Sasha duduk manis menikmati teh yang telah dihidangkan.
Seperti biasa, keluarga besar Juna mengadakan pesta teh kecil-kecilan. Sasha sudah tentu memamerkan senyum manisnya sedari tadi. Apalagi melihat kehadiran Wulan, ibu dari Tama. Wanita paruh baya itu terkenal akan mulut tajamnya. Sampai Arin yang notabennya wanita anggun bak putri keraton saja menghindari Wulan. Secantik Arin saja masih dikritik oleh Wulan.
"Loh, Arin. Tumben datangnya telat. Nggak biasanya kamu telat, loh."
Wulan menutupi wajah dengan kipas. Nada suaranya kental sekali bernada sindiran. Sasha tidak menyukainya. Arin hanya telat beberapa waktu saja. Bahkan, jika Sasha menjadi Arin, ia akan berada di ranjang bersama Bima—bukan! Maksud Sasha, ia tidak akan datang. Lebih baik ngamar bersama Bima—eh!
"Maaf, Tante. Tadi Anton rewel karena habis bangun tidur. Jadinya lama." Jelas Arin dengan suara lembutnya.
Duh, mendengar suara Arin saja bagaikan oase di padang gurun. Bagainana bisa Wulan ini menyakiti Arin? Tidak ada yang boleh membuat Arin sakit hati!
"Aduuh, Anton. Udah gede kok masih rewel, sih. Kamu parentingnya ada yang salah pasti. Besok harus ke DSA yang bagus."
Arin hanya menunduk saja, tidak berani menjawab. Menatap sang anak di dalam gendongannya. Sementara Anton masih setia menyembunyikan wajah, takut dengan Wulan.
"Cantik banget bajunya, Mbak. Abis ngejahit dari langganan lagi, ya?" Puji Sasha. Jujur memang terusan yang dikenakan oleh Arin memang cantik.
Arin jarang mengenakan baju buatan perancang busana atau merk mahal. Justru lebih sering memesan secara pribadi di penjahit. Bahkan penjahit langganan Arin bukanlah penjahit terkenal, melainkan pemilik usaha kecil-kecilan. Arin memilih sendiri bahan yang akan ia kenakan.
"Iya, Sha. Aku pesen di langganan aku." Arin tersenyum begitu manis. Senang jika ada yang menghargai pakaiannya.
Sasha mengangguk, lalu tersenyum. "Anton, sini sama Tante. Biar Mami duduk dulu."
"Mamiii, Anton mau digendong Ayi Sasha."
Anton pun digendong oleh Sasha. Duh, gemas sekali. Kapan, ya? Sasha bisa menikahi Anton. Ia tak sabar menunggunya. Bocah kecil itu pasti akan tumbuh besar setampan aktor terkenal.
Wulan nampak tidak suka dengan tingkah laku Sasha. Biasanya, tidak ada yang berani melawannya. Menantu sang kakak ini harus diberi pelajaran.
Wulan berdehem agak keras. "Arin, bisa bawa Anton pergi sebentar? Tante mau bicara sama Sasha."
Arin menatap Sasha dengan tatapan khawatir. Namun Sasha membalasnya dengan senyun tipis. Seolah berkata bahwa ia tidak apa-apa serta tak keberatan jika ditinggal.
"Apa pekerjaan kamu sebelum jadi istrinya Juna?"
"Lonte, Tante."
Wulan membelalakkan mata. Tidak menyangka akan mendapatkan jawaban setidak sopan begini. Sasha menantangnya?
"Kamu ... kalau udah masuk keluarga ini, harus patuh sama peraturan. Tidak boleh berkata sembarangan." Ujar Wulan begitu geram.
"Jangan ngatur mulut saya, Tante." Jawab Sasha dengan santai. Tidak takut sama sekali.
"Berani kamu sama saya? Bisa aja saya adukan kamu kepada kakak saya." Ancam Wulan.
"Aduin aja, saya nggak takut." Sasha masih santai dalam menjawab.
Wulan bertambah geram. Ternyata Sasha bukan wanita baik, seperti yang diceritakan oleh Tari. Bodoh sekali Juna memungut wanita gembel sembarangan.
"Juna pasti kena guna-guna. Dia bisa dapat istri yang lebih baik lagi. Bisa-bisa hartanya habis dibawa kabur." Sindir Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Options
ChickLitAwalnya, Arjuna mengira bahwa rencana pernikahan kontrak adalah rencana yang brilian. Hingga rencana itu malah membuatnya berurusan dengan Alisha, wanita selicin belut dan selicik ular.