Part. 29 {Kesedihan Para Sahabat}

1 0 0
                                    

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥

Setelah berminggu-minggu di dunia manusia, Minerva dan Morax sangat merasa bahagia.

Di pagi hari Minerva yang berada di ruang tamu bersama Fiona didatangi Morax dan Eric.

"Sayang, tumben kamu bangun pagi, ada apa??" Tanya Minerva.

"Iya, masih harus bantu-bantu bangun rumah, memang udah selesai di bangun rumah nya, hanya tinggal prabotannya saja, seperti meja, lemari, tempat tidur, dan yang lain." Ucap Morax.

"Owh, iya sudah hati-hati sayang ku." Ucap Minerva sambil tersenyum.

"Iya sayang ku." Ucap Morax.

"Sudah, ayo kita pergi Tuan Morax, biar para perempuan jaga rumah." Ucap Eric sambil merangkul lehernya Morax.

"Eeehhh~, enak sekali ngomong, kita juga ada kegiatan tahu, sudah-sudah sana pergi kalian." Ucap Fiona sambil mendorong Morax dan Eric.

Morax yang didorong hanya tersenyum, sedangkan Eric seperti pasrah, Minerva pun juga tersenyum melihat tingkahnya Fiona yang mengusir Morax dan Eric.

"Ngomong-ngomong, apa yang mau kita lakukan??" Tanya Minerva.

"Hoho iya, hampir lupa, ikuti saya Nona Minerva." Ucap Fiona.

Mereka pun pergi keluar, mereka terus pergi lurus memasuki hutan.

"Eeeh~, Fiona ini kan kita ke hutan." Ucap Minerva.

"Udah tidak apa-apa, ikuti saja." Ucap Fiona.

"Hmm, baiklah." Ucap Minerva.

Mereka pun terus berjalan, sampai dimana mereka melihat kebun yang begitu luas.

"Wah~ kebunnya luas sekali." Ucap Minerva yang terpukau.

"Hehe iya, kita disini menanam banyak tanaman, dari padi, sayuran sampai dengan buah-buahan, semuanya jadi satu disini." Ucap Fiona.

"Wah~ sungguh hebat, ditengah hutan ini kalian membangun sebuah kebun." Ucap Minerva.

"Iya Nona Minerva, sebenarnya ada jalan menuju kesini, tetapi lagi masa perbaikan, jadi kami selalu lewat hutan." Ucap Fiona.

"Owh kasihan sekali." Ucap Minerva.

"Tidak apa-apa Nona Minerva, yang penting kami masih bisa berkebun." Ucap Fiona.

"Hihi, kau benar Fiona." Ucap Minerva.

"Iya sudah, ayo kita berkebun, ikuti saya dulu iya." Ucap Fiona.

"Iya." Ucap Minerva.

Mereka pun mulai berkebun bersama, menanam bersama, dan merawat semua kebun tersebut supaya bisa di panen, dan dimakan bersama.

|Sekolah <Surga>|

Di sekolah, bel istirahat berbunyi, saat Caliel keluar dari kelasnya dia melihat Anael sedang sendirian di taman.

"Anael mengapa kamu disini sendirian??" Tanya Caliel.

Anael pun tidak menjawab sama sekali pertanyaannya Caliel.

"Anael??" Ucap Caliel.

"Seandainya waktu itu kita ikut pulang bersama Nona Minerva, ini semua tidak akan terjadi." Ucap Anael.

"Mengapa waktu itu kita tetap menjaga para anak malaikat tersebut, mengapa!!" Ucap Anael.

"Anael, jika kita pulang bersama Nona Minerva, kita memang bisa menghentikan pembullyan itu, tetapi untuk di usir dari surga, itu kehendak dari 'Sang Ayah'." Ucap Caliel.

Anael pun tersenyum kecil.

"Mengapa 'Sang Ayah' sebegitu bencinya kepada Nona Minerva?? Mengapa Nona Minerva dibully??" Ucap Anael.

"Anael Sssh!!" Ucap Caliel yang mengisyaratkan ucap Anael diam

"Apakah karena ketidak sempurnaannya??" Lanjut Anael.

"Anael!!!" Ucap Caliel

"Kalau begitu mengapa 'Sang Ayah' masih mau menciptakan Nona Minerva." Ucap Anael.

"ANAEL SUDAH CUKUP!!!!" Teriak Caliel.

"ITU TIDAK ADIL!!!!" Teriak Anael sambil meneteskan air mata.

Caliel yang melihat Anael yang tiba-tiba menangis, dia langsung menenangkan dirinya dan Anael, sambil memeluknya.

"Sssh, sudah Anael tidak apa-apa." Ucap Caliel sambil memeluk Anael.

"Hiks... mengapa hiks... itu tidak adil hiks." Ucap Anael sambil menangis.

"Sssh, sudah-sudah tidak usah dipikirkan, sudah." Ucap Caliel.

Tidak lama kemudian Akriel pun datang sambil membawa segelas minuman.

"Tuan Caliel." Ucap Akriel sambil menyodorkan gelas berisi air tersebut.

"Sudah-sudah iya, ini minum dulu Anael." Ucap Caliel sambil memberikan minum ke Anael.

Anael pun meminum air tersebut sampai habis, dan sampai dia benar-benar tenang.

"Gimana, udah tenang??" Tanya Caliel.

Anael pun cuman mengangguk.

"Baiklah kalau sudah baikan, sudah, kita doa kan saja yang terbaik untuk Nona Minerva, siapa tahu dia baik-baik saja, dan malah dia hidup lebih bahagia sudah." Ucap Caliel.

"Iya hiks mungkin Tuan Caliel benar hiks." Ucap Anael.

"Iya sudah, mumpung Anael sudah tenang, dan Tuan Caliel juga sudah tenang, bagaimana kalau kita ke kantin?? Sebelum bel masukan." Ucap Akriel.

Anael dan Caliel pun tersenyum.

"Hihi, iya sudah ayo, lagi pula sepulang sekolah kita harus menjaga para anak malaikat lagi." Ucap Caliel.

Mereka pun pergi ke kantin bersama-sama, walaupun mereka masih memiliki perasaan campur aduk, tetapi mereka mengatasinya dengan ketenangan.

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Part 29 The End

The Agony of the Angel MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang