CR. 4

57 11 0
                                    

'Mulai dari chapter ini, akan pakai lo gue, lo gua. Karena menurut aku susah banget pakek aku-kamu canggung gitu ngetik nya.

Soal nya  author punya mulut kasar ngomog sama teman😁😁🙏🙏.'

"Kalian pacaran ya?."tuding Rosè lamgsung cepat pada Jennie saat sahabatnya itu baru turun dari mobil nya di parkiran.

"Hah? Pacaran? Siapa?. Kamu masih pagi pertanyaanya kek orang mabuk."celetuk Jennie bingung mentap sahabat nya.

"Udah gak usah basa-basi, kalian pacaran kan?, kamu sama Jisoo. Jadian masak gak  bilang sama akau!."hardik Rosè kesal melipat tangan di dada dan menatap Jennie tajam.

"Santai bro santai. Kita gak pacaran."jawab Jennie.

"Bohong, bukti nya kalian selalu bareng, pas ada acara kumpul bareng kalian gak sering mengghilang berdua."kekeh Rosè ada pendirian nya.

"Kamu sama Rio juga sering bareng, di antar kemana-mana, di belanajain. Kamu juga pacaran sama Rio!."Jennie membalikan ucapan Rosè.

"Ya kita cuman temenan, gak lebih. Kan wajar aku kemana-mana sama Rio, di belanjain dan lain nya. Kamu juga gitu kan sama aku."jelas Rosè dengan penuh keyakinan.

"Hahhh, terserah dah. Tapi yang pasti aku gak pacaran sama Jisoo."jelas Jennie melangkah pergi sambil memijat kepala nya yang tiba-tiba terasa pusing.

"Eh Jen, tunggu!."pekik Rosè mengejar Jennie yang meninggalkan nya di parkiran.
.
.
.
.

"Kalau di lihat-lihat, lo kek nya ceria banget dah?."tanya Rio tiba-tiba di sela makan mereka di sebuah cafe.

"Bisa nya juga gua ceria kok orang nya."saut Jisoo bingung.

"Iya tau, tapi ini menurut gua ceria nya beda tau gak."ucap Rio curiga menatap Jisoo seksama.

"Biasa aja kok, perasaan lo kalik."Jisoo lanjut menyantap ayam goreng nya.

"Gak, gua yakik beda."kekeh Rio.

"Ya udah beda nya di mana?."tantang Jisoo menunjuk Rio dengan tulang ayam goreng nya.

"Iya, ceria nya kek terpuaskan gitu, lo akhir-akhir ini ngapain aja?."tuding Rio semakin curiga.

"Hahaha, ada-ada aja lo. Nggak, gua cuman coba-coba aja waktu itu. Dan tenyata sumpah seru banget."tawa Jisoo terbahak-bahak.

"Iya gua tau!, tapi lo ngelakuin apa!."pekik Rio kesal karena merasa Jisoo bicara nya berputar-putar.

"Hahahah, ada dehhh."tawa Jisoo sok main rahasia-rahasian.

"Dih, sok misterius lo!."Kesal Rio.

"Ajak gua kenapa Jis, gitu amat sama teman sendiri."cibir Rio membuat tawa Jisoo makin kencang. Untung mereka makan di outdoor cafe jadi gak menanggu orang lain.

"Hahahah, enak aja lo. Kapan-kapan gua kasih tau dah hal seru yang gua lakuin."tawa Jisoo.

"Serah lo dah!, kesel gua punya teman kek lo!."ucap Rio menyantap mie goreng nya dengan sedikit kasar, dan hanya di tanggapai kekehan dari Jisoo.
.
.
.
.
.

Malam ini Rosè bersama daddy mommy nya makan malam di sebuah restoran bintang lima, mereka pergi ke lantai tiga lantai bagi seluruh pelanggan VVIP.

"Sayang kamu sama Mommy masuk dulu ya, daddy angkat telfon sebentar."ucap Manson pada putri nya.

"Iya dad, jangan lama-lama, Rose sudah sangat laparr."ucap Rosè mempoutkan bibir nya gemes.

"Nggak lama sayang."bujuk Manson mengusap pucuk kepala Rosè dengan gemas.

"Ayo sayang."ajak Clare mommy Rosè.

Rosè mengangguk patuh dan mengikuti langkah kaki mommy nya.

"Eh!, Rosè?."panggil seseorang kaget, gadis itu segera menoleh ke sumber suara.

"Rio?, makan malam juga?."saut Rosè menyapa ceria.

"Iya, oh ya, mommy Clare kenalin ini Mommy dan Daddy Lisa. Dad mom, kenalin ini Mommy Clare mommy nya Rosè."Rio memperkenalkan orang tua nya dengan orang tua Rosè.

"Selamat malam nonya, saya Clare mommy nya Rosè, udah kenal dengan puri saya pasti"ucap mommy Clare ceria menjaabt tangan mommy Rio.

"Saya Chiptip, mommy nya Rio. Rosè sering kerumah bareng Jisoo sama Jennie. Salenang berkenalan dengan nyonya."saut mommy Chiptip dengan ramah.

"Saya Marco daddy nya Rio, salam kenal nyonya."sapa Marco sopan dengan membungkuk karena merasa tidak sopan untuk berjabat tangan.

"Senang berkenalan dengan anda tuan."ucap Clare ramah.

"Kok beluk masuk sayang?."tanya Manson saat melihat putri dan Istrinya malah diam di depan pintu ruang VVIP dia tidak melihat Rio dan orang tuanya.

"Oh, sayang.  Udah siap telfonan nya. Sini kenalan dulu sama orang tua Rio"ucap Clare.

"Oh!, saya Manson daddy nya Rosè."ucap Manson mengajar Marco salaman.

"Marco daddy nya Rio, dan istri saya Chiptip."Marco meperkenalkan istri nya.

"Salam kenal nyonya."sapa Manson hanya mengangguk seperti yang di lakukan Marco menyapa Clare tadi.

"Bagimana untuk merayakan perkenalan ini, ayo kita makan bersama?."saran Chiptip.

"Yah, ide bagus. Aku setuju. Menurut mu bagaimana sayang?."tanya Clare pada suami nya.

"Lebih baik begitu, bukan kah hal baik kalau kita saling mengenal lebih dalam sebgai orangtua anak-anak kita."ucap Manson setuju.

"Kalau begitu, mari masuk. Gabung dengan meja kami saja. Belum reservasi kan?."Marco memastikan.

"Hahaha, belum. Ya sudah kami  beegabung saja."angguk Manson setuju. Dia dan Marco daddy Rio masuk barengan sambil bercerita di ikutu Clare dan Chiptip.

"Mari Jeng masuk."ajak Chiptip pada Clare.

"Hahah, mari Jeng."taea Clare mengikuti langkah momy Rio.

Rio dan Rosè saling pandang satu sama lain, merasa aneh melihat kedua orang tua mereka sangat cepat akrap.

"Ayo, kita juga masuk."ajak Rio pada Rosè.

"Ah tentu, aku sudah sangat lapar."keluh Rosè mengusap perut nya.

"Kamu mah, laper terua bawaan nya."kekeh Rio menutup pintu ruangan mereka.

"Ya naman nya juga orang, wajar kan laper."gerutu Rosè.

"Tapi kamu beda, kamu tidap nafas aja langsung laper."jahil Rio terkekeh.

"Ya terserah akau dong, perut-perut aku kok."sewot Rosè membuat Rio semakin terkekeh.

"Rio, Rosè. Sini sayang. Keburu dingin makanan nya."ajak Chiptip pada keuda remaja itu.

"Iya mom."saut mereka serentak dan duduk saling berhadapan, begitu juga Chiptip dan Clare, juga Manson dan Marco.

Mereka berenam makan sambil bercerita, lebih tepat nya para orang tua yang bercerita dan sesekali Rio atau Rosè menyahuti nya.

Sudah seperti ajang jumpa keluarga perbesanan saja.

.
.
.
.

Bersambung...........

MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang