5.TERLAMBAT

28 23 0
                                    

Semoga suka dan jangan lupa Vote dan spam komen yang banyak Lur❣️

              Selamat membaca❤️

                                ***

Pagi itu di lapangan SMA Antariksa siswa-siswi telah berbaris rapi dibarisan kelas mereka masing-masing. Para anggota osis mulai menjalankan tugas mereka untuk mencari siswa-siswi yang melanggar aturan.

Dari arah samping kanan lapangan Atlas bersama teman-temannya berjalan santai tanpa mempedulikan tatapan tajam yang dilayangkan Bu Hana kepada mereka.

Sepanjang perjalanan pandangan para siswi tidak pernah lepas dari Atlas dan teman-temannya. Mereka seakan terhipnotis oleh pesona anggota geng Devoz yang sangat memikat hati itu.

Arshaka kemudian berjalan menuju ke-enam laki-laki dengan atribut yang tidak lengkap itu.

"Mana dasi sama topi lo pada?" tanya Arshaka menatap tajam mereka berenam.

Atlas dengan berani membalas tatapan tajam Arshaka dengan mengukir senyum tipis. "Lupa," balas Atlas tenang.

"Lupa apa memang nggak mau pake."

"Lah ngapain lo sewot, mau kita pake kek, mau nggak kek itu bukan urusan lo bangsat," celetuk Arga.

"Lo lupa gue ketua osis di sekolah ini?" tanya Arshaka disertai penekanan dalam perkataannya.

"Mau apa?" tanya Gavio yang malas meladeni ocehan tidak bermutu dari Arshaka. Males banget denger ocehan nih anak, kalau udah ngoceh sama banget kayak Bu Hana.

"Lo pada nggak usah masuk barisan dan seperti biasa berbaris dibarisan murid-murid yang suka melanggar aturan," ujar Arshaka sembari menunjuk ketempat yang terdapat beberapa murid yang juga melanggar aturan.

"Fine." Setelah mengatakan itu Atlas segera menuju tempat itu dengan teman-temannya di belakangnya mengikuti.

Setelah itu Arshaka kembali menuju barisan kelasnya. Kemudian setelah itu upacara pun di mulai.

Secara bersamaan tiga pasang mata bergerak menelusuri barisan kelas XII MIPA 1. Mereka seperti tengah mencari seseorang dibarisan itu. Tak lama mereka akhirnya menemukan objek yang sedari-tadi mereka bertiga cari.

Pada saat yang sama Alana menengok dan tepat pandangan matanya tertuju pada Atlas yang juga tengah menatap kearahnya dengan intens. Lalu segera Alana menampilkan senyum lebar pada Atlas yang juga dibalas oleh Atlas dengan senyum tipis. Dunia seakan menjadi milik kita berdua aja Na.

Gavio yang tepat berada di samping Atlas menyadari kemana arah pandang sahabatnya itu. Dia hanya mampu terkekeh dengan gelengan kepala melihat kebucinan sahabatnya yang mulai bergerak secara ugal-ugalan.
Trobos aja Las, jangan kasih kendor.

Lima belas menit kemudian upacara telah selesai. Para murid segera berhamburan menuju kelas masing-masing. Namun, berbeda dengan ke-enam laki-laki yang saat ini berdiri di depan tiang bendera sembari hormat. Setelah upacara tadi, Bu Hana segera mendekati mereka dan memberikan hukuman.

"Ah sial banget sih gue hari ini," gerutu Arga.

"Mending tadi kita nggak usah kesini," ujar Nathan sembari mengipasi wajahnya dengan tangan satunya yang menganggur.

"Iya," balas Noviel disertai anggukan kepala.

Atlas hanya dapat menghela napas. Keringat terus bercucuran dari balik seragam mereka. Pagi ini entah mengapa matahari terlihat begitu terik tidak seperti biasanya.

"Alden bagus tuh nggak dihukum," ujar Nathan memberitahu teman-temannya.

"Gimana mau dihukum orang tadi dia datang duluan dan masuk barisan," sahut Erlan dengan wajah memerah akibat terik matahari.

ATLANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang