Rasya menatap Demian tak percaya, seluruh darah seperti turun ke ujung kaki. Bagaimana mungkin sosok yang ia lihat sekarang adalah kekasihnya, ralat. Mantannya.
Keramaian seperti berhenti sejenak bersama jantung yang berdetak pelan. Rasya hampir kehilangan kesadaran.
Sosok itu benar benar ada dihapannya sekarang, sosok yang ia terus tangisi kala itu. Sosok yang setiap harinya di sebut dalam doa, sosok yang menjadi bahan cerita pagi dan malam untuk anaknya. Sosok yang selalu ia rindukan
Tanpa sadar rasya mundur selangkah, tatapanya terus menatap Demian yang juga sama menatapnya.
Demian begitu tenang, sepertinya dia tidak kaget sekarang. Dia seolah tidak terjadi apapun. Cowok itu malah merogoh ponselnya dan mulai fokus mengetik sesuatu.
"Sya, rasya . Akhirnya lo datang. Tolongin gue, gue mau di unboxing di hamparan bukit prindapan, tolong," ocehan Rani yang membuat rio langsung melepaskan pelukan itu. Cowok itu hampir tertawa, semabok maboknya, belum pernah dia melihat orang mabok halusinasi masuk di kartun Krisna.
Rasya yang masih menetralkan napasnya pun tersadar setelah tangannya di tarik oleh sahabatnya, kemudian langsung menarik sahabatnya mendekatinya.
"Rasya, lo rasya kan?"
Rio mengamati wajah cantik itu, ia paham betul teman sekelas SMA nya. cowok itu pun terheran heran saat menatapnya, setelah 2 tahun terakhir tidak ketemu rasya , knp dia semakin cantik padahal dia cowok. Bahkan Wajahnya bersih dan bersinar.
Rasya tak menghiraukannya, lagi pula suara musik yang riuh membuatnya semakin pusing. Ditambah lagi dengan bau alkohol yang begitu menyengat, membuat rasya hampir mual.
"Iyaa, Maaf yo. Ini temen gue, Lo bisa lepaskan tangannya ya. Gue harus bawa dia balik," ucap rasya yang sibuk mengondisikan temannya.
Entah hanya agar dia tidak terlalu gugup atau tidak siap bertemu dengan Demian. Rasya juga bingung sendiri.
"Ini temen Lo?" Rio semakin mencengkram tangan Rani. "Dia yang mau, dia yang awalnya memulai permainan, harusnya dia yang selesain."
"Selesain apa? ggak usah Ngada Ngada
Rio, temen gue mabok lo apain. Sekarang mending Lo lepas tangannya, gue harus bawa dia pulang," Remaja itu tau tabiat rio, cowok super playboy yang sudah ber ijasah fakboi, suka memainkan perempuan.
"Gue tapi bingung, pengen pulang apa nggak. Sya, Lo pulang aja dulu gih. Gue masih mau disini." Tiba tiba Rani bersuara, ia pun langsung memeluk kembali rio.
Rasya yang sudah pusing dengan semuanya pun tetap menarik temannya. Bisa bisanya ada orang mabok tapi plinplannya bukan main.
"Ran, pulang. Gue jauh jauh kesini nyariin Lo, gue mohon rio. Lepasin temen gue, gue mau bawa dia pulang," Rasya memohon. Tanpa di sadari, perdebatan itu di perhatikan oleh Demian. Cowok yang seperti tidak mengenalinya.
"Lo pulang sendiri deh," tangan Rani mendorong rasya, karena tanpa aba aba remaja itu pun langsung jatuh tersungkur di lantai.
"Ran!" Seru rasya tak habis pikir, ia pun jadi tontonan. Demian seolah tidak peduli, bibirnya sibuk menghisap rokok seraya duduk di sofa itu.
"Gue cabut," Pamit rio membawa Rani keluar dari ruangan itu. Rasya memejamkan matanya sebentar, lalu tampak pasrah menatap punggung keduanya.
Demian berdiri, mendekati rasya yang juga Bangkit dari lantai.
"Jadi disini tempat lo? Tanya demian, wajahnya begitu datar seolah tidak sedang bertemu orang yang lama ia tidak temui.
Rasya menggeleng pelan. Dia masih tak percaya Demian berada di dekatnya.
Darren berdecih, "Gue kira Lo bakal berubah sya, jadi lebih menghargai diri. Kenyataannya, makin murah."
Tak terasa, air mata rasya menetes, "demian, apa kabar. Aku rindu."
Vote" Gess biar semangatt bikinnya
Bonus pict nya alvino heheh
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvino (BL)
Teen FictionMenceritakan seorang pria yang tengah hamil, tetapi ayah biologis nya tidak mau mengakaui anak itu terpaksa ia membesarkan anak itu sendiri langsung pencett aja gesss