Ϲһα⍴tᥱr 46

2 1 0
                                    

Setelah mengetahui itu Edward meminta beberapa anak buahnya untuk menculik seluruh keluarga Hernandes. Satu persatu berhasil menyelinap ke kamar masing-masing keluarga Hernandes lalu membius mereka. Saat salah satu anak buah Edward ingin membius Velyn, Varez yang sadar langsung menarik istrinya dan menendang pria tersebut. "LARI VELYN SELAMATKAN ANAK-ANAK, " teriak Varez. Namun saat Velyn baru saja keluar, tiba-tiba dia di suntikan bius hingga pingsan. Varez yang melihatnya ingin menghampiri istrinya namun dia juga tiba-tiba di bius dari belakang. Semua anggota keluarga berhasil di culik dan di bawa kabur, dan berhasil kabur tanpa ada yang mengetahuinya. Mereka bisa masuk karena penjaga gerbang sudah di tukar dengan anak buah Edward yang menyamar jadi anak buah keluarga Hernandes.

Sementara di kantor polisi, Zyan langsung mendorong Emir hingga tersungkur di lantai. "Tuan Zyan, apa yang terjadi?" tanya salah satu polisi di sana. "LEPASKAN ADIKKU. DIA TIDAK BERSALAH, TAPI BEDEBAH INILAH YANG SUDAH MEMFITNAH ADIKKU, " ucap Zyan dengan lantang. Tak berselang lama beberapa polisi juga datang membawa dua kontainer dan memberitahukan bahwa Emir pelakunya. Polisi akhirnya mencabut tuduhan terhadap Dicto dan menyatakan Emir sebagai tersangka. Zyan lalu membawa adiknya untuk pulang bersama ke rumah. Singkat cerita, mereka sudah tiba di rumah. Karena penjaga yang lama membukakan gerbang, Candra turun untuk memeriksanya. Candra terkejut saat mendorong pintu tersebut karena tidak terkunci sama sekali. Candra lalu mendorong gerbang itu dan melihat tidak ada penjaga gerbang sama sekali. Candra kembali ke mobil dan memasukkan mobil ke dalam.

"Candra ada apa dengan mu?"

"Entahlah ayah, aku merasa ada yang tidak beres, "

"Emir akan di periksa besok dan kita akan mengetahui dengan siapa dia bekerja, " jawab Zyan. Mereka lalu masuk ke dalam rumah masing-masing untuk beristirahat.  Namun setibanya di dalam, Zyan dan Candra nampak kebingungan saat melihat kekacauan di dalam. "Cari adik-adikmu, " ucap Zyan. Mereka berdua memencar untuk mencari anggota keluarga di kamar. Satu persatu kamar Candra masuki namun dia tidak menemukan saudari-saudarinya berada.

"ESMES, KAMU DIMANA?" teriak Zyan yang mulai panik saat melihat kamarnya berantakan. "AYAH.. " panggil Candra panik.

"Dimana saudari mu?"

"Mereka tidak ada di kamar ayah, tapi di mana ibu?"

"Ibumu juga tidak ada di sini, "

Zyan dan Candra langsung berlari keluar untuk mengecek rumah Varez, sebelum masuk ke dalam rupanya Dicto sudah lebih dulu kesana dan keluar dengan perasaan cemas.

"Kak aku tidak menemukan istri dan anakku. Selain itu juga aku tidak menemukan kak Varez maupun yang lainnya, "

"Ada apa ini, "

Zyan yang kesal langsung membunyikan alarm untuk memanggil seluruh anak buahnya. Mereka yang mendengarkan itu langsung terkejut dan terbangun dari tidurnya. Namun sayangnya seluruh asrama anak buah Hernandes telah di kunci dan blokir menggunakan besi tebal hingga mereka tidak bisa keluar. Mereka sudah berusaha keras untuk mendobrak namun besi itu cukup tebal sampai-sampai tidak bisa di dobrak. Mereka juga menyadari bahwa jendela mereka juga ikut di blokir dengan besi. Dan di tancapkan sebuah besi lancip di bawa, jika mereka berhasil keluar maka mereka akan jatuh dan menusuk besi lancip itu.

Zyan kesal karena tidak ada anak buahnya bingung harus ngapain. Gohar tidak bisa di hubungi karena sedang berada di india untuk menjemput keponakannya. Dicto lalu teringat dengan ucapan Edward, di mana dia akan menyakiti keluarganya jika operasinya ketahuan di sini. Dicto lalu mengajak Candra dan juga Zyan untuk pergi ke markas Edward yang lumayan jauh. Sementara itu, keluarga Hernandes tersadar dari pingsan mereka. Varez sadar bahwa mereka sedang di kurung di sebuah kurungan besi yang cukup besar. "LEPASKAN KAMI, " teriak Varez. "SIAPA KALIAN?" Tak berselang lama Edward muncul sambil membawa Esmes yang di ikat dan tek sadarkan diri di kursi roda.

"IBUUU, " teriak anak-anak Esmes saat melihat ibu mereka terduduk di sebuah kursi roda dengan kedua tangan di ikat.

"Edward? APA YANG KAU MAU? LEPASKAN ADIKKU, " teriak Varez.

"Maafkan aku tuan Varez. Adik-adikmu sudah menggangu operasiku di sini, jadi aku terpaksa menculik kalian untuk memberi pelajaran pada adik-adik mu.

"Jadi... Jadi yang di katakan Dicto itu benar?" Batin Varez yang baru menyadari. Varez  yang kesal memegang dua sel besi itu untuk di bengkokkan, namun Edward mengancam jika berani mencoba untuk keluar dia akan membunuh Esmes. Mendengar itu, Velyn lalu menghentikan Varez agar tidak mencoba membengkokkan sel tersebut. "Zyan dan Candra pasti akan membebaskan kita, " ucap Velyn. Varez masih kesal namun demi keselamatan Esmes dia harus menahan diri dan mengontrol emosinya. Edward kemudian duduk di sebuah kursi khusus miliknya, sementara Esmes yang kini sudah sadar terikat di sebuah tiang dengan kaki yang di rantai.

Singkat cerita, Zyan, Dicto, dan Candra sudah tiba di markas mereka. Di sana Dicto menjelaskan semuanya tentang Edward dan apa kaitannya dengan hilangnya keluarga mereka. Mengetahui  itu, Zyan bersama yang lain menyusun rencana untuk bisa masuk dan menyelamatkan mereka. Dicto dan Candra mengendap-endap dari sisi lain untuk masuk dan menyelamatkan mereka. Sekilas Candra mengintip ke dalam untuk mengecek ada orang atau tidak. Karena merasa aman, Candra lalu perlahan membuka jendela tersebut dan diam-diam masuk. Namun saat berhasil masuk, tiba-tiba dua anak buah memukul kepala mereka dengan kayu hingga pingsan dan langsung di bawa kepada Edward. Melihat Candra dan Dicto tak sadarkan diri sedang di seret dan langsung di lemparkan ke dalam kurungan bersama yang lain.

"DICTO CANDRA, BUKA MATA KALIAN, " teriak Varez yang berusaha membangunkan mereka berdua.

"Tuan Zyan, aku tau kau di luar sedang menunggu isyarat dari adikmu bukan? Masuklah tuan, adik dan juga putra mu sudah berada di dalam, " ucap Edward dengan pengeras suara. "Sial, " umpat Zyan kesal sambil memukul kemudi stir. Dia kemudian keluar dari mobilnya dan pergi masuk ke dalam. Anak buah yang menjaga langsung menyerang Zyan, tapi sayangnya mereka kalah di tangan Zyan. Dengan perasaan kesal Zyan masuk dan langsung menodongkan pistol ke arah Edward.

"LEPASKAN KELUARGA KU, "

"What? Lepaskan? Hahaha tidak semudah itu Zyan. Kau harus membayar atas apa yang sudah kau dan adikmu lakukan atas operasi ku di sini, "

"Sejujurnya aku hanya menjadikan Dicto sebagai umpan. Setelah menjebaknya aku bisa dengan mudah untuk melanjutkan operasiku. Tapi rupanya setelah satu anak kucing berhasil ku kalahkan, muncul lagi kucing lainnya, "

"Kau tidak akan pernah berbuat onar di negeriku, apalagi dengan menjual barang haram mu di sini, "

"Oh begitu? Tapi banyak penduduk sini yang jauh-jauh datang dari Dubai ke Paris hanya untuk menikmati narkoba, "

"Ayolah tuan-tuan jangan terlalu tegas pada masyarkat mu. Mereka juga membutuhkan hiburan, "

"Dan kau tidak perlu munafik tuan. Kalian juga dulunya penikmat sabu bukan?" Sambung Edward menyinggung masa lalu Zyan dan Varez.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang