bel ini namun tidak ada tanda-tanda bahwa Om Rey di dalam. Lorong ini begitu sepi dan menggema, ingin ku tinggalkan saja rantang ini seperti yang sudah berlalu. Namun titah dari Ibu jadi alasan aku berdiri menunggu.

Derap langkah terdengar dari arah belakang ku, hanya unit Om Rey berada di ujung lorong ini, siapa yang berjalan ke arahku.

"Shilla?"

Suara itu,

Dengan pelan aku berbalik badan menghadap ke arah suara berat nan lembut menggema.

"S-siapa ya?" Aku gugup.

"Oh ternyata benar kamu, om dapat pesan dari Ibu mu menghantarkan makanan lagi. Maaf merepotkan," balasnya.

Aku terperangah melihat sosok di hadapan ku ini, lidahku mendadak kelu. Aku yakin wajahku saat ini seperti anak bodoh di depan laki-laki matang.

21+ Zone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang