Dialah Arsya

114 7 0
                                    

"ARSYA SINI KAMU!"

Pak Dodo berjalan mendekat sambil membawa pentungan. Melihat bahaya yang sebentar lagi datang, Arsya secepat kilat mengayunkan kakinya dengan sigap. Takut ketangkap dan dihukum, walaupun ia tahu setelah ini pasti akan dipanggil dan tetap mendapatkan hukuman. Namun, daripada dihukum guru kedisiplinan itu yang sadisnya kebangetan, palingan nanti ia hanya disuruh membersihkan toilet sekolah.

"HEI, JANGAN KABUR KAMU!"

Melihat Pak Dodo yang masih mengejar, Arsya semakin panik hingga tidak sadar di depannya berjalan seorang siswi dan kejadian tabrakan tak bisa dihindari.

"Aw!"

Siswi itu terduduk di lantai sambil memegang bahunya yang sakit karena ditabrak.

"Sorry, sorry, gue nggak sengaja!" Arsya ingin membantu siswi itu berdiri sebelum telinganya di jewer Pak Dodo.

"Udah kabur, sekarang kamu nabrak sembarangan!"

"Duh, ampun, Pak! Saya nggak sengaja," rengek Arsya sembari menahan sakit telinganya yang dijewer. Bisa-bisa telinganya putus karena Pak Dodo menjewer dengan sekuat tenaga.

"Minta maaf kamu!"

"Ini tadi mau minta maaf kok, eh bapak langsung jewer aja!"

"Alasan!"

Pak Dodo melepas jewerannya, menyuruh Arsya minta maaf pada siswi itu. Bukannya langsung minta maaf, cowok itu mengambil kesempatan untuk kabur lagi.

"Awas ya kamu, Arsya! Bocah gendeng!"

Arsya bukan siswa badboy atau nakal seperti kebanyakan. Ia hanya suka usil dan senang mencari keributan saja. Kebetulan hari ini ia telat ke sekolah dan ketahuan saat memanjat pagar.

Tanpa rasa bersalah, Arsya mengetuk pintu kelas dan meminta izin untuk masuk pada Bu Dini.

"Saya boleh masuk, Bu?"

Bu Dini melihat jam tangannya. Telat setengah jam. Namun, berhubung Bu Dini tipe guru pemaaf, Arsya pun diizinkan untuk masuk.

"Kenapa baru masuk sekarang?"

"Jalanan macet."

"Kamu nggak ada alasan lain?"

Arsya menggeleng. Ia benar-benar jujur. Jalanan tadi macet karena ada insiden kecelakaan di tengah lampu merah.

"Hari ini ujian harian bahasa Indonesia, nggak ada waktu tambahan ya," ucap Bu Dini sembari memberikan lembaran soal pada Arsya.

"Aman, Bu, saya akan ngerjain soalnya sesuai waktunya."

Ketika berjalan ke bangkunya, Arsya melirik Dona yang cekikikan menertawakannya. Tampak sekali dari sorot matanya mengejek dan bilang rasain lo pada Arsya.

Satu jam berlalu, tanda semua harus mengumpulkan lembar jawaban mereka, Arsya yang masih ada sepuluh soal yang belum dijawab lantas panik. Ia menendang bangku di depannya.

Dona dengan muka jutek menoleh ke belakang.

"Apaan sih?"

"Bantuin gue," bisiknya.

"Nggak mau, kerjain sendiri!" Dengan tidak ada rasa kasihan sedikit pun, Dona mengumpulkan lembar jawabannya.

"Nenek lampir pelit!"

Dona menjulurkan lidahnya mengejek lalu keluar dari kelas.

***

"Minggir!" Arsya menyenggol bahu Dona dengan sengaja membuat cewek itu mendelik.

Petakilan Boy | Myung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang