17. Sahabat Yang Terlupakan

6 1 0
                                    

Happy reading!


Neval berdiri mematung menatap Neira, ia bingung kenapa kakaknya itu bisa di sini, apakah Allana sudah memberi tahu semuanya kepada Neira?

Neira berjalan mendekati Neval dan berdiri tepat di depan adik laki-lakinya itu, ia menatap Neval dengan mata yang sudah di banjiri air mata, "aku kecewa sama ibu, aku juga kecewa sama kamu! Kamu sengaja nggak ngasih tau kakak soal ini semua hah?!" Bisik Neira dengan suara serak.

Josua sengaja menjaga jaraknya dengan Neira, karena ia tahu sekarang bukan waktunya untuk menanyakan semua hal yang tengah terjadi, cowok itu juga bingung, ia benar-benar tidak tahu apa-apa.

Neval menghindari kontak mata dengan Neira, cowok itu bingung harus menjawab apa.

Neira kesal karena Neval tak kunjung membuka suara, dia akhirnya pergi dari hadapan Neval dengan hati yang kini benar-benar terluka untuk yang kesekian kalinya.

Josua melihat Neira pergi itu lantas segera berlari menyusulnya.

"Ibu, nanti di Bandung cuma mencari pekerjaan."

"Ibu, berjanji akan berubah."

"Dan... ibu berjanji akan kembali ke Jakarta kalau kondisinya sudah membaik, dan kondisi ibu yang jauh lebih baik."

"Ibu, tidak ada niatan untuk menikah lagi, ibu hanya ingin fokus sama kamu dan Neval."

Dan sekarang, itu semua hanya menjadi omong kosong belaka, Allana benar-benar membuatnya kecewa.

Neira berlari sekuat tenaga di atas trotoar jalan raya sambil sesekali menyeka air matanya yang membasahi pipinya, Neira mengabaikan teriakan Josua yang terus memanggil namanya.

Josua berdecak pelan ketika jaraknya dengan Neira cukup jauh, kenapa cewek itu cepat sekali berlari? Padahal dia tengah memakai heals.

Josua menambah kecepatan berlari nya, hingga semakin dekat dengan Neira, cowok itu segera meraih tangan Neira dan membawa ke hadapannya.

Neira menutup wajahnya sambil menangis, bahu cewek itu bergetar hebat. Dengan pergerakan lembut, Josua melepas tangan Neira yang menutupi wajahnya, hidung cewek itu sudah memerah dan matanya yang sudah sembab.

"Maaf... gue nggak bermaksud... g-gue bener-bener nggak tahu apa-apa!" Ungkap cowok itu sambil menunduk, ia sangat merasa bersalah.

Josua mengangkat pandangannya, Neira masih terisak pelan, tangan cowok itu terangkat menghapus lembut air mata Neira.

"Tunggu disini ya? Gue ambil mobil dulu, gue anter lo pulang," ucap Josua, cowok itu refleks mengelus rambut Neira dan melayangkan seulas senyuman sebelum akhirnya ia putar balik untuk mengambil mobilnya.

Neira mengambil napas panjang dari mulutnya, dadanya benar-benar terasa begitu sesak, ia mencoba untuk menguatkan diri.

Setelah menunggu beberapa menit, Josua menepikan mobilnya ke pinggir jalan di mana Neira berdiri. Cowok itu kemudian turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu yang lainnya untuk membukakan pintu untuk Neira.

Setelah Neira masuk ke dalam mobil, Josua segera kembali ke kursi kemudi. Kemudian, mereka mulai pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan Neira hanya diam memandang kaca mobil di sampingnya dengan pandangan kosong, matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Josua mengeratkan tangannya pada setir mobil, ia menggigit bibir bawahnya, "jadi... itu ibu lo?"

"Gue nggak mau bahas," balas Neira dengan ketus, cewek itu tetap menghadap kaca mobil sambil menyeka air matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About Them [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang