"Kekacauan yang Teratur"

1 0 0
                                    

"Hoahhhmmm...."
"...."
"...."
"Uh? Hahhh?! Sial, sial, SIAL!!!"

Pemuda itu tersentak bangun, napasnya tersengal-sengal. Matanya menyapu sekeliling tenda seolah semuanya diselimuti debu. Dalam kekalutan, dia bahkan lupa mengambil mantelnya.

"Hah..hah... Tidak, kumohon..."
"Fuhhh... Syukurlah, simpulnya masih kuat."

Dia berkata sembari mengencangkan tali yang mengikat batang pohon tua yang rapuh. Wajahnya mulai tenang.

"Apa yang harus kulakukan hari ini? Hmm..."
"Mungkin saja tempat itu akan membawa lebih banyak keberuntungan. Sebaiknya aku segera bersiap..."

Whooshhhh...
"Brrr.... Pantas saja... Aku bertelanjang dada rupanya... Haha. Bodohnya aku!"

Dia merapatkan tubuhnya, menggigil karena udara pagi yang menusuk kulit. Sambil menggerutu, dia kembali ke tendanya. Sebelum melanjutkan, dia tak lupa memadamkan bara api yang mulai redup di tengah susunan batu-batu kasar yang berserakan.

Tampaknya kali ini pemuda itu tidak terlalu ceroboh...

Hahaha...

"Hei, kau diamlah!"
"Aku cuma lupa sedikit, bukan berarti aku hilang akal, dasar kau!"

Katanya menatap ke arah bayangan samar di benaknya, seolah menghardik suara yang tak bisa dia abaikan.

Ingin sekali aku mencucuk kepalamu yang keras itu, tapi... Ah sudahlah, cepat berkemas! Kita hampir kehabisan halaman ini, dan kau menyebalkan!

"Cerewet sekali, kau! Kalau tak sabar, kenapa tidak cari orang lain saja?!"

Dia menggerutu sambil meraih tasnya yang sudah robek di beberapa sisi, lalu mulai mengumpulkan barang-barangnya seadanya. Langkahnya berat, namun pikirannya terus berdebat dengan suara yang tak pernah diam.

***

"Mungkinkah kita akan berjumpa dengan rusa... atau kelinci?"

Bagaimana dengan kodok?

"Kau gila?! Berapa malam kita sudah makan kodok, huh?"

Yah, entahlah. Kau sendiri yang menyantapnya. Kenapa tidak sekali-sekali coba tangkap salmon?

"Apa itu salmon? Aku bahkan tidak tahu kita berada di mana. Dan kenapa juga aku harus terus berbicara denganmu?"

Lalu, apa rencanamu? Menggoda putri duyung? Kau saja kemarin berbicara dengan kera, dan dia melemparimu pisang! Bersyukurlah sedikit, jangan selalu mengeluh.

"Kau yang berceloteh tak henti-hentinya. Kalaupun ada putri duyung, sudah kugoreng duluan dan mungkin nanti akan kuajak bicara."

Dalam mimpimu! Ini hutan, bukan pulau kecil. Juga, berterima kasihlah padaku.

CKRAKK...

"Hahah!!!"
Dia berlari menuju arah suara...

"Kena kau! Ha! Hah?!!"

Apa yang kau dapatkan kali ini? Jangan-jangan... AYAM?!

"Bodoh! Seharusnya kau tahu itu tidak mungkin."

Apa? Aku sedang berusaha membuat cerita di sini, bukan menebak-nebak khayalanmu!

"Sudahlah, lupakan. Ini sudah terlalu konyol."

Ayolahhh, sedikit humor tidak ada salahnya, kan? Lagipula, siapa yang tiba-tiba berlari dan berharap apa yang akan terjadi selanjutnya? Mungkin kita akan terjebak di sini selamanya, berbicara dengan hewan-hewan liar dan bermimpi bertemu salmon atau putri duyung yang tersangkut di dahan pohon...

"Atau mungkin bertemu raja kodok yang mengajarkan seni memasak?"

"Bayangkan, 'Kodok a la Raja' serta pelayan kera yang setia. Di tengah hutan!"

Itu terdengar mengerikan! Tapi siapa tahu, mungkin itu satu-satunya cara untuk bertahan hidup di sini!

"Ya, dan jika kita beruntung, kita bisa menjadikan kera itu juru masakmu!"

Haha, pastinya kera itu lebih pandai darimu.

***

Bersambung ¿


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Memburu Mimpi, Disapa Angan."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang