• 13 •

12 5 4
                                    

[Play dari Multi Media/play pake aplikasi lain : Bernadya - Kini Mereka Tahu]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play dari Multi Media/play pake aplikasi lain : Bernadya - Kini Mereka Tahu]

Nancy memandang Hyeji, lalu melirik ke arah Lino, yang berdiri sedikit di belakang Hyeji, memperhatikan dengan saksama.

' Napa Ji?' Nancy bertanya, berusaha tampak tak peduli.

'Lo tau sendiri kenapa. Gue cuma mau tanya, maksud lo apa?! nyebarin rumor jelek soal gue?' Hyeji menatap langsung ke mata Nancy, berusaha keras menahan emosinya agar tetap tenang.

'First of all, gue udah jujur ke lo soal perasaan gue ke Hyunjin, karena gue gak mau lo denger dari orang lain. Tapi lo malah ngomongin gue di belakang? seriously Nancy??'

Nancy mengangkat alis, lalu melipat tangan di dadanya.
'Jadi lo ngerasa gue yang salah di sini? Gue cuma bilangin yang seharusnya orang lain tau kok'

'SEHARUSNYA ORANG LAIN TAU? Tau apa? lo ngefitnah gue, dan lo bilang ke orang orang kalo gue apa? begituan sama Lino?'

Di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara Hyeji dan Nancy, suara berisik dari arah pintu keluar kelas lain mulai terdengar. Beberapa siswa kelas lain berlarian menuju lorong, penasaran dengan keributan yang terjadi.

'Eh, ada apa sih?' tanya Jeno, teman satu kelas Hyunjin, sambil berlari mendekat. "Kok suaranya ribut banget?"

Hyunjin yang berjalan di belakangnya segera mempercepat langkah. Begitu memasuki lorong, pandangannya langsung tertuju pada Hyeji dan Nancy yang sedang berhadapan, wajah Hyeji terlihat marah, sedangkan Nancy tampak defensif.

Hyunjin menghampiri Lino yang berdiri agak jauh dari kedua cewek itu.

'Cih, ngaku aja lah Hyejiii... emang dasarnya lonte gausa sok suci deh' jawab Nancy enteng membuat semua orang terkejut dengan perkataannya termasuk Hyeji.

'WAAAAAAAH SUMPAH...' Hyeji memalingkan tubuhnya sejenak sambil menahan air matanya, suasana menjadi agak hening dan sedikit suara berbisik yang terdengar.

Ia semakin tak percaya dengan yang terjadi sekarang

'GILAAA YA...' ia membalikkan badannya menatap orang orang yang sedang memperhatikan pertikaiannya dan Nancy, termasuk sekumpulan teman teman Nancy yang membelanya dan ikut membenci Hyeji.

'Kalian tau apa yang paling nyakitin gue sekarang? Nihhh.. sahabat gue..' Ia memberi jeda pada kalimatnya dan tersenyum lirih kearah orang-orang itu sembari menunjuk Nancy

'I trusted her the most, guys...'
'LEBIH BAIK GUE GA PERCAYA SIAPAPUN, daripada ditusuk dari belakang dan nyakitin gue kayak gini' air mata Hyeji kini sudah membasahi pipinya
'Kalian semua tuh gapernah tau dan gamau tau, gimana gue selalu mikir KENAPA YA MEREKA BENCI GUE? APA GUE ADA BUAT SALAH SAMA MEREKA?'
'DAN SEJAUH INI GUE SELALU BERPIKIR ITU SEMUA SALAH GUE!!'
'Gue terus ngebenci dan nyalahin diri gue sendiri, APA KALIAN TAU RASANYA?!'
'nggakk, kalian sama sekali ga paham dan percaya omongan si bangsat ini..'

Hyeji mengakhiri kalimatnya, tidak ada satu pun orang yang bergeming di lorong itu. Terkuras energinya, Hyeji terduduk bersandar pada pagar balkon. Hyunjin yang melihat itu dengan sigap menghampirinya.

'Nancy'
'lo mungkin nggak sadar dan mikir ini enteng buat lo, tapi lo fatal banget.. yang lo lakuin nyakitin Hyeji. Gue rasa lo harus jelasin kenapa lo ngelakuin itu' Lino menambahkan, mencoba meredakan ketegangan.

Nancy menggigit bibirnya, matanya menatap Hyeji dengan campuran emosi.
'Gue... Gue cuma ngerasa lo nggak adil Ji. Gue udah lama kenal Hyunjin, tapi kenapa lo yang tiba-tiba ngedeketin dia duluan? Gue nggak bermaksud bikin rumor, cuma... ya, mungkin gue salah ngomong sama orang-orang."

Hyeji menghela napas panjang, mencoba mengstabilkan dirinya sendiri yang mulai bergetar.
'Lo tau itu Nancy, gue nggak pernah bermaksud ngelangkahin lo. Dan gue juga punya hak buat ngerasain apa yang gue rasain...'

'lo nggak pernah tau gimana gue nyimpen semua ini sendiri' lanjut Hyeji, suaranya lemah tapi penuh ketegasan.
'Lo nggak pernah tau betapa gue harus nahan rasa suka gue ke Hyunjin, sementara lo nggak pernah ngelakuin apa-apa buat ngedeketin dia. Gue cuma pengen jujur, gue cuma pengen lo tau... tapi lo malah balas gue kayak gini'

'Dann looo... lo ga lebih dulu tau Hyunjin. Gue yang bertahun-tahun nyari dia, tapi karna disini gue berteman sama lo gue buang jauh perasaan gue ke dia! lo pikir gampang buat gue ngelaluin ini semua, hah?' Hyeji menyambung kalimatnya tidak berhenti menyeka air mata.

Nancy sama sekali tak berkutik di tempatnya, ia mulai menyadari tatapan tidak percaya orang-orang kepadanya.

'Gue kecewa sama lo Nancy'

Hyeji masih terduduk, wajahnya sembab dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Hyunjin, yang sudah berada di samping Hyeji, merendahkan tubuhnya, mencoba memberikan rangkulan tanpa kata-kata. Dia hanya menatap Hyeji dengan rasa simpati yang dalam, terlihat bingung tapi juga tak ingin menambah keributan.

Nancy tetap berdiri di tempatnya, diam. Wajahnya kini dipenuhi rasa bersalah, dan matanya terus mencari-cari jalan keluar, tapi tak ada satu pun kata yang sanggup diucapkan. Perlahan, dia mulai menyadari betapa dalamnya luka yang dia buat.

Orang-orang di sekitar mereka mulai merasakan ketidaknyamanan. Sebagian dari mereka tak lagi melihat ini sebagai tontonan, melainkan sebagai sesuatu yang menyayat hati. Bahkan teman-teman Nancy, yang awalnya membelanya, kini tak sanggup berkata apa-apa, hanya berdiri terpaku, mungkin menyadari bahwa ada yang lebih dalam dari sekadar rumor yang mereka dengar.

Nancy menunduk, air matanya mulai menggenang di sudut mata. 'Maaf, Hyeji... Gue nggak tau kalau lo selama ini ngerasa seberat itu' bisiknya.

Hyeji menatap Nancy untuk terakhir kalinya, sebelum akhirnya menggeleng pelan. 'Maaf lo nggak cukup... lo udah ngehancurin semua kepercayaan gue'

Lino, yang sejak tadi diam sambil memperhatikan, akhirnya maju selangkah. 'Gue rasa kita semua udah cukup paham. Nggak ada yang menang di sini, Nancy, tapi yang jelas lo harus lebih intropeksi diri lo setelah ini. Hyeji udah cukup lo sakiti, seharusnya sudah memuaskan amarah dan ke egoisan lo juga.' ujarnya, suaranya dalam tapi penuh makna.

Hyunjin mengangguk setuju, lalu berdiri dan membantu Hyeji berdiri kembali. Dia memeluk Hyeji dengan erat, memberi rasa aman yang dibutuhkan setelah apa yang terjadi. 'Kita pergi dari sini, yaaah sayang' bisiknya lembut.

Tanpa kata-kata lagi, Hyeji mengangguk dan bersama Hyunjin serta Lino, mereka perlahan berjalan menjauh dari lorong itu, meninggalkan Nancy dan kerumunan yang masih dalam keheningan. Sisa-sisa ketegangan masih terasa di udara, tapi satu hal jelas—persahabatan Hyeji dan Nancy tak akan pernah sama lagi.

Jealous over you || Hwang Hyunjin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang